Prolog

1.8K 205 286
                                    


Tidak ada yang pasti, nyata dan palsu. Semua hanya ilusi dan manipulasi. Kau takkan mempercayainya sampai melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Jika tak bisa, maka kau cukup berusaha mengingat kembali memori apa saja yang telah kau buang, sembunyikan, dan kau ciptakan.

Cukup satu kata dariku, "Ingatlah."

----Φ----

Sebelum baca, kenalan dulu yuk sama karakter dalam cerita aku.
Yah, seperti yang kalian lihat ini adalah novel fanfiction.
Latar ceritanya pun adalah Korea Selatan.

Karakter yang aku ambil adalah Kim Taehyung sebagai Kim Taehyung dan Kim Sejeong sebagai Kang Hanna.

Novel ini bergenre Romance-fantasy. Letak fantasy nya dimana? Kalian akan mengetahuinya sendiri setelah membacanya.

Jika menurut kalian fantasy yang aku ambil di sini mirip dengan salah satu drama korea yang pernah kalian tonton. Jangan kecewa apalagi stop membaca yah.

Sebenarnya genre yang ku ambil sebagai pengantarnya memang terinspirasi dari drama tersebut. Namun, ide, alur, konflik dan semua yang akan kalian baca nantinya akan jauh berbeda.

Jadi, bacalah sampai akhir. Karena kalian akan terus terbayang rasa penasaran jika tidak melanjutkannya.

Apa sih yang buat cerita ini beda? Yaudah baca aja biar ngerti. hehe

Selamat membaca. Cusss di vote dulu kalo belum vote

----Φ----

"Aku hampir gila hanya karena ingin melupakan mu." -Taehyung.

"Kenapa kau tidak mengatakannya? Kenapa kau berpura-pura tak mengenalku? Sebegitu bencinya kah dirimu kepadaku?" -Hanna.

----Φ----

----Φ----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bip.

Bip.

Bip.

Suara layar dari benda berbentuk persegi penanda detak jantung, yang tepat berada di samping tempat tidurnya, adalah suara pertama yang ia dengar saat itu. Ruangan beraroma obat-obatan, adalah aroma yang pertama ia rasakan saat itu. Berat, matanya sangat berat bahkan hanya untuk terbuka tipis. Ia sangat ingin membuka kelopaknya untuk meraih setitik cahaya, namun tak bisa. Sekali lagi, itu sangat berat.

Sakit, rasanya sangat sakit. Kepalanya seolah meronta luar biasa, karena sakit yang menekan. Seperti memaksanya untuk berteriak, namun sekali lagi ia tak bisa. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah menangis dalam pejam. Sekuat tenaga ia mencoba tuk bersuara. Namun hanya tangis yang keluar. Lalu, sekali lagi dipaksanya sang tubuh untuk melewati batas. Tak lagi memperdulikan sakit yang teramat menyiksa itu. Dan—ia berhasil. Satu anggota tubuhnya bergerak, yaitu jemarinya. Ia dapat menggerakkan jemarinya sedikit, dan untunglah seseorang di ruangan itu, tak sengaja melihat pergerakannya. Tak lama setelahnya, terdengar seseorang memanggilnya dengan sebuah nama.

MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang