.
.
.
Hanna hanya duduk menunggu di sofa ruang tengah. Ia sudah berkeliling kompleks 3 kali. Menyusuri setiap sudut ruangan rumah 5 kali. Bermain air di kamar mandi 2 jam dan bergelantungan di ayunan taman kompleks dengan posisi terbalik, kaki di atas kepala di bawah selama 1 jam. Hanna sudah tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk menunggu Taehyung belum kunjung datang juga. Seandainya ia manusia, ia pasti sudah menelpon Taehyung puluhan kali sejak tadi.
Tiba-tiba terdengar suara pintu rumah yang sedang dimasukkan password dari luar. Hanna langsung berbaring pura-pura tidur. Ia membuka matanya sedikit untuk melihat apakah benar Taehyung yang datang. Taehyung melepas sepatunya mengganti dengan sendal ruangan. Lalu berjalan melewati Hanna yang sedang pura-pura tidur, menuju dapur untuk mengambil minum. Setelahnya ia pergi melalui Hanna lagi dan masuk ke dalam kamar.
"Mwo? Setelah aku luntang-lantung menunggunya seharian, hanya seperti itu sikapnya," tanya Hanna kesal pada dirinya sendiri.
"Ah jiinjjaa."
Hanna berjalan menuju kamar Taehyung, dan berhenti tepat di depan pintu. Ditatapnya pintu tersebut. Dengan bibir yang telah mengerut, muka yang tertekuk, diangkatnya lengan bajunya lalu meninju pintu untuk melampiaskan emosinya. Hanya bergaya seperti meninju pintu, tidak benar-benar menyentuhnya.
"Ah sebenarnya apa yang ku harapkan sih?" tanya Hanna lagi pada dirinya.
Ia kembali ke sofa. Merebahkan kembali tubuhnya dengan lesu. "Apa yang harus ku lakukan sekarang?" tanyanya. "Pria dingin itu terlalu dingin untuk menjadi temanku." Sambil menatap langit-langit rumah.
Hanna termenung dengan tatapan kosong. Seandainya aku ingat satu orang saja, batinnya. Ia memejamkan matanya, mencoba mencari puing-puing ingatan yang mungkin saja masih membekas. Putus asa. Mungkin seperti itulah perasaan Hanna sekarang. Ia merasa putus asa karena tidak tahu tujuan bahkan dia juga tidak tahu pasti sudah berapa lama dia mati penasaran.
"Kenapa semuanya begitu rumit. Kenapa semuanya terlupakan. Kenapa?" ucapnya lirih dan sangat pelan, lalu mulai mencoba memejamkan matanya kembali.
^^^^^
Seorang wanita berdiri sendirian di atap gedung agensi tempatnya dibesarkan sambil menatap lalu lintas di bawahnya. Dulu ini adalah tempat favoritnya. Disinilah ia bertemu seseorang. Seseorang yang ia rindukan.
"Jisoo." teriak seorang pria dari jauh.
"Jimin-oppa," sapa Jisoo.
"Wahh kau makin cantik saja," ucap Jimin
"Oppa bisa saja," ucap Jisoo malu-malu.
"Bagaimana perjalananmu? Lancar?"
"Eoh." jawab Jisoo sambil tersenyum.
Sangat terlihat jelas di mata Jimin bahwa senyum itu palsu. Hati Jimin tidak bisa mencegah mulutnya untuk tidak bertanya.
"Sepertinya ada yang sedang kau pikirkan." duga Jimin.
"Oppa—tidak bisakah kau tidak peka sekali saja," ucap Jisoo.
"Tidak bisa."
Jisoo tersenyum mendengar jawaban Jimin. Memang benar yang dikatakan Jimin bahwa kini ada yang sedang ia pikirkan.
"Taehyung kah?" tanya Jimin.
Jisoo tidak langsung menjawab pertanyaannya. Ia hanya menunduk menatap pijakannya. Menarik napas sebelum berucap, "Iya." Masih dalam posisi tertunduk, "Dia belum berubah. Masih tidak menatapku."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]
FanfictionROMANCE-FANTASY Kim Taehyung x Kim Sejeong Tidak ada yang pasti, nyata dan palsu. Semua hanya ilusi dan manipulasi. Kau takkan mempercayainya sampai melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jika tak bisa, maka kau cukup berusaha mengingat kembali mem...
![MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]](https://img.wattpad.com/cover/174688110-64-k916353.jpg)