Chapter 01

41 1 0
                                    

"Pagi, Pak Rendy!" sapa petugas keamanan gedung.

"Pagi, Pak!" balas Rendy sambil berjalan menuju elevator gedung.

"Pak Rendy, selamat pagi!" sapa gadis resepsionis lobby dengan nama 'Vanessa Agustine' di nametag yang terpasang di blazer miliknya.

"Pagi, Nessa!" balas Rendy.

Rendy cukup terkenal di gedung perkantoran yang terletak di sebuah kawan perkantoran daerah Jakarta Pusat ini. Dia dikenal dengan keramahan, serta fisik yang di atas rata-rata bagi kaum hawa. Banyak yang menyukai sosok Rendy, namun tidak ada yang berhasil mendapatkan hatinya. Tapi, ada satu perempuan yang tidak pantang menyerah untuk menggantikan posisi wanita yang ada di hati Rendy.

"Pagi, Mas." sapa seorang perempuan yang berada di samping Rendy.

"Eh, Vera. Pagi juga, Ver." balas Rendy yang sedang menunggu elevator.

"Udah sarapan, mas?" tanya Vera.

"Belum sih. Gak sempet." jawab Rendy.

"Kamu kebiasaan deh mas!" Vera meninggikan sedikit nada bicaranya.

"Hehehehe... Lupa."

"Kan aku udah ingetin!"

"Iya, maaf. Besok gak lupa. Janji."

"Ya udah kita sarapan berdua ya. Kebetulan aku bikin sarapan lebih. Aku tahu pasti kamu gak sarapan." ujar Vera.

"Hahahahaha... Kamu ini. Ya udah boleh deh."

****

Namanya Vera Agatha, perempuan yang tak kenal kata menyerah untuk mengambil hati Rendy. Vera dan Rendy hanya beda dua tahun. Sama seperti Tasya dan Rendy. Yang menjadi ciri khas dari Vera adalah kaca mata berwarna biru muda dan senyum dengan lesung pipitnya yang manis.

Banyak kaum adam yang menyukai sosok Vera. Vera tergolong wanita yang manis dan cantik. Dengan rambut lurus panjang sampai lehernya bagai polisi wanita. Dia juga sosok yang feminim dan lemah lembut. Bentuk tubuhnya langsing dan proporsional. Wajar saja banyak yang mengagumi sekaligus mengejar untuk merebut hatinya. Walaupun, dia cinta pada pandangan pertama dengan Rendy.

"Kamu bikin apa untuk sarapan, Ver?" tanya Rendy yang berada satu lift dengan Vera.

"Nasi goreng buatanku dong." jawab Vera.

"Oh, ya? Wah, gak sabar mau coba." ujar Rendy.

"Udah sampai, Mas. Yuk!"

Lift yang mereka tumpangi telah sampai di lantai tempat mereka beraktifitas. Perusahaan tempat Rendy dan Vera bekerja mempunyai pengaturan meja bekerja dengan sistem 'open space'. Yang artinya di mana karyawan bebas memilih di mana ia akan duduk. Tapi, berbeda dengan Vera. Vera bekerja sebagai 'IT Helpdesk' yang mempunyai job desk menerima telepon dari karyawan mengenai keluhan dengan perangkat kerja mereka. Jadi, dia tidak bisa bebas memilih tempat duduk. Hanya Rendy yang bisa leluasa ingin duduk di mana yang dia inginkan.

****

Setelah menaruh barang bawaan mereka di meja masing-masing, Vera dan Rendy bergegas menuju pantry untuk memakan sarapan bersama. Mereka berdua duduk saling berhadapan. Vera mengeluarkan dua buah kotak makan yang berisik satu porsi nasi goreng di setiap kotaknya. Wanginya sungguh menggoda bagi siapa yang mencium aromanya. Tak terkecual dengan Rendy.

"Wah, wanginya!" ujar Rendy.

"Dihabisin loh, Mas. Aku marah kalau kamu gak habis makannya." ujar Vera.

"Aku coba ya." Rendy menyuap satu sendok makan nasi goreng buatan Vera masuk ke dalam mulutnya.

"Hhmm..."

"Gimana, Mas?" tanya Vera penasaran.

"Ya Allah, enak banget! Kamu pinter masak ya, Ver." jawab Rendy.

"Wah, maaf. Ganggu yang lagi pacaran nih." tiba-tiba saja ada seseorang masuk ke dalam pantry.

"Ih, apaan sih Kak Tommy." ujar Vera.

"Gimana jadi bos rasanya, Ren?" tanya Tommy.

"Biasa aja."

"Buruan lamar Vera. Nanti Vera diambil gue loh, Ren." ujar Tommy.

"Iihh! Apaan sih, Kak!" Vera mencubit tangan Tommy hingga Tommy merintih.

Pria bernama Jonathan Hosea Pratama ini adalah kawan satu tim dengan Rendy sebelum Rendy naik jabatan. Dia biasa dipanggil dengan sebutan Tommy. Entah dari sudut pandang apa dia bisa mempunyai nama panggilan seperti itu.

Tommy ini bertubuh gemuk. Kegemarannya adalah menggoda Vera hanya untuk sekedar bercanda. Berbeda dengan Vera, Tommy ini berada di tim 'IT Desktop Support' yang mempunyai job desk menghampiri karyawan untuk menyelesaikan permasalahan pada perangkat kerja mereka jika tim dari Vera tak dapat menyelesaikannya by remote.

"Sini ikut makan, Tom." ajak Rendy.

"Udah makan bubur pakde gue tadi di bawah. Gue mau ngopi doang kok. Dah, lanjutin pacarannya." ujar Tommy lalu keluar dari ruangan.

"Sana sana! Ganggu aja." ujar Vera sambil mengibaskan tangannya.

"Mas."

"Iya, Ver."

"Jangan dipikirin kata-kata Kak Tommy. Dia emang rese."

"Iya, nggak kok."

"Kok kamu langsung murung gitu?" tanya Vera.

Pada saat di suapan berikutnya, Rendy teringat dengan seseorang. Seseorang yang pandai memasak nasi goreng untuknya sarapan di masa lalu. Seseorang yang ada di hatinya. Seseorang yang ada di balik tulisan pada burung kertas merah muda yang berjajar di atas meja kamarnya.

"Nggak apa-apa kok. Yuk, lanjutin lagi makannya." ujar Rendy.

Vera lebih memilih diam dan menatap wajah Rendy. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Rendy. Karena sudah cukup lama Vera mendekatkan diri pada Rendy. Jadi, dia tahu jika Rendy sedang berbohong atau jujur.

"Mas." panggil Vera seraya memegang tangan kiri Rendy.

"..."

"Cerita sama aku."

Rendy menghela napas panjang, "Aku cuma kangen aja, Ver."

"Sama?"

"Perempuan yang dulu sering masakin aku sarapan. Tapi udah dulu banget. Dua belas tahun lalu." jawab Rendy.

"Siapa dia?" tanya Vera kembali.

"Namanya Anna. Perempuan yang rela mengorbankan apapun buatku."

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang