Pagi itu, kertas sudah berterbangan di kamar Nellsa karena tertiup angin dari jendela kamarnya yang terbuka. "Nellsa kenapa terburu-buru gitu?" tanya Bu Franda.
"Maaf bu, Nellsa udah telat ke kampus. Nellsa ada kuliah umum hari ini. Nellsa berangkat dulu ya bu." Ia tergesa menyalami sang Ibu dan lantas pergi memasuki mobilnya yang di dalamnya sudah ada Mang Ridwan sang supir.
Di dalam kelas, sudah terlihat seorang Dosen. Nellsa berpikir, bahwa dosen tersebut pasti masuk. Kuliah umum seperti itu membuat Nellsa selalu saja terlambat. Padahal, Nellsa sendiri yang ingin mengikuti kuliah umum itu. Tapi dirinya sendiri tak bisa me-manage waktunya dengan baik.
"Fakultas apa kamu?"
"Ekonomi Pak."
"Kenapa telat? Ini sudah jam berapa? Waktu saya nggak banyak, saya harus mengajar di kelas lain."
"Maafkan saya Pak."
"Jangan diulangi, silakan duduk."
"Terima kasih Pak."
Nellsa menghela napasnya datar. Jujur saja, ia belum pernah mendapat teguran oleh seorang guru ataupun dosen selama menimba ilmu. Ia lantas mengeluarkan Ipadnya dan beberapa catatan.
"Alarm lo rusak ya?" tanya seorang laki-laki yang wajahnya tertutup topi tepat duduk di samping Nellsa membuatnya terkejut bingung.
"Raga?"
Laki-laki berwajah visual itu tersenyum dengan lebar. "Morning. Ini kuliah umum pertama gue, mohon bimbingannya ya."
Nellsa menatap Raga dengan aneh. Dahinya mengernyit heran. Ia lantas terfokus pada pembelajaran, menghiraukan Raga yang terus meliriknya dengan senyum.
"Kenapa sih harus ketemu sama dia lagi?" batin Nellsa risih.
Selesai kuliah umum, Raga mengikuti Nellsa dari belakang. Ia melangkah selaras mengikuti langkah kaki Nellsa.
"Kenapa lo ngikutin gue?" Nellsa berbalik menghentikan langkahnya dengan risih.
"Kenapa emang? Jalanan ini bukan punya lo. Gue jalan lima langkah lebih jauh dari lo di belakang. Apa itu artinya gue ngikutin lo? Gue mau ke kantin."
Nellsa tertegun malu bersambung kesal. Ia tahu, Raga sangat perfect, ke manapun ia melangkah pasti selalu ada paparazi di sela-sela kampus. Ia orang yang datar, berbicara sesuai apa yang ia ingin. Dan selalu mematikan lawan bicaranya seketika. Nellsa pun tak tahu, setelah tahu Raga pindah ke Indonesia, tepatnya belajar di kampus yang sama, membuat Nellsa malah tak nyaman. Padahal, di Rotterdam lalu mereka sempat sangat akrab. Saling menghibur dan tolong menolong. Tapi, ketika melihat Raga di Indonesia, malah membuat hatinya terus tak nyaman.
"Nellsa, kenapa lo jadi jutek gini sama gue? Waktu di Rotterdam, lo gak sejutek ini. Apa ini ada hubungannya sama orang yang mirip sama gue itu?"
"Tolong jangan bahas itu sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER 20 DAYS
General FictionPerjalanan Nellsa ke Belanda untuk melakukan observasi, malah membuatnya dejavu akan cinta masa lalunya ketika bertemu dengan Raga. Raga, pria asal Rotterdam itu membuat Nellsa harus merasakan kilas balik perasaan cintanya karena kemiripan wajah Rag...