Chapter 34

11 0 0
                                    

Seorang gadis cantik berambut panjang kini sudah bangkit dari perjalanan mimpi yang panjang. Malam yang telah berlalu dan berganti menjadi pagi. Namun sayangnya, matahari masih enggan menampakkan diri. Pukul 04.00 WIB, Rheva sudah bangun dan bersiap menuju kantornya. Tak seperti biasanya dia bangun lebih pagi.

Pukul 05.00 WIB, dia sudah siap. Tak lupa dia membawa hidden cam dan voice recorder untuk ia taruh di ruang kerja milih Gavin Ramaditya, atasan dari Rheva Rahmadhani. Ditemani oleh gemerlap lampu sepanjang jalan, Rheva melangkahkan kakinya hingga ke jalan besar untuk naik kendaraan umum yang akan mengantarkannya menuju tempat di mana dia bekerja.

Hanya butuh waktu kurang dari satu jam, Rheva sudah sampai di kantornya. Suasana masih sepi, hanya ada seorang petugas keamanan yang kebetulan sedang berjaga dari malam hingga pagi hari, serta petugas kebersihan yang sehari-hari menginap di sana.

"Pagi, Bu Rheva! Tumben pagi banget." sapa petugas keamanan.

"Pagi, Pak! Iya nih ada urusan yang harus saya selesaikan pagi ini." ujar Rheva. "

Rheva berjalan cepat menuju meja kerjanya. Mengambil sebuah gunting dan perekat lalu melanjutkan langkah kakinya menuju ruangan milik Gavin Ramaditya. Rheva menyalakan voice recorder dan menaruhnya di bawah meja dengan menggunakan perekat, lalu dia juga menyalakan hidden cam yang ditaruh di tempat pena yang terletak di atas meja menghadap ke kursi pengunjung ruangan, tempat biasa Rheva duduk dan digoda oleh Gavin.

Gavin biasa datang sebelum para pegawai masuk. Sekitar pukul 06.30 WIB. Untung saja Rheva berhasil mempersiapkan semua sebelum Gavin datang. Sepuluh menit sebelum kedatangan Gavin, Rheva sudah selesai menaruh peralatan miliknya dan kembali ke meja kerjanya.

****

"Vin..." panggil Ramaditya Aslam, ayah dari Gavin di balik pintu.

"Iya, masuk Pa!" jawab Gavin.

"Gimana hubunganmu sama Anna? Bisa dipercepat gak pernikahan kamu?" tanya ayahanda Gavin.

"Belum jelas jawaban dari Anna, Pa..." Gavin menghela napas panjang, "Pa, kalau aku cari perempuan lain aja gimana?"

"Kamu ini gimana sih! Kita itu kan sepakat untuk menghancurkan hidup keluarga si Nugroho itu termasuk anak-anaknya!" ayahanda Gavin mulai emosi.

"..."

"Si keparat itu pasti mewariskan perusahaannya pada anaknya itu. Kalau suasana hati dan mental si anak itu kacau, mudah buat kita jadi raja kontraktor. Setelah itu, terserah kamu mau ceraikan Anna dan menikah dengan yang lain." ujar Ramaditya.

"Terus, gimana caranya supaya Anna nerima aku dan nikah sama aku?" tanya Gavin.

"Astaga! Kayak gitu aja masih nanya. Ya kamu hamilin aja duluan!" jawab Rama.

"..."

"Anna cantik loh, Vin... Yakin kamu gak mau ngerasain badannya duluan? Hahahahaha!" ujar Ramaditya.

"Iya iya, Pa... Aku mah tau itu... Duh, ngebayanginnya aja udah bikin aku sakit kepala. Hahahahaha!" jawab Gavin.

Mereka melanjutkan obrolan tanpa sadar bahwa mereka sedang terekam oleh voice recorder yang ada di bawah meja kerja milik Gavin. Memberikan sebuah bukti bahwa memang ini semua adalah rencana jahat dari Ramaditya Aslam. Sebuah persaingan bisnis yang saling menjatuhkan, membuat mereka gelap mata menghalalkan segala macam cara.

Tapi, nasib baik menghampiri mereka. Sang ayahanda Gavin melihat sebuah pena yang bentuknya familiar. Seperti mengetahui bentuk dari pena tersebut adalah sebuah hidden cam. Sontak saja, ayahanda dari Gavin mengambil pena tersebut.

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang