Raga pergi ke gedung Tehnik untuk menemui Erick. Panggilan Raga hampir saja membuat Erick salah sebut namanya lagi.
"Eh Yo! Eh, maksud gue Raga!"
Erick antusias menghampiri Raga. Ia begitu senang ketika melihat Raga datang menghampirinya.
"Sebelumnya kita belum kenalan resmi. Gue Erick. Diko udah cerita soal lo ke gue. Maaf bro, gue salah terka." Erick menjulurkan tangan kanannya.
Raga meraih tangan Erick dengan senang. Mereka berjabat tangan dengan begitu baik.
"Gue mau bicara sama lo." Ucapan Raga membuat Erick menatapnya datar. Sekali berkenalan, Raga bahkan langsung mengajaknya untuk bicara empat mata.
Mereka duduk di sebuah cafè dengan mata Erick yang tak henti menatap wajah visual Raga. Begitu seriusnya, sampai membuat Raga tersadar heran.
"Semua sama, cuma Dio gak punya tindik di telinga."
"Oh ini. Gue pake ini cuma buat fashion. Gue lepas kalau emang gue gak mau pake. Gue suka banget sama dunia fashion." Raga melepas anting di telinga kirinya.
"Kalau kayak gini, lo beneran mirip sama Dio. Gue bingung, kenapa di dunia ini ada orang semirip ini. Gue minta maaf lagi ya, udah salah terka. Pasti hal itu ganggu lo banget."
"Gak apa-apa kok. Gue udah biasa."
"Ngomong-ngomong, lo mau bicara soal apa?"
"Gue, sebenarnya gue mau nanya tentang Dio."
Erick tertegun kaget ketika Raga menanyakan tentang Dio, yang bahkan sebenarnya tak ada hubungannya dengan Raga sendiri. Erick tahu, Raga melakukannya karena semua orang selalu memanggil namanya dengan nama 'Dio' akhir-akhir ini. Itu bisa menjadi sebuah alasan Raga untuk penasaran.
"Nanya soal apa?"
"Apa lo punya foto Dio? Kian bilang, lo yang paling deket sama dia dulu, juga sering jadi photographer dadakannya dia."
"Oh, lo mau mastiin kalau lo emang mirip sama Dio? Gue punya beberapa fotonya. Bentar, gue ambil laptop gue dulu." Erick lantas melangkah pergi mengambil laptop.
Beberapa menit, Erick kembali dengan membawa sebuah laptop di tangannya. Dibuka laptop miliknya dan semua foto-fotonya bersama Dio ketika SMAnditunjukannya pada Raga. Pupil mata Raga seketika melebar seraya melihat sebuah foto di laptop milik Erick.
"Bener kan, gue hampir gak bisa bedain lo sama Dio."
"Apa gaya Dio kayak gini selama dia SMA?"
"Lo tau, dia sering banget pake kemeja putih. Terus dia sering pake topi. Dia pernah bilang kalau ini Fashion terbaiknya. Sial, fashion apaan itu, norak banget serius." Ucapan Erick membuat Raga terdiam seraya menatap seluruh foto Dio di laptop Erick.
"Ngomong-ngomong, lo gak usah buka anting lo. Gue makin sulit bedain lo sama dia." Erick tersenyum mengejek.
"Emm, mereka benar. Ternyata yang mereka sebut Dio itu, ini orangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 20 DAYS
General FictionPerjalanan Nellsa ke Belanda untuk melakukan observasi, malah membuatnya dejavu akan cinta masa lalunya ketika bertemu dengan Raga. Raga, pria asal Rotterdam itu membuat Nellsa harus merasakan kilas balik perasaan cintanya karena kemiripan wajah Rag...