Chapter 50

21 0 0
                                    

"Assalamu 'alaikum."

Terdengar salam dari depan pintu rumah kediaman Winarto Nugroho. Keluarga dari Jafar Khalid telah sampai dengan selamat. Kedatangan mereka disambut dengan suka cita oleh keluarga Winarto Nugroho.

"Wa 'alaikum salam..." jawab Winarto dan keluarga.

"Wah! Anna cantik sekali!" ujar Ratna, ibunda Rendy.

"Ah, aku biasa aja kok, Ma..." ujar Anna setelah mencium tangan Ratna.

"Pak Win, sehat?" tanya Jafar, ayahanda Anna.

"Alhamdulillah... Masih sehat ini... Hahahahaha..."

"Rendy mana, Ma?" tanya Anna.

"Belum keluar kamar dari tadi... Sebentar ya..." ujar Ratna. "Nit..."

"Iya, tante..." jawab Anita yang berdiri di samping Ratna.

"Tolong panggilin Rendy dong... Anna udah datang nih..."

"Oh, iya sebentar..." Anita berjalan meninggalkan kerumunan menaiki anak tangga dan membuka pintu kamar Rendy. "Ren..."

Anita menemukan Rendy yang sedang duduk termenung. Melihat dan membolak-balikkan burung kertas merah muda yang ada dalam genggamannya. Rendy sudah rapih dengan pakaiannya, namun dia masih mengurung diri dalam kamarnya.

"Rendy..." Anita memegang kedua bahu Rendy dan duduk di sampingnya di atas ranjang.

Rendy menghela napas panjang. "Iya, Kak..."

"Anna udah datang tuh... Kita jadi mau survey gedung pernikahan kamu, kan?" tanya Anita.

"Jadi, Kak..." ujar Rendy. "Tapi, apa Anna bakal bahagia sama aku?" lanjutnya.

"Rendy... Kalau Anna gak akan bahagia sama kamu, Anna gak akan milih kamu sebagai suaminya... Dia mencintaimu, itu artinya dia bahagia dengamu, Ren." ujar Anita.

"..."

"Kamu tau alasan dia kenapa bisa punya perasaan sama kamu?" tanya Anita.

"Itu dia, Kak... Dia selalu bilang, entah... atau, gak tau kenapa..." jawab Rendy.

"Bagus dong..." jawab Anita.

"Kok bagus?"

"Jika dia tak punya alasan untuk mencintaimu, berarti dia tak punya alasan untuk pergi." ujar Anita. "Ayo, turun!" lanjutnya seraya berdiri dan keluar dari kamar.

Anita segera menuruni anak tangga dan berkumpul kembali dengan dua keluarga yang sedang bercengkrama. Disusul oleh Rendy yang baru saja keluar dari kamarnya. Kedua keluarga ini berencana untuk melihat gedung yang akan dipakai untuk resepsi pernikahan Anna dan Rendy.

"Nah, ditungguin dari tadi nih..." ujar Jafar, selaku ayahanda Anna.

"Iya, Pak... Dandan dulu tadi biar gak malu-maluin..." ujar Rendy lalu mencium tangan ayahanda Anna.

"Udah siap berangkat?" tanya ibunda Anna.

"Belum belum... Tunggu satu orang lagi... Dia yang tau tempatnya..." ujar Ratna, ibunda Rendy.

"Nunggu siapa lagi, Ma?" tanya ayahanda Rendy.

"Assalamu 'alaikum..."

"Wa 'alaikum salam..."

Ada seseorang yang berdiri di depan pintu rumah kediaman Winarto Nugroho. Sesosok pria yang kehadirannya tak disangka-sangka. Berbadan tegap dan bermasa otot yang terlihat dari lengannya. Pria yang sudah dikenal oleh Rendy dan Anna sebelumnya.

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang