30 // Return

1.3K 107 9
                                    

Siang begitu terik. Terlihat Raga melangkah memasuki rumah yang ia tinggalkan dulu yang sekarang ditempati oleh Bu Mirna. Niat Raga adalah untuk bertamu dan memberi beberapa bingkisan pada Bu Mirna.

Di sisi lain, Diko membereskan tasnya. Ia mulai menghampiri motornya. Diko begitu niat untuk mengunjungi kembali rumah bekas Dio tempati karena ia sempat ke sana di waktu kemarin. Ia harus menemui ibu pemilik rumah itu untuk mencari buah informasi yang sempat tertunda. Diko tak pernah seserius ini mencari sahabatnya di waktu sebelumnya. Hanya karena kehadiran Raga, kini membuatnya ingin mencari dimana Dio berada.

"Semoga aja sih si ibunya ada, gue bisa cari tau info tentang keluarga Dio. " Diko mulai melajukan motornya.

Belum sampai ke depan rumah, Diko menghentikan laju motornya. Ia matikan mesin motornya dan beranjak turun dari motor. Matanya melebar penasaran ketika ia melihat seseorang keluar dari rumah itu. Komplek perumahan itu memang sudah ada bertahun lamanya. Semua bangunan terlihat sama. Namun Diko tak pernah lupa dimana letak rumah yang sempat ia datangi kemarin.

"Siapa tuh?"

Diko berusaha berlindung di balik pohon untuk melihat siapa orang yang baru saja keluar dari rumah itu. Sejenak ia tatap, dia bukan lah pria tua yang kemarin sempat ia temui. Matanya memicing lagi dengan jelas. Jantung Diko bergetar dengan aneh. Matanya melotot ke satu arah ketika orang itu keluar dan berpamitan pada kedua orang, satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Diko terkejut ketika Bapak tua itu yang kemarin ia lihat dan lebih terkejut lagi ketika orang yang berpamitan itu terekspos wajahnya dan dilihat oleh matanya.

"Dio!" gumamnya melotot kaget. Pasalnya, mata Diko menemukan sosok berparas Dio, sahabatnya keluar dari rumah itu. Itu bahkan tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Bagaimana bisa Dio mengurung dirinya selama ini? Padahal, sudah beberapa tahun para sahabatnya mencari dirinya sejak lama.

"Dio!" Panggilan keras Diko tak diindahkan, karena pria itu lebih dulu memasuki mobil dan lantas melaju pergi.

Tak mencari tahu lewat pemilik rumah itu, Diko menaiki motornya tergesa berniat untuk mengejar mobil itu. Tangannya pun terlihat gemetar ketika merasa heran karena matanya menangkap sosok Dio keluar dari rumah itu. Ia menjalankan motornya dengan kecepatan tak normal mengikuti mobil itu yang menjauh. Banyak aturan lalu lintas ia tak indahkan. Matanya terfokus pada mobil yang ia kejar. Sungguh, semuanya membuat Diko tergesa dan ingin sekali ia menemui sahabatnya itu dari sekian lama mereka tak berjumpa.

"Gue yakin, itu Dio. Dia masih ada di rumah itu selama ini," batinnya begitu kuat. Ia memang tak buta. Mana mungkin perkiraannya salah karena kedua matanya melihat begitu jelas.

Matanya memicing fokus pada flat mobil berwarna abu di depannya. Mobil itu berhenti di kampus Yuniar, membuat Diko terheran-heran. Ya, kampus Yuniar, tempatnya menimba ilmu. Dilepaskan helmnya dengan kasar. Ia mulai menatap fokus pintu mobil dari belakang. Mobil berwarna abu itu tepat terparkir di parkiran kampus.

"Mobil warna grey? Siapa sebenarnya dia?" Dahi Diko mengerut heran. Ia masih memegangi helmnya begitu penasaran.

Pria itu keluar dari mobilnya. Laki-laki tampan bertubuh tinggi tengah menyorenkan tasnya ke bahu. Diko mulai menaruh helmnya perlahan walau matanya terfokus pada pria itu. Mulutnya menganga dan matanya memicing aneh.

"Raga?" Diko terkaget-kaget. Matanya mulai sedikit memerah dan berkaca. Diko tak habis pikir saat itu juga. Jantungnya serasa terkena sindrom terkejut. Matanya memencar heran ke segala arah. Ditatapnya kembali pria itu di depannya. Matanya pun dikucaknya perlahan. Ponsel yang dipegangnya pun terjatuh refleks dari tangannya.

"Dio!" Suara panggilan keras dari Diko diselingi matanya memicing tajam dengan berkaca menatap Raga.

Raga menoleh kaget. Ia menatap Diko aneh bersambung dengan bingung. Mata Diko sungguh sangat pekat menatapnya, tentu saja Raga penasaran karena hal itu.

AFTER 20 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang