Chapter 38

13 0 0
                                    

"Aku ada kabar baik buat kamu, Na..." ujar Gavin dalam mobilnya.

"Aku juga ada yang mau aku omongin mas... Tapi, kamu dulu deh..." ujar Anna yang duduk di samping kursi kemudi.

"Jadi, aku udah dapat ballroom sebuah hotel mewah di Jakarta untuk resepsi pernikahan kita. Aku udah booking untuk bulan Januari tahun depan." ujar Gavin.

"Apa gak terlalu cepat, Mas? Itu kan dua bulan lagi." ujar Anna.

"Lebih cepat lebih baik, kan? Lagian, aku kenal sama pengelola gedung hotel itu. Dia client-nya Papa..." jawab Gavin.

"..."

"Terus, kita tinggal cari catering dan fotografer untuk buat foto pre-wedding. Untuk undangannya nanti Papa yang urus. Papa punya kenalan orang percetakan." lanjut Gavin.

"..."

"Itu aja sih yang mau aku kasih tau... Kok kamu diam aja?"

"Gak apa-apa, Mas..."

"Kamu gak senang kita bisa cepat menikah?" tanya Gavin.

"Mas... Aku..."

"Iya, kamu kenapa? Katanya mau ngomong..."

"Mas... Maaf, aku gak bisa nikah sama kamu..."

Suasana tiba-tiba berubah menjadi sunyi mencekam. Gavin yang tadinya terlihat ceria, mendadak terkejut dan berubah menahan amarah. Nafasnya pun tak beraturan layaknya banteng yang siap menyeruduk sekitarnya. Anna yang melihatnya tak berani menambahakan sepatah kata pun. Sampai akhirnya, mereka melewati sebuah perempatan.

"Mas, kita mau ke mana? Rumahku belok ke kiri..." tanya Anna.

"Sudah, kamu diam aja!" Gavin membentak.

"..."

Kedua kaki milik Anna gemetaran hebat setelah Gavin membentaknya. Tak tahu dia akan dibawa ke mana oleh Gavin. Dia mengendarai mobilnya ke arah yang bukan menuju rumahnya. Anna mengeluarkan telepon genggamnya tetapi, Gavin langsung memarahinya ketika melihatnya.

"Siapa yang suruh kamu buka HP! Kamu pikir aku supir taksi!" Gavin membentak.

"Aku mau ngabarin ibu, Mas..." jawab Anna.

Share live location to Rendy. Live location will end at 8 hours.

"Rendy, aku takut!" sent to Rendy.

"Mas!" Anna berteriak seraya Gavin mengambil paksa telepon genggam milik Anna.

"Udah aku bilang jangan buka HP! Ngerti kamu!" Gavin kembali membentak dan menaruh HP milik Anna di dashboard dekat kursi kemudi.

****

Setelah menempuh dua jam perjalanan akibat padatnya lalu lintas ibukota, Gavin memasuki area gedung berukuran sedang yang berwarna oranye di daerah Jakarta Selatan. Gedung sebuah sekolah tinggi yang berada di wilayah tersebut. Suasananya sepi tak ada orang satupun dan gelap tanpa cahaya. Gavin memarkirkan mobilnya di area belakang dan memojokkan mobilnya.

"Mas, ini di mana?" tanya Anna yang ketakutan.

"Udah diem!" Gavin keluar dari mobilnya lalu mengambil sesuatu dari bagasi.

"Sini!" Gavin membuka pintu lalu menarik Anna keluar. "Masuk kamu!" Gavin menyuruh Anna untuk masuk bagian kursi belakang diikuti oleh Gavin.

"Mas, kamu mau apa!" Anna mulai ketakutan seraya melihat Gavin membawa perekat di tangannya.

Burung Kertas Merah Muda 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang