2# Pertanyaan

627 152 282
                                    

.
.
.
.
.
.

Langit sore kota Seoul yang biru menjadi atap bagi roh Hanna yang sekarang sedang duduk santai di kursi taman, sambil melihat anak-anak SMA bermain basket. Dalam hati ia berkata. "Anak SMA lagi, kenapa setiap hari aku selalu bertemu anak SMA."

Lalu terbersit dipikirannya, Apa jangan-jangan dulu aku anak SMA? mahasiswa? atau wanita karir?

Mencoba berpikir. Satu telunjuk diletaknya di ujung pelipis.

"Ahhh aku tahu, pasti dulu aku seorang artis atau bahkan idol, haha. Pantas saja aku tetap cantik meskipun sudah jadi roh," ucapnya percaya diri sambil menempelkan kedua tangannya ke pipi.

Kemudian, dengan percaya diri ia bernyanyi tak karuan. Mentang-mentang tidak ada yang mendengar.

"Siapa kah diriku.. huuuu uuuu......Who am I... huuu.. uuuu"

"Aaaaa," teriak Hanna tiba-tiba saat bola basket melayang ke arahnya dan menghentikan kegiatan menyanyinya yang fales itu.

"Ya! Bocah tidak tahu diri, bisa main basket atau tidak sih? hampir saja kepalaku benjol karena bola nyasar kalian. Untung saja bola itu dapat menembus tubuhku. Jika tidak kecantikanku pasti akan berkurang."

"Auuuw," rintih Hanna karena seseorang mendorong kepalanya dari belakang.

"Aigooo. Dasar kau si Hantu lupa ingatan, masih saja tidak sadar diri kalau sudah jadi hantu," ucap Soomi, roh senior.

"Ya! Eonnie, kita ini sesama roh, tolong jangan saling menyakiti.
Atau kau akan ku laporkan ke pihak berwajib," ucap Hanna sambil menunjuk wajah Soomi dengan telunjuknya.

"Sana laporkan, biar sekalian kau ku siksa sampai mati kedua kalinya."

Hanna langsung berlutut di depan Soomi. "Ampun eonnie, aku janji tidak akan kurang ajar lagi." Mohon Hanna sambil menyatukan kedua telapak tangannya dan menggesekkannya satu sama lain.

Soomi hanya memutar bola matanya bosan. Lalu duduk di kursi yang tadi ditempati Hanna. Begitu pun Hanna.

"Apa yang kau lakukan disini," tanya Soomi.

"Hanya duduk, sambil melihat tanah, langit, tanah, langit," jawab Hanna sambil menunduk dan mendongakkan kepala mengikuti ucapannya.

"Aigoo. Maksudku apa yang kau lakukan di daerah sini?" geram dengan kebodohan Hanna. "Bukankah seharusnya kau berada jauh dari sini?" tanya Soomi lagi dengan nada sedikit kesal.

"Apa yang ku lakukan yah? Entahlah, aku pun tak ingat bagaimana aku bisa sampai disini, aku hanya berjalan dan terus berjalan," jawab Hanna.

"Baiklah, kalau begitu akan ku beri tahu kau kabar baik."

"Apa, apa?" tanya Hanna penasaran.

"Disini adalah kompleks elit, yang tinggal disini adalah orang-orang kaya, dan sudah pasti mereka punya banyak makanan."

"Daebak, benarkah? Lalu hubungannya dengan kita apa?" tanya Hanna dengan wajah polosnya.

"Sepertinya bukan cuma ingatanmu yang hilang, tapi otakmu juga," geram Soomi.

Hanna hanya membalasnya dengan senyuman, karena dia memang benar-benar tidak mengerti maksud perkataan Soomi.

"Kalau ada banyak makanan, pasti akan ada banyak juga yang tersisa, maka kau akan makan banyak makanan di kompleks ini. Kita tidak perlu lagi khawatir dan bersusah payah mencari makanan sisa."

"Ahhh, aku mengerti sekarang eonnie." Jawab Hanna dengan nada yang sengaja ditinggikannya.

"Sana pergilah. Aku tahu kau sedang lapar kan?"

MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang