Pagi kembali, Raga sedikit terserang Flu karena kaget dengan cuaca di Indonesia setelah pindah dari Rotterdam. Pancaroba yang sering sekali melanda Indonesia, membuat badannya harus menyesuaikan suhu, tepatnya di Bandung.
"Hachimm ... hachimmm." Raga bersin saat menaiki bus. Semua orang melirik ke arahnya.
"Maaf ... maaf."
Ini pertama kalianya dia menaiki bus di Indonesia tepatnya di tanah Bandung, setelah beberapa tahun tidak pernah menaikinya lagi. Raga mencari alamat kampus Yuniar. Sampai di sana, Raga langsung dihadang oleh dua perempuan berpenampilan nyentrik. Hal itu bahkan tak pernah ia dapatkan sebelumnya di kota Rotterdam.
"Wah ganteng banget sih. Mahasiswa baru ya?"
"Tinggi, tampan, punya karisma juga. Wow deh pokoknya."
"Emm ruang rektorat di mana ya?"
"Sebelah sana, kalau butuh bantuan, hubungi kami aja, kami ada di fakultas sastra Indo."
"Terima kasih."
Raga mulai mengurus surat pindahnya ke kampus Yuniar. Kebetulan Yuniar adalah salah satu kampus yang menjalin kerjasama internasional akademik dengan salah satu universitas di Rotterdam. Dan kebetulan sekali, kampus yang menjalin kerjasama itu adalah kampus yang pernah Raga tempati untuk menuntut ilmunya.
"Syukur deh, Yuniar akhirnya bisa nerima gue." Senyuman terpancar dari wajahnya.
Raga mengelilingi gedung kampus untuk perkenalan. Ia pergi ke gedung Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Bisnis, jurusan yang akan ia ambil.
"Besok gue mulai masuk. Gedungnya bagus, fasilitas Ok, untung aja prosedur Yuniar gak ribetin, ditambah gue baru semester ganjil awal. Udah dari satu bulan yang lalu gue urus ini, akhirnya selesai juga." Monolognya terkesan begitu gembira.
Nellsa berjalan di koridor kampus bersama Kian.
"Sa, menurut lo apa Raga bakalan cari kita?"
"Emang kita siapa? Kita baru kenal dia beberapa hari."
"Ya mungkin aja kali Sa, jarang-jarang dia dapat teman dari Indonesia. Tinggal di negeri orang itu kan gak enak, pasti cukup berat buat dia. Dan gue rasa dia sering kesepian, lo liat aja cara dia ngehibur diri dengan ngamen di jalanan."
Raga yang saat itu juga berjalan di koridor, terlihat sedang memainkan ponselnya. Mereka saling berjalan dengan arah yang berlawanan. Kian terus mengobrol dengan Nellsa. Tanpa sadar, mereka saling melewati satu sama lain.
Bugghh
Seseorang menabrak tubuh Nellsa tanpa sengaja, membuat Nellsa menghentikan langkahnya saat itu.
"Hey!" Ucapan Nellsa membuat Raga berbalik badan karena ada keributan di belakangnya.
"Sorry, gak sengaja."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 20 DAYS
Ficção GeralPerjalanan Nellsa ke Belanda untuk melakukan observasi, malah membuatnya dejavu akan cinta masa lalunya ketika bertemu dengan Raga. Raga, pria asal Rotterdam itu membuat Nellsa harus merasakan kilas balik perasaan cintanya karena kemiripan wajah Rag...