Chapter 11

12 0 0
                                    

Rendy terkejut mendengar pernyataan yang keluar dari mulutnya. Dia tidak ada cerita bahwa dia sudah mempunyai calon suami. Rendy langsung lemas dan kaku setelah mendengar apa yang Anna ucapkan. Mencoba berpikir dan menanamkan pengertian bahwa Anna tidak mencintainya namun tak berhasil. Anna berjalan ke arah Rendy dan berhenti tepat di depannya.

"Aku minta burung kertas itu..." ucap Anna sambil menadahkan tangannya.

Tanpa pikir panjang, Rendy mengeluarkan sebuah burung kertas berwarna merah muda dan menaruhnya di atas tangan Anna. Dengan emosi, Anna merobek burung kertas itu hingga menjadi serpihan-serpihan kecil lalu dia lemparkan ke wajah Rendy. Kejadian yang cukup menyita waktu dan mencuri perhatian orang-orang yang sedang berlalu lalang. Bahkan, ada yang sengaja merekam kejadian itu seperti layaknya merekam acara reality show.

"..." Rendy hanya terdiam membisu dengan perlakuan Anna kepadanya.

"Urus sana pacar barumu! Hubungan kita hanya sebatas atasan-bawahan! Gak lebih!" ujar Anna lalu meninggalkan Rendy.

Anna dan Gavin masuk ke dalam mobil mewah buatan Jerman itu lalu melaju meninggalkan Rendy yang hanya diam mematung. Tak lama kemudian, Rendy melihat ke arah serpihan-serpihan burung kertas berwarna merah muda tersebut yang sudah berceceran di atas trotoar. Sebelum angin bertiup semakin kencang, Rendy memunguti serpihan demi serpihan satu persatu. Tiba-tiba saja ada seorang wanita di sampingnya membantu memunguti sisa dari serpihan burung kertas merah muda tersebut.

"Eh, Vanessa." Rendy sedikit terkejut.

"Hai, Kak..."

"Udah, gak usah. Biar aku aja." ujar Rendy.

"Gak apa-apa, Kak. Aku bantuin, daripada nanti ketiup angin terus makin jauh kesebarnya." ujar Vanessa.

Drama antara Rendy dan Anna berakhir saat munculnya Vanessa yang membantu Rendy mengumpulkan serpihan dari sobekan burung kertas merah muda yang dibuat oleh Anna. Orang-orang yang melihat kejadian itu sontak melayangkan pujian kepada Vanessa karena bersedia membantu Rendy mengumpulkan serpihan kertas tersebut. Setelah selesai mengumpulkan serpihan itu, mereka berdua berjalan bersama.

"Yang tadi itu siapa, Kak?" tanya Vanessa.

"Oh, itu orang yang ada di masa lalu aku." jawab Rendy.

"Terus, kenapa Kakak mungutin sobekan kertas yang tadi?"

"Itu pemberian terakhir dari dia sebelum kita berpisah di masa lalu, Dek..."

"Aduh!" Vanessa menjerit memegang tangan Rendy.

Tiba-tiba saja langkah kaki mereka berdua berhenti. Vanessa tak sengaja tersandung dan berpegangan pada tangan Rendy. Kondisi trotoar jalan yang tidak rata membuat kaki Vanessa berhasil dibuat tersandung olehnya. Untung saja ada Rendy dengan respon yang cepat memegangi Vanessa agar tak terjatuh.

"Kamu hati-hati dong, Dek..." ujar Rendy.

"Hehehehe... Maaf, Kak. Aku udah biasa kok... Kalau gak kepeleset, ya kesandung." ujar Vanessa.

"Kamu ini... Oh ya, kamu mau langsung pulang?" tanya Rendy.

"Iya, Kak. Aku nunggu bus dari sini." jawab Vanessa.

"Aku anterin aja, yuk!" ajar Rendy.

"Gak usah, Kak... Aku bisa pulang sendiri kok." ujar Vanessa.

"Gak usah ngerasa gak enak sama aku. Kamu udah bantuin kumpulih serpihan kertas tadi."

"Aku ikhlas, Kak... Beneran gak apa-apa."

"Udah, ayo..." Rendy menarik tangan Vanessa.

Mau tidak mau, Vanessa harus ikut dengan Rendy. Vanessa tak bisa membantah apa yang diminta oleh Rendy. Hingga akhirnya, mereka berdua sampai di area parkir motor yang sudah agak sepi karena para karyawan sudah meninggalkan area gedung lebih awal.

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang