1# Dunia baru

1K 177 292
                                    

Budayakan vote sebelum membaca, sebagai bentuk apresiasi kepada author. Terimakasih

.
.
.
.
.
.

"Aaaah, segarnya udara pagi ini," ucapnya pada dirinya sendiri sambil merengangkan tubuhnya layaknya orang yang baru terbangun dari tidur. Dihirupnya kembali udara yang menerpa wajah. Semilir angin berlalu beriringin dengan keramaian. Hanna tersenyum-senyum sendiri melihat lalu lintas kendaraan dan orang-orang yang berjalan di depannya dan beberapa orang yang juga sedang duduk dan berdiri di dekatnya menunggu datangnya bus.

Yah, Hanna sekarang sedang duduk di halte bus, sambil menikmati aroma damai paginya. Sepasang obsidiannya menangkap gerombolan gadis SMA lengkap dengan seragam dan tas masing-masing berjalan menuju ke arahnya. Ia sempat tersenyum melihat cerianya gadis-gadis SMA itu, manis, bahagia, tanpa beban. Ia kemudian berpikir pasti masa SMA nya dulu seceria itu juga.

Lima gadis SMA tersebut semakin dekat, dan sampai di halte bus tempat Hanna sekarang berada. Kemudian dengan cepat, tanpa aba-aba salah satu gadis duduk tepat di atas tubuhnya. Hanna langsung berteriak kesakitan dan terjatuh ke tanah.

"Auuw. Hei! Dasar tidak tahu sopan santun, bisa-bisanya kau duduk tanpa permisi dan menindihku. Apa kau tidak melihatku?" omelnya.

Seketika ia terdiam setelah mengucapkan kalimatnya. Matanya merotasi lalu melirik ke atas seperti orang berpikir.

Aaah dasar bodoh, omel Hanna pada dirinya sendiri sambil menempelkan tangan di dahinya.

"Sudah pastilah mereka tidak melihatku. Kenapa aku pakai bertanya lagi. Dasar bodoh, sudah lama mati juga masih saja tidak sadar diri," celoteh Hanna.

"Hahahaha," tawa gadis-gadis SMA tersebut.

"Hei! Jangan tertawa, kalian membuatku semakin menyedihkan saja," marah Hanna pada gadis-gadis yang tidak melihatnya sama sekali, dan lucunya gadis-gadis tersebut makin tertawa seolah menertawakannya.

"Oppa, oppa," histeris gadis-gadis itu.

"Ah, oppa kiyowooo."

"Ommoo oppa ku tampan sekali."

"Ahh jinjjaaaa, aku ingin sekali memeluknya.. hahaha."

Telinga Hanna rasanya ingin terbakar mendengar kehisterisan gadis-gadis di depannya ini.

"Astagaa, dasar gadis-gadis kurang kerjaan, bukannya belajar malah sibuk melihat foto-foto idol yang bahkan tidak mengenal mereka," ucap Hanna terheran-heran.

Ia menarik helaan napas panjang lalu berucap.

"Hei kalian. Ku beri nasehat yah, daripada kalian sibuk mengagumi idol tidak jelas yang sibuk berdandan dan memakai lipgloss padahal mereka laki-laki. Lebih baik kalian sibuk belajar sana. Cari tahu bakat, tekuni dan kembangkan. Jangan sia-siakan usia kalian yang tidak tahu sampai kapan. Jangan sampai kalian menyesal setelah mati muda seperti akuuuuu," ucap Hanna yang kemudian disambut suasana hening dan kicauan burung gereja.

Siswi yang duduk paling tengah yang sedang memegang majalah tiba-tiba seperti mendengar ucapan terakhirnya.

"Apa kalian mendengar seseorang berteriak?" Dan teman-temannya serempak menjawab tidak.

"Berarti hanya perasaanku saja hahaha," ucap gadis itu lagi.

"Mungkin karena jimat pemberian nenekmu tadi pagi, jadi kau bisa mendengar suara-suara aneh."

"Ah. Kau benar. Huu aku jadi merinding."

"Apa?" Hanna melotot. "Hei. Sekali lagi ku katakan yah. kalian itu—" ucapnya terputus.

MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang