Chapter 30

9 0 0
                                    

Ada seorang perempuan muda duduk sendiri. Di bawah arunika pagi hari dengan suasana seperti menggambarkan isi hati. Wajahnya terus menunduk dan murung. Tak terpancar nayanika yang biasanya nampak di hari-hari sebelum masalah meruncing. Ditemani dengan wangi dari petrikor yang disebabkan oleh rintik gerimis sebelum sang pusat tata surya menampakkan diri. Tak bisa ditahan laju dari air matanya yang terus menetes. Masalah hati yang membuat nafasnya tak beraturan dan sesak di dada.

"Dek..." panggil seorang lelaki.

"Eh, Bang Tommy." perempuan itu menghapus air matanya.

"Kenapa kamu pagi-pagi?" tanya Tommy.

"Gak apa-apa, Bang..." jawabnya.

"Rendy?" tanya Tommy kembali.

"..." perempuan itu hanya mengangguk.

"Bukannya kamu mau nikah sama pria lain?" tanya Tommy.

"..." dia menggelengkan kepalanya. "Gak tau aku, Bang... Hatiku masih memilih Rendy..." jawab perempuan dengan nama Devianna Azzahra yang ada di ID Card miliknya.

"..."

"Tapi, aku ragu. Dulu, dia mati-matian pertahanin aku sampai detik akhir aku pergi. Sekarang, semua pergi... Rendy berubah... Aku gak bisa ngerasain dia perjuangin aku... Justru, aku kecewa sama sikapnya dia..." ujar Anna.

"Apa yang bikin kamu kecewa, dek?"

"Dia mau aku mengakhiri hubunganku dengan calon suamiku."

"Gak mungkin Rendy berkata seperti itu kalau gak ada alasannya..." ujar Tommy.

"Aku tau gimana dia... Aku kenal dia sudah lumayan lama... Sebaiknya, kamu jangan berpikiran negatif dulu... Kamu mau naik atau masih mau di sini?"

"Aku mau di sini dulu, Bang..."

"Ya udah... Coba kamu bicara dulu sama Rendy... Aku gak bisa bantu lebih banyak karena ini masalah hati dan hubungan kalian..." Tommy beranjak dari duduknya dan meninggalkan Anna sendirian.

Perempuan itu kembali dalam masa sendirinya di area taman gedung perkantoran tempat dia bekerja. Beberapa menit kemudian, terdengar suara sepeda motor besutan Jepang dengan suara khas dari mesin dua silinder terpakir di parkiran khusus motor besar. Anna langsung berdiri dari duduknya dan menunggu pria yang mengendarai motor tersebut berjalan ke arahnya.

Ada sebuah perasaan yang ingin dia utarakan kepada pria tersebut. Perasaan yang kuat membuat Anna berdebar dan bibirnya bergetar. Pria yang ditunggu pun tengah berjalan ke arahnya.

"Bismillah..." ucap Anna dalam hati seraya melihat pria itu berjalan ke arahnya.

"Ren..."

Pria itu hanya menatap Anna lalu melanjutkan langkahnya ke dalam area gedung. Ini adalah kali pertama Anna merasa diabaikan. Merasa sebagai makhluk halus yang tak kasat mata dilihat oleh pria tersebut. Pria yang namanya tertanam berakar kuat di dalam hatinya kini tengah mengabaikan dirinya. Batinnya tercabik dan perih setelah melihat sikap dari pria tersebut di depan matanya. Seperti mengisyaratkan untuk pergi dari hidupnya.

****

Sesampainya di tempat di mana Rendy bekerja, dia langsung menaruh tas miliknya di atas meja dan menyandarkan tubuhnya di atas kursi kerja miliknya. Sambil mengangkat kepala dan memejamkan matanya sejenak sambil menghela napas panjang berkali-kali.

Terlihat seorang perempuan dengan rambutnya hitam lurus memanjang tergerai menghampiri dirinya sambil membawa secangkir teh hangat buatannya. Berjalan perlahan dan hati-hati agar air teh yang ada di cangkir itu tidak tumpah setetespun.

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang