.
.
.
.
.
Tentang rasa, asa, amarah dan kerinduan yang terus membuncah. Memancar kian terang di tengah gelapnya perjuangan. Sekuat tenaga ia menyakinkan hatinya untuk terus melangkah maju. Tak peduli penolakan apa lagi yang akan ia terima.
Logikanya berkata wajar saja Hanna bersikap seperti itu, jika alasannya untuk kebaikan bersama. Namun, hatinya masih sulit untuk menerimanya. Batinnya tersiksa melihat Hanna yang terus berpura-pura tak mengingatnya.
"Ini." Meletakkan segelas air putih di hadapan Hanna.
"Terimakasih." Mengambil gelas tersebut lalu meneguk air di dalamnya.
Jujur ada rasa menggelitik diperutnya dan ada sengatan listrik yang rasanya praktis mengalir kesekujur tubuhnya saat bahu mereka bertemu ditambah iringan melodi yang dimainkan Hanna sebelumnya. Taehyung mulai berpikir nekat untuk meraih jemari Hanna, mengarahkan tubuh Hanna ke arahnya dan menghapus jarak antara ia dan Hanna. Namun terhentikan saat Hanna menghentikan permainannya dan meminta minum. Ada lega dan kecewa yang mengalir bersamaan.
Jika tadi ia mencoba mencium Hanna, apa Hanna akan menerimanya? atau dengan spontan menolaknya?
"Hanna," ucapnya memberanikan diri bersuara. "Jika kau berpura-pura tidak mengingatku hanya untuk melindungiku, kau bisa menghentikannya sekarang. Aku bisa menjaga diriku sendiri." Menatap ke arah Hanna. Pernyataan itu terlontar begitu saja dari mulutnya tanpa pikir panjang.
"Aku--"
"Tidak mengerti ucapanmu," sambung Taehyung seolah tahu apa yang akan diucapkan oleh Hanna.
Hanna hanya terdiam. Ia masih bersikeras untuk tidak menghentikan kepura-puraannya.
"Kita sudahi saja latihan hari ini. Aku ada agenda lain." ucap Taehyung.
"Ya."
Taehyung mengantar Hanna ke akademi tempat Hanna berlatih piano. Selama perjalanan, tak ada satu pun kata yang terucap. Mereka memilih hening satu sama lain. Sampai akhirnya saat Hanna beranjak ingin membuka pintu mobil di sampingnya, Taehyung menahan sebelah tangannya.
"Ada apa?" tanya Hanna.
Taehyung hanya menatapnya, ingin berucap, jangan berlatih terlalu keras, aku tak ingin kau sakit lagi. Namun tertahan, "Tidak apa-apa." Melepaskan pegangan tangannya dan memalingkan wajahnya.
Hanna yang bingung menunggu ucapan Taehyung hanya bisa ikut berpaling dan keluar dari mobil Taehyung. Taehyung pun langsung melajukan mobilnya tepat setelah Hanna keluar.
Hanna merasa bersalah, namun tak ada pilihan lain selain ini. Ia kasihan melihat Taehyung yang bersikeras menahan diri di hadapannya.
"Apa ia sudah menyerah? semoga benar." Menunduk dan berbalik lalu melangkah masuk ke dalam gedung.
Saat dirinya berdiri di depan pintu ruang latihannya, dan tepat di saat lengannya telah meraih ganggang pintu, seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang.
![](https://img.wattpad.com/cover/174688110-288-k916353.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORY || KTH [SUDAH TERBIT]
Fiksi PenggemarROMANCE-FANTASY Kim Taehyung x Kim Sejeong Tidak ada yang pasti, nyata dan palsu. Semua hanya ilusi dan manipulasi. Kau takkan mempercayainya sampai melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jika tak bisa, maka kau cukup berusaha mengingat kembali mem...