Chapter 13

15 0 0
                                    

Vanessa menunggu hasil pemeriksaan dokter yang berjaga di IDG salah satu rumah sakit di daerah Jakarta Selatan. Tak berhenti bibirnya bergetar dan lidahnya mengucapkan doa untuk sang ibunda. Di sampingnya, ada Bella yang mengusap pelan bahu Vanessa agar dia tetap tenang dan tidak panik. Kini, sang pusat tata surya sudah tepat posisinya di atas kepala.

"Sambil nunggu ibu kamu, kita makan dulu yuk!" ajak Bella.

"Aku gak nafsu makan kalau lagi kayak gini, Bel..." ujar Vanessa.

"Lagian juga kamu udah makan." lanjut Vanessa.

"Ya aku temenin kamu..." ujar Bella.

Waktu yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Akhirnya, sang dokter keluar dari balik tirai yang menutupi ibunda Vanessa yang sedang terbaring lemah setelah diperiksa. Dokter tersebut menghampiri Vanessa dan Bella yang sedang duduk menunggu kabar dari dokter. Suara langkah kaki dari sepatu hitamnya terdengar oleh Vanessa dan Bella, yang membuat mereka langsung menoleh ke arah di mana suara itu berasal.

"Keluarga pasien yang mana?" tanya dokter.

"Saya, Dok..." jawab Vanessa.

"Bisa ikut saya sebentar?" tanya dokter.

"..."

"Udah sana... Gue tunggu sini." ujar Bella.

Vanessa mengikuti langkah dokter itu menuju mejanya yang terletak di IGD. Dokter tersebut menghela napas panjang sebelum menjelaskan apa yang terjadi oleh ibunda Vanessa. Vanessa sudah mulai cemas dengan keadaan ibunya sekarang. Belum lagi, dokter tersebut terlihat serius.

"Jadi begini, Mbak... Kondisi ibunya saat ini sedang lemah. Saya anjurkan untuk dirawat inap. Ibu juga mengalami gejala tuberkolusis." ujar dokter itu.

"Dirawat, Dok? Berapa lama?" tanya Vanessa.

"Kalau itu, tergantung ibunya sendiri, Mbak... Kalau kondisi tubuhnya pulih dengan cepat, bisa diperbolehkan pulang dan ikut rawat jalan untuk pemeriksaan gejala lebih lanjut."

"..." Vanessa menghela napas panjang dan tertunduk lesu.

"Tapi, Mbak harus menyelesaikan administrasi tindakan IGD terlebih dahulu. Biar nanti sekalian kita carikan kamar untuk ibu." ujar dokter.

"Gimana ya, Dok..."

"Untuk kesehatan ibu, jangan ada yang dikhawatirkan, Mbak... Silahkan ke bagian administrasi dulu ya." ujar dokter.

"Iya, terima kasih, Dok..." Vanessa bangkit dari duduknya dan berjalan lemas ke arah meja administrasi.

Vanessa langsung memberikan map yang diberikan dokter tersebut ke meja administrasi. Vanessa berdiri menunggu hasil perincian biaya yang harus dibayarkan. Vanessa mulai kebingungan karena takut uang yang dia miliki tak mencukupi untuk membayar tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Tiba-tiba saja, Bella muncul dari belakang.

"Gimana kata dokter?" tanya Bella.

"Mama harus dirawat beberapa hari, Bel..."

"Totalnya jadi Rp920.000,00..." ujar kasir bagian administrasi.

"Sembilan ratus ribu, Mbak?" tanya Vanessa.

"Iya, Bu..."

Vanessa langsung tertunduk lesu. Benar saja, uangnya tak mencukupi untuk membayar administrasi tindakan pihak rumah sakit terhadap ibunya. Hanya ada empat ratus ribu saja di dalam dompet Vanessa. Itupun uang yang akan digunakan untuk bertahan hingga upah bulanannya dibayarkan.

"Ini, Mbak..." Bella mengeluarkan kartu debitnya.

"Eh, jangan Bella..." Vanessa mencoba menahan.

"Muka kamu udah pucat gitu... Aku tau kamu gak cukup uangnya, kan?"

"..."

"Ini kartunya, Bu. Terima kasih." kasir itu mengembalikan kartu milik Bella.

"Terima kasih ya, Bel... Aku jadi ngerepotin kamu." ujar Vanessa.

"Udah gak usah dipikirin, Nes..."

"Ya aku gak enak aja. Kamu udah anter Mama ke IGD, terus sampai bayar adminnya lagi..." ujar Vanessa.

"Udah jangan dipikirin, yang penting ibu kamu sehat..." ujar Bella.

"Terima kasih ya, Bella."

****

Pihak rumah sakit sudah mendapatkan kamar untuk ibunda Vanessa. Perawat yang ada di sana segera memasangkan selang infus lalu memindahkan ibunda Vanessa ke atas ranjang yang lain dan membawanya ke ruang rawat inap kelas dua. Ruangan ini terlihat sepi. Hanya ada ibunda Vanessa yang dirawat di ruangan ini. Selebihnya, hanya sekumpulan ranjang kosong tak berpenghuni.

"Mama di mana ini, Nak?" tanya Mama Vanessa.

"Mama masih di rumah sakit... Kata dokter, Mama harus dirawat..." ujar Vanessa.

"Duh! Mama pulang aja, Nak! Uang dari mana nanti untuk bayar ini semua..."

"..."

"Ini siapa, Nak?" tanya mamanya Vanessa.

"Saya Bella, Bu. Temannya Vanessa." ujar Bella lalu mencium tangan ibunda Vanessa.

"Temanmu cantik ya..."

"Ma, tadi yang bayar biaya IGD itu Bella..." ujar Vanessa.

"Terima kasih, Bella... Maaf jadi ngerepotin..."

"Gak apa-apa kok, Bu... Namanya juga ngebantu teman. Oh iya, aku harus pergi karena ada perlu. Nanti, kalau butuh bantuan jangan sungkan hubungin aku ya, Nes..." ujar Bella.

"Iya, makasih banyak... Maaf ngerepotin kamu, Bel."

"Saya permisi dulu ya, Bu..."

Bella berjalan keluar dari ruangan menuju area parkir tempat di mana dia memarkirkan mobilnya. Pada saat dia berjalan di area lorong rumah sakit, Bella mengambil telepon genggamnya dan menelpon seseorang.

"Halo, Bella..." terdengar suara laki-laki dari balik handset telepon genggamnya.

"Gue ada kenalan perempuan... Cantik, badannya bagus... Lo mau bayarin berapa?"

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang