Chapter 37

9 0 0
                                    

Malam itu, Aji menggendong Rheva di bawah rintik hujan. Tubuhnya lemas dan gemetaran. Menahan rasa takut yang mendalam. Rheva akhirnya berhasil dibawa masuk ke dalam mobil milik Aji dan bersiap diantarnya pulang ke rumah.

"Udah kamu sekarang yang tenang ya..." Aji mencoba menangkan.

"Mas, aku takut beneran... Aku gak mau pulang... Aku takut dia cari alamatku..." ujar Rheva terbata-bata.

"Ya, terus kita mau ke mana?" tanya Aji sambil mengendarai mobilnya.

"Ke rumah kamu aja." jawab Rheva spontan.

"Kok? Ke rumahku?" Aji kebingungan.

"Mas, aku takut beneran... Aku mau sama Mas aja ya... Please..." Rheva meminta.

"I... Iya ya udah... Kita ke rumah kamu dulu... Ambil barang kamu terus ke tempatku..." jawab Aji yang tak tahu harus berkata apa.

"Tapi, Va..." lanjutnya. "Aku di sini kost..." ujarnya.

"Terserah Mas aja... Yang penting bawa aku pergi... Aku takut, Mas..."

"Iya iya, Va..." Aji kebingungan.

Di malam yang dingin, Aji dan Rheva berada dalam kendaraan roda empat milik Aji. Dipayungi oleh terangnya lampu jalan serta hiruk pikuk lalu lintas ibukota. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai di rumah Rheva. Berada di sebuah kompleks perumahan yang tak jauh dari SMA Trinusa, sekolah yang memberikan pengetahuan serta kenanagan bagi Rheva dan Rendy.

"Assalamu 'alaikum... Mama..." Rheva masuk ke dalam rumahnya langsung memeluk ibunda.

"Wa 'alaikum salam... Loh, kamu kenapa Rheva?" tanya Mama Rheva.

"Ma, aku mau pergi dari rumah ini sementara waktu... Boleh?" tanya Rheva.

"Loh, ada apa memangnya? Kenapa harus pergi?" Mama Rheva bingung.

"Gavin, Ma..."

"Gavin siapa? Kenapa sama dia? Ini badan kamu kenapa gemetaran?" Mama Rheva kembali bertanya.

"Maaf, Bu. Biar Rheva tenang dulu... Aku bisa bantu jelasin..." ujar Aji. "Jadi, tadi di kantornya aku nemuin Rheva dalam keadaan terikat di ruangan Gavin..." lanjutnya.

"Kenapa bisa begitu?"

"Saya juga kurang paham, Bu... Waktu saya buka pintunya, tangan dan kakinya Rheva sudah terikat... Rheva juga gak berhenti menangis..."

"Gavin itu jahat, Ma... Aku tau semua rencana jahatnya dia..." ujar Rheva. "Aku takut dia nekat ke sini dan bunuh aku... Karena bapaknya bilang untuk menyingkirkanku..." lanjutnya.

"Izinkan saya untuk menjaga Rheva saat ini, Bu... Saya janji, saya akan jaga Rheva baik-baik." ujar Aji.

"Nak Aji... Saya izinkan... Tolong ya... Rheva anak saya satu-satunya... Papanya sudah lama meninggal. Saya percayakan semua sama kamu, ya..."

"Baik, Bu... Terima kasih... Ayo, Va beresin keperluan kamu..."

"Terima Kasih, Mama..." Rheva memeluk Mamanya.

****

Setelah menempuh perjalanan panjang, sampailah mereka berdua di tempat di mana Aji tinggal sehari-hari. Sebuah ruangan layaknya kamar pribadi yang Aji sewa tiap bulannya. Berukuran tak begitu besar dan berantakan. Aji memang tak pandai merapihkan barang-barang pribadinya.

"Maaf ya, berantakan tempatku." ujar Aji seraya menaruh tas besar di atas lantai.

"Gak apa-apa, Mas... Asalkan aku aman, aku gak keberatan..." Rheva berkata sambil duduk di atas kasur berukuran besar.

"Kamu mau mandi dan ganti baju dulu? Aku tunggu di ruang tengah ya."

"Iya, makasih banyak Mas..."

Aji keluar dari kamarnya. Berjalan menuju ruang tengah dan duduk di atas sofa. Dia pun teringat bahwa Rheva pasti belum makan malam. Dengan inisiatif, dia pergi keluar untuk mencari makan. Tempat di mana para pedagang di malam hari cukup jauh. Empat puluh menit berlalu, Aji kembali dengan membawa dua bungkus nasi goreng dan air kemasan. Dan, dia pun merasa takjub melihat kamarnya.

"Astaga! Kenapa jadi rapih begini kamarku?" tanya Aji.

"Hehehehe... Iya aku beresin, Mas... Berantakan banget... Aku pusing liatnya..." jawab Rheva.

"Gak usah repot-repot, Va... Kamu tinggal bilang aja, nanti aku yang rapihin..."

"Jangan, Mas... Kamu capek pasti tadi... Lagian, aku juga kan numpang tinggal di sini..."

"Oh iya, ini aku bawa makanan... Kamu pasti belum makan..."

"Iya, terima kasih banyak Mas..."

"Oh iya, Va... Terus besok dan seterusnya, kamu gimana? Masih masuk kerja?" tanya Aji sambil membuka bungkus makanan.

"Nggak, Mas... Beneran aku takut banget... Mungkin aku cari ditempat lain aja..."

Suasana berubah senyap ketika mereka berdua menyantap makan malam. Terbesit dalam pikiran Aji, namun dia sedang memberanikan diri untuk mengungkapkan. Apa lagi, situasi yang dialami oleh Rheva sangat menakutkan baginya. Suasana hatinya sedang merasakan perasaan cemas dan takut.

"Va, kalau misalnya kamu gak usah cari kerja dulu gimana?" tanya Aji.

"Kayaknya gak bisa, Mas... Aku harus bantu Mama juga..." jawab Rheva. "Lagian juga kan aku mau bantu kamu bayar sewa kost... Biar kamu gak berat..." lanjutnya.

"Berat gimana, Va? Aku udah biasa bayar kost tiap bulan." ujar Aji.

"Mas... Sekarang kan ada aku di sini... Pasti berat karena kamu harus menanggung keperluanku sehari-hari... Biaya yang kamu keluarkan juga pasti lebih banyak..." jawab Rheva.

"..."

"Gak apa-apa lah, Mas... Lagian, aku masih trauma... Takutnya kalau aku cari kerja sekarang-sekarang ini, aku malah jadi ketakutan lihat ruangan kantor..." lanjut Rheva.

"Va, lebih baik kamu gak usah kerja lagi..." ujar Aji.

"Mas... Aku..."

"Rheva..." Aji memotong. "Aku tau kok kamu pasti ada rasa trauma. Aku gak mau rasa itu timbul dan semakin menjadi-jadi..." lanjutnya.

"..."

"Mama sudah memberiku amanah untuk menjagamu. Sudah tanggung jawabku saat ini untuk memenuhi semua yang kamu butuhkan." ujar Aji.

"Tapi, Mas..."

"Rheva... Menikahlah denganku... Aku akan penuhi semua kebutuhanmu, aku akan selalu menjagamu... Aku akan selalu di sampingmu... Kamu mau, kan?"

"..."

Suasana kembali hening. Jantung milik Rheva tiba-tiba berdebar kencang. Dia memang sudah merasakan bahwa Aji sangat menyayanginya. Banyak yang sudah Aji perbuat untuk membutkikan rasa cintanya terhadap Rheva meski Aji selalu memungkiri di depan kawan baiknya, Danu.

"Aku juga gak bisa bohongin perasaanku, Mas... Aku juga sayang kamu... Gak perlu aku jawab, kan? Kamu sudah tau jawabannya." ujar Rheva lalu tersenyum lebar.

"Terima kasih, Va..." Aji tersenyum. "Oh iya, terus rekamannya gimana?" tanya Aji.

"Kalau videonya, aku gagal ngerekam karena ketahuan sama mereka. Tapi, rekaman suaranya aman kok. Aku udah ambil micro SD-nya pas mereka berdua keluar makan siang." jawab Rheva.

"Syukurlah... Kita masih pegang bukti."

"Aku juga jadi lega sekarang. Gak perlu khawatir lagi. Sudah ada calon suamiku yang siap menjagaku 24 jam. Gak ada bedanya sama hansip, Mas. Hahahaha.." Rheva tertawa.

"Enakan juga hansip... Jaganya shifting... Emang kamu mau dijaga sama selain aku?"

"Aku cuma percaya sama satu orang untuk menjagaku. Yaitu, kamu Mas..."

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang