32# Regret

328 52 140
                                        

.

.

.

.

.

Antara hidup dan mati

Kata di atas pastilah sudah sering kita dengar. Baik sebagai candaan, maupun sebagai kiasan yang melambangkan perjuangan. Tapi, taukah kalian, bahwa di dunia ini ada banyak manusia yang statusnya benar-benar antara hidup dan mati. Berjuang melawan takdir dan menolak kematian.

Sebenarnya, apa arti hidup yang sesungguhnya? Apakah hidup itu sungguh berarti? atau hanya hidup sebagai manusialah yang paling berarti?

Entahlah.

Jika hidup sebagai manusia memang sangat berarti, kenapa banyak manusia yang malah menyianyiakan hidupnya. Tak memanfaatkan waktu hidup dengan maksimal. Merusak tubuh dengan gaya hidup yang buruk, dan yang lebih parahnya lagi memutus waktu hidupnya sendiri secara egois tanpa izin sang pemilik hidup. Seperti...

Bunuh diri.

Apa harus mati dulu, baru orang-orang tidak bertanggungjawab seperti itu menyadari kesalahannya?

"Sungguh menyedihkan." ucap Hanna saat dirinya tak sengaja menyaksikan seseorang berdiri di sudut rooftop gedung dengan wajah frustasi, lalu melemparkan dirinya dari ketinggian 30 meter.

Suara hentakan dahsyat akibat tumbukan tubuh dengan tanah beton mengejutkan banyak orang sekitar. Teriakan menggema dengan ramai, sirine mobil berhamburan, bunyi telepon genggam pun saling bersautan.

Hanna. Ekspresinya terlalu datar untuk menggambarkan sikap terkejut. Mungkin hal ini karena dirinya bukan terkejut, tetapi merasa kasihan. Kasihan akan pilihan bodoh yang dipilih wanita yang baru saja menjatuhkan diri itu. Dan kasihan karena sebentar lagi wanita itu akan menyesal. Tapi, ia tak bisa semena-mena menghardik si pelaku bunuh diri itu bodoh, karena dulu, ia pun sama bodohnya. Jalan itu pernah ia ambil dahulu.

Jalan yang dulu menurutnya paling benar. Menjanjikan kebebasan dan kedamaian. Namun, semua itu hanya tipuan semata. Dan dirinya sudah terlanjur masuk di dalamnya.

Setiap manusia punya dua kehidupan. Namun saat kehidupan kedua itu dimulai, saat itulah kita baru benar-benar sadar bahwa hidup yang sesungguhnya adalah kehidupan yang pertama. Oleh karena itu, terlepas dari apapun alasannya, tetaplah bunuh diri bukanlah hal baik, dan bukanlah hal yang bisa dibanggakan di alam baqa.

"Lihatlah. Kau sekarang menangis setelah sukses mati." ucap Hanna pelan saat roh wanita itu telah terpisah dari tubuhnya.

Hanna pun memalingkan diri karena tak kuasa akan suara tangis yang didengarnya. Ia pun berjalan menjauh lalu menghilang.

Malam sudah semakin larut saat dirinya tiba di rumah sakit, tapi UGD yang dilaluinya tadi masih terlihat ramai, ada banyak nyawa yang berjuang di sana. Berjuang antara hidup dan mati.

Dan saat dirinya sampai di ruangannya. Sesosok pria tengah berdiri di sana.

Jaehyun.

Sedang apa pria sialan itu di sini? pikirnya.

"Hanna. Uri Hanna (Hanna ku)." panggil Jaehyun dengan senyum manis.

MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang