Chapter 43

6 0 0
                                    

"Aku tak bisa melakukan seperti apa yang kamu lakukan untukku. Bahkan, aku sempat bertanya apakah kamu percaya dengan apa yang aku rasakan. Sebuah perasaan yang hanya bisa ku ungkapkan melalui tiap bait dalam paragraf yang aku tuliskan di atas kertas merah muda.

Ya, aku sadar. Aku tak bisa melakukan apa-apa. Tapi, aku hanya bisa melakukan satu hal. Yaitu...

Mecintaimu...

Entah sampai kapan rasa ini dapat ku tanam dalam-dalam.

Devianna Azzahra."

****

Rendy mendapatkan sebuah burung kertas berwarna merah muda di samping tempat tidurnya. Di dalamnya ada untaian kalimat yang dituliskan dengan tinta berwarna hitam lengkap dengan tanda tangan dari seseorang yang sampai kini masih terpahat namanya dalam hati.

Rendy pun bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju ruang tengah yang berada di lantai satu rumahnya. Di sana, dia menemukan ibunya yang sedang bersantai di atas sofa dengan secangkir teh leci buatannya.

"Baru bangun, Ren?" tanya Mama seraya melihat jam dinding tepat menunjukkan pukul 09.00 WIB.

"Iya, Ma. Anna mana, Ma?"

"Anna mau pulang dulu katanya. Sini duduk. Mama mau bicara." ujar Mama.

"Ada apa, Ma?"

"Mama mau bilang seseuatu tapi Mama harap kamu gak marah ya. Soalnya Mama seperti ngelangkahin kamu ini."

"Yah, Mama... Kayak sama orang lain aja." ujar Rendy.

"Kemarin, Mama udah bilang dan menawarkan ke Anna..." ujar Mama.

"Bilang apa, Ma?"

"Mama nawarin Anna untuk jadi istri kamu..."

"..."

"Rendy, umurmu sudah matang... Sudah saatnya kamu melepas masa lajangmu..."

"Iya, Ma... Sebenarnya aku mau banget Anna jadi istriku... Tapi, masih ada yang mengganjal..." ujar Rendy.

"Apa itu?"

"Dia sudah dilamar oleh Gavin... Dan orang tuanya taunya juga gitu..."

"Apa dengan kejadian kemarin, dia masih mau memilih Gavin untuk jadi suaminya? Kalau Mama jadi orang tuanya, Mama akan batalkan semua karena mendengar apa yang sudah dilakukan Gavin." ujar Mama.

"Dan satu lagi, Anna mau kamu bicara langsung dengannya bahwa kamu bersedia untuk jadi suaminya." lanjut Mama.

"..."

"Gimana keadaan kamu sekarang?" tanya Mama.

"Udah lebih baik, Ma." jawab Rendy.

"Nih..." Mama memberikan kunci mobil miliknya.

"Buat aku?"

"Enak aja! Belinya pakai duit tau... Gak metik dari pohon... Maksud Mama, kamu pakai mobil Mama terus kamu ke rumah Anna... Bilang deh apa yang kita omongin barusan... Mau Anna direbut orang lain lagi?" ujar Mama.

"Beres, Ma... Aku berangkat..." Rendy beranjak dari duduknya.

Tiba-tiba, Mama menarik telinga Rendy. "Eh eh eh... Enak aja main pergi..."

"Aduh! Apaan sih, Ma!" Rendy memegangi telinganya.

"Udah mandi emangnya?" tanya Mama.

"Hehehehehe... Lupa..."

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang