.
.
.
.
.
Aku ingin menjadi pianist lagi.
Kalimat yang ia ucapkan dalam saluran telepon tadi kembali terulang dipikirkannya. Ditatapnya sepasang tangan yang dulu sangat lincah menari di atas tuts piano memainkan ratusan partitur. Mengulas kembali kenangan lamanya akan sebuah dunia melodi. Merangkumnya menjadi satu keyakinan utuh untuk kembali ke masa itu. Masa di mana kejayaannya layaknya emas yang berkilauan.
Namun, sepercik keraguan tak luput hadir dalam benaknya. Merusak sedikit kepercayaan diri.
"Apakah aku sanggup melakukannya?" tanyanya lirih.
Tanyanya itu memiliki makna ganda. Pertama adalah tentang kesanggupan dirinya memulai lagi sebagai seorang pianist. Sedangkan yang kedua adalah tentang kesanggupannya menjalankan serangkaian rencana di balik makna yang pertama.
"Sanggup apa?" tanya Jaehyun yang tiba-tiba sudah berada saja di dalam kamarnya.
"Oppa sejak kapan kau masuk?"
"Baru saja. Tepatnya saat kau mengucapkan kalimat terakhirmu." jelasnya sambil mengambil posisi duduk di sudut kasur dan menghadap ke arah Hanna.
"Sedang memikirkan apa?" tanya Jaehyun.
"Bukan apa-apa. Hanya saja aku baru selesai menelpon tante Ahra."
"Oh. Jadi kau sudah ingin memulainya lagi?"
Hanna membalas dengan anggukan dan tersenyum.
"Sudah ku duga." jawab Jaehyun dengan senyum manisnya yang tak mau kalah. Tiba-tiba satu tangan Jaehyun terangkat untuk merapikan poni adiknya itu dan dilanjutkannya dengan membelai lembut bagian kiri kepala sang adik. "Kau pasti sanggup melakukannya. Aku yakin itu."
Hanna mencoba tersenyum mendengar ucapan kakaknya. Oh sungguh manis sekali, sampai-sampai rasanya ia ingin menampar wajah yang ikut tersenyum di hadapannya. Kalimat itu sungguh tak cocok dengan tabiat buruknya.
"Hanna-ya."
"Eoh, wae? (iya, kenapa?)"
"Ada yang ingin ku tunjukkan padamu."
"Apa?" sambil mengerutkan keningnya.
Jaehyun tak menjawab. Justru berdiri dan mengulurkan tangannya untuk diraih oleh Hanna. "Ayo." ajaknya.
Hanna pun meraih uluran tangan Jaehyun dan pasrah saja saat lengannya diarahkan untuk melingkar di lengan Jaehyun. Lalu melangkah perlahan mengikuti tuntunan Jaehyun.
"Kita mau kemana?"
"Tidak kemana-mana." jawab Jaehyun yang semakin membuat Hanna kebingungan.
Tetapi yang dikatakan Jaehyun juga tidak salah. Mereka memang tidak pergi kemana-mana. Hanya berjalan di dalam rumah. Dan akhirnya sampailah mereka di depan sebuah pintu yang tidak ia ketahui apa yang ada di balik pintu itu. Sebuah kamar kah atau hanya sebuah ruangan lainnya.
Jaehyun pun membuka pintu tersebut, kembali menuntun Hanna untuk melangkah masuk. Terlihat seorang wanita dengan kardigan berwarna khaki dan syal berwarna krem duduk diam di atas sebuah kursi roda yang menghadap ke arah jendela kaca.
Tanpa diberitahu lagi, Hanna langsung menyadari wanita itu siapa. Hanna langsung melepaskan lengan Jaehyun dan melangkah gontai ke arah wanita itu. Napasnya naik turun, sampai-sampai kakinya tersandung dan jatuh melantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]
FanficROMANCE-FANTASY Kim Taehyung x Kim Sejeong Tidak ada yang pasti, nyata dan palsu. Semua hanya ilusi dan manipulasi. Kau takkan mempercayainya sampai melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jika tak bisa, maka kau cukup berusaha mengingat kembali mem...