Chapter 23

9 0 0
                                    

Saat ini, Rendy sedang merasakan gejolak emosi yang baru pertama kali ia rasakan. Sebuah perasaan yang tiba-tiba saja merubah keadaan hatinya yang di mana sebelumnya gundah karena sosok perempuan yang ia cintai lebih memilih lelaki yang tak pantas untuk jadi pendamping hidupnya. Tak jauh beda, Rendy masih merasa gundah. Entah mengapa rasa ingin melindungi dan menjaga Vanessa sekarang terasa lebih berat dibandingkan dengan sebelumnya.

Dia masih duduk di area taman gedung perkuliahan di mana Vanessa sedang menuntut ilmu untuk merubah nasib hidup keluarganya. Menatap langit yang sepi dan sunyi dengan tatapan kosong. Taburan bintang hilang bagai ditelan malam. Satelit alami yang dimiliki oleh bumi juga tak kuasa menampakkan diri. Entah sudah berapa jam Rendy menenyendiri dan memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk Vanessa saat ini.

****

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Vanessa dan teman-temannya keluar dari kelasnya. Vanessa berjalan perlahan di sebuah lorong dan menuruni anak tangga dengan hati-hati. Pandangannya tercuri ke arah jendela terletak di depan anak tangga yang baru saja ia turuni. Di sana, dia melihat ke arah jalan dan menemukan pandangan yang membuat dia kaget sekaligus ketakutan. Sebuah mobil jenis sedan bermesin 2.4 L, 4 silinder i-VTEC berwarna silver terparkir di pinggir dekat dengan gerbang keluar.

"Itu kan... mobilnya Bella!" gumam Vanessa dalam hati.

Vanessa tergesa-gesa mencari telepon genggamnya di dalam tas jinjingnya. Dia mengeluarkan semua isi tasnya demi mendapati telepon genggamnya yang terselip di suatu tempat dalam tasnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menelpon Rendy yang kebetulan saja memang sedang menunggu Vanessa yang sedang mendalami materi dalam kelas.

"Kak..." Vanessa memanggil Rendy sambil menahan takutnya.

Bibirnya bergetar dan suaranya terbata-bata. Seluruh tubuh Vanessa gemetaran hebat seakan-akan bumi ikut terguncang. Air matanya jatuh deras membasahi wajah cantiknya. Menangis bukan karena sedih atau terharu. Dia sedang merasakan takut yang amat sangat karena Bella tak main-main dalam ancamannya.

"Dek... Kamu di mana? Udah selesai?" tanya Rendy di balik telepon.

"Kak, aku takut!" ujar Vanessa ketakutan.

"Kenapa? Kamu di mana?"

"Bella, Kak! Bella ada di sini!"

"Kamu di mana sekarang? Aku ke sana!"

"Aku masih di dalam gedung lantai dua depan tangga... Kak, aku gak mau keluar! Aku takut banget, Kak!"

"Tunggu di sana! Aku ke sana sekarang!"

Rendy memutuskan koneksi teleponnya dan segera berlari masuk ke dalam area gedung. Dia berlari menaiki anak tangga dengan cepat dan menemukan Vanessa sedang duduk bersandar memeluk kedua kakinya dengan kepala tertunduk menyembunyikan tangisnya.

"Adek!" panggil Rendy.

"Kakak! Aku takut!" Vanessa langsung berdiri dan berlari ke arah Rendy.

"Udah gak usah takut. Ada aku di sini. Di mana dia?" tanya Rendy.

"Itu, Kak... Dia di depan." Vanessa menunjukkan posisi mobil milik Bella.

Saat Rendy dan Vanessa melihat ke arah mobil itu, secara kebetulan Bella keluar dari mobilnya diikuti oleh tiga pria berbadan tegap dan besar. Ternyata benar, Bella ingin menjemput paksa Vanessa karena tidak ingin melayani dan bekerja sebagai pemuas nafsu birahi untuk Gavin saat itu. Tangisannya semakin pecah dan keras. Rendy memeluk Vanessa bermaksud untuk meredam rasa takutnya. Namun, apa yang dia lakukan sia-sia. Vanessa justru semakin takut karena bisa saja lelaki berbadan besar itu ikut mencelakakan pria yang saat ini sangat ia cintai.

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang