Chapter 33

8 0 0
                                    

Masih dalam singgah sanah di mana Rendy tinggal setiap harinya. Anna melihat sekeliling rumah Rendy seakan bernostalgia pada masa sekolah dulu. Tak ada yang berubah dari rumah ini. Anna mulai masuk ke dalam kamar Rendy dan menemukan Rendy yang sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Kamar kamu gak berubah ya, Ren?" ujar Anna seraya melangkah masuk.

"Iya, gini-gini aja kamarku."

Kedua mata Anna terbelak, melihat sesuatu yang tak disangka. Sekumpulan burung kertas berwarna merah muda berbaris dan berjajar di atas meja dekat jendela. Anna menghampiri meja tersebut dan melihat burung kertas itu satu per satu.

"Kamu..."

"..." Rendy menoleh ke arah Anna.

"Kamu masih simpan ini?" tanya Anna.

"Iya, kenapa memangnya?"

"Aku pikir udah kamu buang, Ren..." ujar Anna.

"Gak mungkin aku buang, Na..." Rendy kembali duduk di tepi ranjang tepat di samping Anna. "Dulu, waktu aku rindu sama kamu, aku selalu lihat burung kertas itu. Aku buka tiap lipatannya, aku lihat tulisan kamu. Terus aku lipat lagi ke bentuk semula." ujar Rendy.

"..."

"Kalau kamu gimana, Na?" tanya Rendy.

"Aku... Aku cuma bisa mendoakan kamu, Rendy. Mendoakan yang terbaik untukmu. Bahkan, aku sampai nangis seharian di kamar karena menahan rindu. Sakitnya luar biasa. Ketika aku merindukan seseorang tapi aku tak bisa menjangkaunya. Aku hanya bisa berdoa..." ujar Anna pelan.

"Iya, tapi sekarang kamu sudah jadi milik Gavin..." ujar Rendy.

"Aku masih belum kasih keputusan untuk nerima dia, Ren..."

"Kenapa begitu?"

"Entah, aku merasa ada yang janggal. Lagipula, hatiku tak memilihnya." ujar Anna.

Telepon genggam milik Rendy tiba-tiba saja bergetar. Ada panggilan masuk dari Tommy yang namanya muncul pada layar ponsel berlogo buah apel milik Rendy. Setelah menghela napas panjang, Rendy menjawab panggilan tersebut.

"Halo, Ren..."

"Iya, Tom..."

"Vera balas WA-ku tadi. Nanti siang dia balik ke kantor."

"Serius lo?"

"Iya benar... Eh, kau balik ke sini gak? Tadi aku udah lapor ke pak bos, kau dan Anna ada urusan mendadak."

"Iya balik tapi gue mager parah. Hahahahaha..."

"Hahahahaha... Ya aku tau kau sedang sama Anna... Selesaikanlah masalahmu dulu berdua... Kalau sudah urusan asmara, aku nyerah, Ren..."

"Iya, Tom... Back up gue dulu selagi gue gak ada ya..."

"Beres, Bos!"

Panggilan berkahir, dan Rendy meletakkan telepon genggamnya di atas meja. Sekilas, Anna melihat wallpaper dari telepon genggam milik Rendy sekilas. Lalu, dia menyalakan layar ponsel milik Rendy untuk melihatnya lebih jelas. Terpasang sebuah foto dari kumpulan burung kertas merah muda dan sebuah kalimat "Karang yang rusak tak pernah membenci ombak" di atasnya.

"Hujan yang turun tak pernah membenci awan." Anna berkata seraya menggenggam erat tangan Rendy.

"..."

Anna memperlihatkan telepon genggam milik Rendy dengan wallpaper sekumpulan burung kertas berwarna merah muda dan kata-kata di atasnya. Rendy pun terkejut karena Anna masih ingat apa yang ia tuliskan untuk Rendy. Rendy kembali bangkit dan duduk bersampingan dengan Anna.

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang