9# A storm in the past

387 102 170
                                    

.
.
.
.
.

Hari ini Taehyung dan Jungkook di jadwalkan untuk pemotretan iklan pakaian musim dingin salah satu Brand pakaian ternama. Di jadwal yang di berikan managernya, seharusnya ia sudah berada di lokasi sebelum jam 10. Namun kenyataannya jam 09.40 Taehyung masih berada di rumah. Sedangkan perjalanan ia ke lokasi pemotretan kurang lebih memakan waktu 25 menit. Sebenarnya, dia tidak akan terburu-buru seperti ini jika saja tidak ada adegan tak terduga antara dia dengan Hanna tadi pagi. Astaga, membayangkannya lagi membuatnya bergidik ngeri dan menggeleng-geleng. "Ditindih hantu pagi-pagi. Om my god pakai di raba-raba lagi."

Taehyung pun keluar kamar dengan terburu-buru, memakai mantel dan sepatunya lalu membuka pintu. Ia tidak memperdulikan lagi Hanna akan mengikutinya atau tidak. Karena Taehyung paling tidak suka jika terlambat. Lebih baik dia yang menunggu seseorang daripada dia yang ditunggu. Tapi sepertinya hari ini dia memang ditakdirkan untuk terlambat karena saat dia membuka pintu, ada tamu yang sedang menunggunya.

"Pak Hwangjo?" ucap Taehyung menerka-nerka nama orang tersebut. Taehyung mengingat wajahnya, tapi tidak terlalu ingat namanya. Ia adalah supir dari manager Song—manager ANBOYS."

"Hwangdo," balas bapak tersebut.

"Ah. Pak Hwangdo," ucap Taehyung sambil mengangguk-angguk. Hanna yang berada di belakangnya pun memiringkan tubuhnya sampai kepalanya terlihat dari posisi depan tubuh Taehyung.

"Dia siapa?" tanya Hanna pada Taehyung. Dan lagi-lagi tidak dijawab oleh Taehyung. Yah, tidak mungkin Taehyung jawab pertanyaan Hanna di depan orang. Bisa dianggap gila dia.

"Ada apa pak?"

"Jadwal anda hari ini dibatalkan. Dan saya diminta menjemput anda lalu mengantarkan anda ke Daegu," jelas Pak Hwangdo.

"Daegu?"

"Nde. Daegu."

"Ada apa? Kenapa harus ke Daegu."

"Ayahanda Min Yoongi-ssi baru saja meninggal." Akhirnya Taehyung tidak bertanya lagi. Ia pun memutuskan kembali ke kamarnya untuk mengambil beberapa pakaian dan segera berangkat ke Daegu. Saat mengecek Handphonenya ternyata sudah puluhan panggilan tidak terjawab dari manager Song dan juga dari Namjoon. Taehyung lupa mengaktifkan Handphonenya tadi pagi. Sehingga dia tidak tahu-menahu tentang kabar ini.

"Taehyung. Kau akan ke Daegu?" tanya Hanna. Taehyung tidak menjawab lagi pertanyaannya. Taehyung hanya fokus memasukkan baju-baju dan barang-barang yang ia perlukan ke dalam kopernya. Ia memasukkan asal semua pakaiannya dan menutup kopernya lalu berjalan keluar dari kamarnya.

Hanna menahan lengan Taehyung, "Ya! Kau baik-baik saja? Wajahmu sangat pucat."

Taehyung menatap lengannya yang ditahan oleh Hanna.

Lemparan hujatan kebencian, kumpulan masa pendemo, lemparan telur, pemakaman, figura di depan peti mayat, rangkaian bunga bertuliskan pembunuh, manusia jahat, mati saja. Tiba-tiba Taehyung merasakannya lagi. Sekelebat bayangan masa lalu masuk dalam ingatannya lagi. Telinganya berdengung, kepalanya sangat sakit sampai tubuhnya terjatuh tepat di depan pintu kamarnya.

Trauma.

Taehyung trauma kehilangan orang yang disayangi. Bahkan kali ini bukan dia yang kehilangan, tapi entah kenapa kepalanya menggila seperti ini lagi. Sudah lama ia tidak seperti ini. Bahkan ia berpikir bahwa ia telah sembuh. Sekelebat ingatan muncul bertubi-tubi seperti menghantam kepalanya tanpa ampun. Ingatan itu sangat menyakitkan baginya.

Hal ini sudah diprediksi oleh manager Song akan terjadi. Oleh karena itu, ia memerintahkan supirnya— pak Hwangdo untuk menjemput Taehyung. Bukan dia ataupun member yang lain. Karena Taehyung paling benci jika terlihat oleh member yang lain dalam kondisi seperti ini.

MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang