Chapter 28

9 0 0
                                    

Suara adzan shubuh telah berkumandang. Terdapat seorang perempuan muda yang masih terduduk di atas ranjangnya. Matanya tak bisa terpejam dari pukul tiga dini hari tadi. Memikirkan sebuah acara sakral yang akan dijalaninya pagi nanti. Jantungnya berdebar dengan kencang. Seakan tak percaya bahwa dia akan menjalani kehidupan baru setelah ini. Seketika ia terkejut karena pintu kamarnya terbuka.

"Anna..."

"Eh, Ibu..."

"Ibu kira kamu belum bangun..."

"Aku belum bisa tidur, Bu..."

"Ya sudah, kamu sholat dulu... Setelah itu, kita siap-siap ke gedung nikahan kamu..."

"Iya, Bu..."

Anna bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Dengan perlahan, dia membasuh wajah dan rambutnya yang hitam panjang. Lalu, dia menunaikan sholat shubuh dan tak lupa memanjatkan doa.

"Ya Allah, haruskan aku melawan kata hatiku sendiri? Apakah dia adalah yang terbaik untukku? Jika memang dia yang terbaik, berikanlah aku petunjuk-Mu. Jika memang sudah takdirku, aku akan ikhlas menerimanya." ujar Anna dalam doanya.

****

"Udah siap semua, nak?" tanya Ayahanda Anna.

"Insya Allah, udah Pak..." jawab Anna.

"Ya udah yuk berangkat..." ujar ibunda Anna.

Anna dan keluarga bertolak dari rumahnya menuju gedung resepsi. Ditemani oleh arunika yang indah di atas langit berhiaskan cahaya matahari dan nyanyian burung gereja. Dipayungi oleh pepohonan rindang, rantingnya berdansa riang dengan hembusan angin. Memecah pikiran Anna yang sedang bergejolak melawan kata hatinya sendiri.

"Kamu mikirin apa, Na?" tanya ibunda.

"Nggak mikirin apa-apa, Bu..."

"Gimana perasaanmu yang sebentar lagi jadi istri dari Gavin?" tanya ayahanda.

"Gak menentu, Pak... Mungkin aku sama Gavin belum tinggal bersama..." ujar Anna.

"Rendy sudah kamu undang, kan?" tanya ibunda.

"Sudah, Bu... Tapi, aku ragu dia akan datang..." ujar Anna pelan.

"Yang penting kamu sudah mengundang... Urusan dia datang atau tidaknya ya jadi urusan dia..." ujar ayahanda.

****

Satu jam telah berlalu, sampailah Anna dan keluarga di tempat tujuan. Sebuah gedung hotel yang megah dan mewah di sulap menjadi tempat resepsi pernikahan yang indah. Akad dan resepsi pernikahan antara Gavin dan Anna sebentar lagi akan dimulai. Lokasi yang digunakan adalah area taman di sekitar kolam renang dengan tema outdoor untuk akadnya. Dan akan dilanjutkan dengan resepsi yang diselenggarakan di sebuah ballroom yang megah.

Dilema, istilah yang merujuk kepada suatu keadaan di mana seseorang mengalami kondisi dalam situasi sulit. Kondisi menyulitkan untuk menentukan suatu pilihan. Menawarkan dua pilihan sulit di mana kedua pilihan tersebut bukanlah pilihan praktis untuk diterima. Mengharuskan seseorang untuk memilih di antara pilihan-pilihan yang sama-sama tidak menguntungkan dan sama-sama tidak menyenangkan. Dilema dapat terjadi dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah asmara.

Itulah yang dialami oleh Anna saat ini. Bimbang antara dua pilihan. Jika dia menolak Gavin, dia akan membuat malu keluarganya karena ayahanda sendiri sudah menyetujui untuk menikahkan Anna kepada Gavin. Walaupun ibunda sendiri mempunyai keinginan untuk Anna dalam memilih. Ibunda dari Anna tahu bahwa Anna lebih memilih Rendy dari pada Gavin karena memang hatinya terpahat nama Rendy. Tapi, ibunda tak bisa membantah apa kata suaminya yang memutuskan bahwa Anna akan menikah dengan Gavin.

****

"Cantiknya anak Ibu..." ujar Ibunda Anna di ruang rias.

"Ah, Ibu..."

"Beruntungnya Gavin bisa jadi suami kamu..."

"..." Anna menghela napas panjang.

"Kadang, harapan itu tak sesuai dengan kenyataan... Tapi, itu sudah skenario terbaik yang Allah gariskan buat kamu, nak..." ujar ibunda.

"..." Anna mulai meneteskan air mata.

"Nak, ibu juga ingin kamu bahagia... Ibu juga tau kamu lebih memilih Rendy... Tapi, kita gak bisa membantah perintah Bapak..." ujar ibunda seraya mengenggam tangan Anna.

"Iya, aku paham, Bu..."

"..."

"Apakah setelah ini, aku masih bisa bertemu Rendy?" tanya Anna.

Ibunda Anna hanya mengelus kedua bahu Anna dan berjalan meninggalkan Anna yang sudah siap dengan gaun pengantinnya. Memberikan sinyal bahwa harapan untuk bertemu Rendy sudah tak memungkinkan setelah Gavin menjadi suaminya secara sah.

Ditambah lagi keadaan hati Anna yang masih mencintai Rendy sepenuh hati. Bukan perkara mudah untuknya agar dapat melupakan Rendy dan menerima Gavin. Sudah banyak pengorbanan yang Rendy lakukan pada Anna.

"Anna..." panggil ayahanda.

"Iya, Pak..."

"Ayo cepat! Kamu ditunggu di depan... Gavin dan para saksi sudah menunggu..."

Anna berjalan perlahan keluar dari ruang rias. Parasnya sangat cantik membuat semua mata tak percaya bahwa ia adalah Devianna Azzahra. Gavin juga ikut terkejut dengan penampilan Anna yang memukai para tamu akad dan saksi. Tapi, pandangan Anna terus tertunduk dan hati yang berkecamuk. Hingga akhirnya dia duduk di samping Gavin, sang calon suami.

"Sudah bisa dimulai?" tanya penghulu.

"Gimana, Gavin? Siap?" tanya ayahanda Anna.

"Siap, Pak!" jawab Gavin.

"Mau bapak yang nikahkan?" tanya penghulu pada ayahanda Anna.

"Iya, biar saya saja, Pak."

Para tamu undangan dan para saksi seketika diam membisu. Ruangan yang sudah terisi beberapa orang kini menjadi senyap ketika kedua tangan Gavin dan ayahanda Anna berjabatan.

"Bismillahirrahmanirrahim... Saya nikahkan ananda Gavin Ramaditya bin Ramaditya Aslam dengan anak saya yang bernama Devianna Azzahra binti Jafar Khalid dengan mas kawin seperangkat sholat dan emas seberat 10 gram dibayar tunai..."

"Saya terima nikahnya Devianna Azzahra binti Jafar Khalid dengan mas kawin tersebut dibayar Tunai."

Dan kini, Gavin telah menjadi suami sah dari Anna. Anna melihat sosok lelaki sekelibat di lorong sebelah kanan dari ballroom tersebut. Sosok lelaki yang ia pikir tak akan datang justru telah menyaksikan prosesi akad nikah dari kejauhan. Anna langsung beranjak dari duduknya dan berlari ke arah di mana lelaki itu berdiri dan menghilang.

"Rendy!" teriak Anna memanggil lelaki itu.

"Rendy tunggu!" Anna berlari sambl memanggilnya.

"Anna! Kamu mau ke mana!" tanya ibunda Anna sambil menahan Anna.

"Rendy, Bu... Ada Rendy!"

Anna keluar dari ballroom tersebut dan melihat kiri-kanannya. Anna sudah mendapati lelaki tersebut tidak ada di sana. Anna terus menanggilnya namun tak ada jawaban. Sampai akhirnya ia memecahkan tangisnya dalam keputusasaan.

****

"Anna... Anna..."

"Anna bangun nak..."

"Ibu..."

"Hei, kamu kenapa?" tanya ibunda.

"Bu..." Anna memeluk ibunya yang ada di sampingnya. "Aku mimpi buruk... Aku nikah sama Gavin dan ada Rendy juga di sana..."

"Kok buruk?" tanya ibunda.

"Ya buruk lah, Bu... Aku cintanya sama Rendy..." jawab Anna.

"Pantesan kamu nyebut nyebut Rendy terus... Ya udah bangun, sholat shubuh dulu..."

Beruntung, itu hanyalah sebuah mimpi.

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang