26 // Bertemu Bunga

1.2K 80 5
                                    

Pagi indah mengawali hari seorang Diko. Ia terbangun dari mimpi indahnya dan lekas masuk ke kamar mandi. Beberapa menit membersihkan diri, wajahnya sudah terlihat menawan. Diko menaiki motor gedenya yang sudah terparkir di halaman rumah.

"Makasih ya Mang," ucapnya pada asisten rumah tangga di rumahnya.

"Hati-hati Den."

Sampai di kampus, Diko lantas memasuki lift untuk pergi ke lantai 4 kelasnya. Sampai di kelas, ia lantas duduk membereskan tas miliknya. Ya, kegiatan Diko layaknya mahasiswa di setiap harinya. Sarapan, kuliah, mengobrol dengan teman, itu kegiatannya jika sudah sampai di kampus.

Tembok kaca di lantai 4 terlihat begitu bening, membuatnya bisa melihat pemandangan di luar sana. Ya, pemandangan yang langsung mengarah pada halaman kampus Yuniar. Dilihatnya seorang laki-laki tengah berjalan, dengan pakaian kasual berwarna hitam polos dan kakinya terbalutkan celana chino berwarna coklat susu. Benar, sedari tadi Diko menatap Raga di bawah sana sedang berjalan dengan tenang hendak memasuki gedung. Diko lantas mengstalk instagram milik Raga. Di scroll ke bawah beberapa feed postingan Raga. Ya, bukan tanpa sebab Diko melakukan hal itu. Semuanya dimulai ketika mereka bertemu di Rotterdam lalu dan terlebih lagi, ia mengingatkan Diko pada sahabat lamanya.

"Mungkin dia punya orang yang gue kenal. Gue kan sempat kenal sama satpamnya Dio dulu. Pak Andi kalau gak salah." Ia bergumam dengan mata terfokus pada monitor ponselnya.

Belum sampai Diko melihat seluruh postingan Raga, seorang Dosen masuk dan lantas memulai pembelajaran.

Siang muncul. Akhir-akhir ini, cuaca kota Bandung memang tidak menentu. Saat itu suhu daerah Bandung lumayan tinggi. Keringat mulai muncul di pelipis seorang Raga. Dirinya tengah memainkan laptop di kantin kampus bersamaan dengan para mahasiswi yang memotret kegiatannya. Hal itu membuat Raga heran sendiri. Ia belum pernah menjadi sepopuler itu sebelumnya. Hal itu justru berbanding sangat terbalik ketika ia menjalani kehidupan di Rotterdam.

"Bisa kasih waktu gue buat belajar?" Raga merasa risih karena mereka.

"Semangat ya Raga." Beberapa rayuan, pujian juga kata semangat sudah biasa Raga dapatkan di kampus Yuniar.

"Aneh-aneh aja."

Raga diam-diam mulai mengstalk IG milik Nellsa. Gadis berwajah manis itu memang sangat jarang terlihat memainkan media sosial. Hal itu membuat Raga semakin penasaran dengannya. Ya, Nellsa. Gadis yang kian hari kian membuatnya aneh sendiri. Ia bisa membuat kesenangan tersendiri bagi Raga hanya karena melihat wajahnya saja.

"Feednya cuma sepuluh. Cuma ada dua postingan waktu di Rotterdam."

"Siang bro!" sapa Diko lantas duduk di depan Raga. Hal itu mengejutkan Raga yang masih fokus menatap foto Nellsa di monitor laptopnya.

"Eh lo."

"Ngapain lo?"

Rasa canggung mulai menjamahi Raga. Ia segera menutup layar laptopnya perlahan. Fokusnya ia alihkan pada Diko yang tiba-tiba duduk di hadapannya.

"Gue abis ngerjain tugas aja."

"Emm gitu."

"Kelas lo udah selesai?"

"Kebetulan udah. Eh, lo mau ngopi?" tanya Diko.

"Thanks. Gue udah kenyang nih, abis makan. Erick mana?"

AFTER 20 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang