Chapter 18

12 0 0
                                    

"Udah ada petunjuk, Nak?" tanya ibunda Anna.

"Awalnya aku pikir, aku udah ketemu petunjuknya, Bu... Tapi, kayaknya aku mesti istikharah lagi... Aku bingung..." ujar Anna.

"Kenapa bingung?" tanya ibunda Anna seraya membuatkan teh hangat untuk Anna yang baru saja pulang ke rumah.

"..." Anna hanya menghela napas panjang.

"Ini diminum dulu."

"Iya terima kasih, Bu..."

"Nak Gavin sudah berniat baik melamarmu... Kenapa gak kamu terima aja?" tanya ibunda Anna.

"Bu, perasaanku gak bisa dipaksakan. Di hatiku masih ada orang lain..." ujar Anna.

"Rendy?"

"..." Anna hanya mengangguk pelan.

"Waktu kamu istikharah, apa yang kamu minta?" tanya ibunda Anna.

"Aku harus lupakan Rendy atau membuka hatiku untuk orang lain..."

"Lalu?"

"Lalu Gavin tiba-tiba hadir dan berniat melamar..." ujar Anna pelan.

"Itu artinya memang kamu harus buka hatimu untuk orang lain, sayang..."

Tiba-tiba saja terdengar dari suara klakson mobil di depan rumah Anna. Sebuah mobil Porsche Cayman berwarna hitam metalik terparkir di depan rumah Anna. Seorang lelaki tampan dan gagah keluar dari dalam mobil dengan pakaian yang masih rapih sambil menenteng sebuah makanan yang dibungkus dalam kemasan. Dia adalah lelaki yang sekarang menghantui perasaan dan pikiran Anna atas jawaban dari meminta petunjuk kepada Tuhan.

"Nah, kan... Apa ibu bilang... Baru diomongin, udah datang orangnya..."

"Bu..." Anna menahan tangan ibunya.

"Udah gak apa-apa... Kamu masuk dulu ke kamar. Ganti pakaianmu dengan yang lebih tertutup sama kerudung." ujar ibunda Anna.

"Iya, Bu..." Anna bergegas masuk ke dalam kamarnya.

Setelah Anna masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian, ibunda Anna membukakan pintu untuk lelaki itu. Ibunda Anna mempersilahkan lelaki itu masuk dan duduk sambil menunggu Anna keluar. Ibunda Anna membawa makanan yang diberikan oleh lelaki itu masuk ke dalam dapur dan di sajikan di atas piring. Tak lama kemudian, keluarlah Anna dengan menggunakan tanktop berwarna ungu yang ia balut dengan sweater hitam serta celana panjang berwarna putih dan tak lupa kerudung panjang yang menutupi rambut hingga bagian dadanya.

"Hai, Anna!" sapa lelaki tersebut.

"Ya, Mas Gavin..." balas Anna.

"Kamu kalau di rumah, kerudungan juga?" tanya Gavin.

"Iya, Mas... Kalau ada tamu sama pas mau keluar aja..." ujar Anna.

Gavin hanya tersenyum dan menatap Anna dari kaki hingga ujung kepalanya. Seperti ia sedang memikirkan sesuatu yang ada pada diri Anna. Anna yang menyadarinya langsung melihat ke dirinya sendiri karena takut ada yang salah dengan pakaiannya.

"Ada yang salah sama penampilanku, Mas?" tanya Anna.

"Nggak kok... Aku cuma ngebayangin aja..." ujar Gavin.

"Ngebayangin apa?" tanya Anna kembali.

"Ngebayangin bentuknya kayak apa..." ujar Gavin.

"Bentuk apa sih, Mas? Aku gak ngerti..."

"Yang ada di balik pakaian..."

"Nak Gavin, silahkan diminum tehnya... Mumpung masih hangat." tiba-tiba saja Ibunda Anna datang membawakan secangkit teh hangat untuk Gavin.

"Oh, makasih Bu... Ngerepotin nih.."

"Lanjut lagi ngobrolnya... Ibu ke dalam dulu..."

Tiba-tiba saja suasana menjadi hening dan senyap. Tak ada kata-kata yang keluar dari Gavin atau Anna. Anna yang gugup karena ditatap oleh Gavin, lebih memilih menundukkan pandangannya. Anna juga tak bisa membohongi dirinya dan memang semua perempuan akan mengakui betapa tampan dan matangnya seorang Gavin Jonathan Ramaditya, anak dari Ramaditya Aslam yang merupakan Founder dan juga pemegang saham terbesar dari PT. Bangun Karya. Gavin beranjak dari duduknya, lalu duduk di samping Anna.

"Anna..."

"Iya, Mas..." Anna terlihat gugup.

Anna mulai merasa sedikit takut. Karena sekelibat tadi ia mendengar bahwa Gavin sedang memikirkan hal yang ada di balik pakaiannya. Pikiran negatif dan positif seketika langsung terbayangi oleh Anna dan bertanya-tanya apa maksud di balik pakaiannya. Negatifnya, Anna berpikir sesuatu yang ada padanya. Sisi positifnya, mungkin bukan pakaian Anna yang ia maksud. Bisa jadi pakaian dari client-nya atau orang lain.

"Masalah lamaranku... Aku mau jawabanmu secepatnya." ujar Gavin.

"Mas... Aku boleh jujur?" tanya Anna.

"Iya..."

"Aku takut sama kamu, Mas..."

"Takut kenapa?"

"Tadi kamu bilang ngebayangin sesuatu di balik pakaian... Pakaianku maksudmu?" tanya Anna.

"Oh, hhmm... Bu... Bukan... Itu aku mau ngomongin soal gaun resespsi... Iya itu, Na... Hehehehe..." ujar Gavin.

"Oh, aku pikir apa... Maaf ya, Mas... Aku jadi berpikiran buruk." ujar Anna.

"Gak apa-apa kok, Na..."

"Aku belum bisa kasih jawaban, Mas... Aku mau minta petunjuk lagi... Tapi, kalau nanti kamu lagi yang dihadirkan Allah untukku, insya Allah kamu pasti aku terima jadi suamiku." ujar Anna.

"Mudah-mudahan kamu dikasih petunjuk secepatnya... Aku langsung pulang ya, sayang." ujar Gavin.

"Oh, iya Mas..."

Anna dan Gavin beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari rumah. Suasana malam yang sunyi dan sepi, hanya ada satelit alami bumi tanpa hiasan gemerlapnya bintang di atas langit malam. Gavin pun masuk ke dalam mobil mewahnya dan bersiap bertolak menuju kediamannya.

"Anna, aku tunggu jawabanmu ya... Aku pulang dulu..." ujar Gavin dari dalam mobilnya.

"Iya, Mas... Pasti... Aku janji..."

"Dah, Anna..."

Gavin melajukan mobilnya dengan perlahan. Sorot lampu belakangnya membiaskan cahaya berwarna merah memantul ke aspal namun tak menyilaukan mata. Perlahan hingga mobilnya hilang dari pandangan, Anna lalu masuk ke dalam rumahnya dan melepas kerudung dan sweater yang ia pakai.

****

Hari sudah pagi, saatnya Anna bersiap menuju ke tempat di mana ia bekerja sekarang. Suara kicauan dari hewan bertulang belakang dan memiliki sayap menghiasi pagi ini. Mereka berterbangan dari satu ranting ke ranting lain dan saling bersahut-sahutan. Sebuah pusat tata surya yang berjarak jutaan kilometer dari bumi kini perlahan muncul dan terlihat melayang di atas langit. Memancarkan cahaya dan menghangatkan suasana pagi dari dinginnya malam.

"Kamu udah mau berangkat, Nak?" tanya ibunda Anna.

"Iya, Bu..."

"Gak sarapan dulu?"

"Di sana aja nanti." ujar Anna seraya memakai sepatunya.

"Bu, aku mau cerita..." Anna duduk di samping ibunya di teras rumahnya.

"Cerita apa?"

"Aku makin bingung... Semalam, sebelum aku tidur, aku berharap semoga aku mendapatkan petunjuk atas semuanya..." ujar Anna.

"Lalu?"

"Aku mimpi Rendy yang menikah denganku, Bu..."

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang