Pagi kembali lagi, Adira harus berangkat ke sekolah seperti biasa. Setelah memeriksa tas nya Kembali, ia melangkahkan kaki ke sekolah saat hendak membuka gerbang rumahnya itu, ternyata ada seseorang yang sedari tadi menunggu.
"Kak" ucap Adira pada rafif, teman arka
"Eh udah rapi?yuk?"
"Ayuk kemana?"
"Ke gunung, ya sekolah lah"
Adira tertawa kecil
"Bareng gitu?" Tanya Adira masih tidak mempercayai kenapa tiba-tiba Rafif menjemput nya bahkan tidak ada sepatah kata pun sebelumnya.
"Ya iyalah, gue udah nunggu disini terus kita berangkat sendiri-sendiri gitu?"
"Kok nggak ada omong mau jemput?" Adira masih saja bertanya
"Udah nanya nya nanti aja, sekarang naik dulu, nanti telat" ucap Rafif
Adira pun menaiki motor besar itu, setelah mengambil dan memakai helm yang diberikan Rafif.
***
Ditempat lain, arka sedang berada di ruang kepala sekolah. Diam merunduk tanpa bicara mendengarkan setiap kata dan kalimat yang di keluarkan pak kepsek, arka dimarahi habis-habisan karena ada salah satu anggota osis yang mempunyai kasus yang kelewat batas. Pak kepsek bilang bahwa arka tidak bisa memperhatikan dan mengawasi bawahan nya itu.
Setelah selesai dari ruang kepsek, arka ke ruang osis menghubungi semua anggota osis untuk kumpul waktu itu juga, termasuk Adira tentunya.
Line
ArkaYuda
Keruang OSIS sekarang!AdiraFradella
Nggak bisa kak, gue mau
Penilaian seni budayaArkaYuda
SEKARANG!!"Kenapa sih elah, udah tau gue mau penilaian" ucap Adira
"Kenapa?mau kemana Lo?"tanya Vira
"Dipanggil ke ruang osis, kaya nya mau di sidang gue nih"
"Disidang kenapa?" Tanya Vira
"Nggak tau, tapi gue denger dari anak osis lain. Dia dipanggil ke ruang kepsek"
"Waduhhh, hati-hati macan mau ngamuk" jawab Vira dengan wajah ngeri
Adira melongos pasrah ia berjalan melewati koridor menuju ruang osis.
"Permisi" ucap Adira
Oh ternyata sudah ramai di ruang OSIS, dipenuhi dengan anak-anak osis lainnya.
Arka terus berbicara membuat yang lainnya sedikit melongo karena sebelumnya ia tak pernah mengadakan pertemuan dadakan seperti ini dan menyidang semua dari yang salah sampai yang benar sekalipun meluapkan semua yang terjadi di ruang kepsek tadi.
Setelah selesai semua anak osis keluar dari ruang osis dengan wajah lesuh lemas, salah satu alasan nya adalah masing-masing anak osis diberi tugas yang berbeda oleh arka.
Sesampainya Adira dikelas,
"Kenapa dah? lesuh gitu mukanya" ucap Vira
"Capek gue, Bener kan disidang"
"Serius?hahaha mampus" ucap Vira tanpa beban
"Sialan Lo"
Adira segera menyusul penilaian seni budaya nya dari pada nilainya kosong, sampai bel istirahat pun berbunyi.
Adira yang sedang bersama Vira menuju kantin bertemu dengan Arka di koridor,
"Kak" panggil Adira yang membuat arka menghentikan langkahnya
"Tadi gue udah kerjain tugas dari Lo, nih Lo periksa aja, siapa tau ada yang salah" ucap Adira sambil menyodorkan flashdisk
"Tapi, tadi ada yang gue ubah sedikit, terus gue tambahin juga jadi...."
"BERISIK!" Teriak arka tegas
Adira mati kutu, ia tidak bisa berkutik melihat arka yang tiba-tiba teriak seperti itu.
"Tadi pagi dianter Rafif kan?" Tanya nya masih dengan suara tinggi hanya saja tidak teriak seperti tadi.
Adira hanya menganggukkan kepalanya, tanpa berani menatap arka.
"Tadi malam jalan sama gue, sekarang berangkat sama Rafif. Lo itu cewe macam apa sih?hah?"
Adira tersentak kaget mendengar ucapan arka barusan
"Nggak punya harga diri, MURAHAN, mau sama semua cowok. Denger gak hah?MU RA HAN!" Tekan nya
Adira menelan Saliva nya dalam-dalam, ia segera lari secepat mungkin ketempat dimana tidak ada orang yang menemukannya, ia lari dengan keadaan air mata yang terus turun deras di kelopak nya. Sementara, Vira yang melihat kejadian itu tepat didepan matanya, langsung menatap arka tajam, seakan tak percaya dengan apa yang ketua osis nya ucapkan, seseorang yang menjadi panutan selama ini.
"BANGSAT, GUE NGGAK PERNAH NGOMONG SEKASAR INI SAMA ORANG LAIN APALAGI KAKAK KELAS, LO NGGAK TAU DIRI ANJING. KENAPA NGOMONG KAYA GITU KE SAHABAT GUE HAH?" ucap Vira kasar sambil menarik kerah seragam arka dengan sangat kasar, ia sama sekali tidak takut.
Arka diam tak berani menjawab
"KENAPA?MARAH KALAU ADIRA DIANTER SAMA KAK RAFIF?HAH?KENAPA?!"tanya Vira meluapkan emosi nya, Vira memang begini dibalik sikap nya yang manja, centil, periang dan penganggu tentunya, ia akan sangat marah jika siapa saja orang yang sudah berani membuat Adira sahabatnya itu mengeluarkan air mata.
"CEMBURU?"tanya Vira sinis, diikuti dengan tawa hambar, tawa yang menyeramkan, tawa seperti seseorang yang muak akan sesuatu.
"GAK GINI CARA LO ARKA, GAK LUCU ANJING. LO CEMBURU TERUS NGEBENTAK SAMPAI NGOMONG KASAR GITU KE DIRA, TOLOL" ucap Vira kembali meluapkan emosinya, ia sangat muak dengan kakak kelas macam ini. Sehingga Vira pun malas memanggil arka dengan embel-embel 'kak'.
"KENAPA DIAM AJA?HAH?NGGAK BISA JAWAB?BENER LO CEMBURU?" Emosi Vira meluap-luap, ia melepaskan cengkraman nya pada kerah seragam arka dengan kasar sampai arka terdorong dan terbentur dengan tembok.
Vira menghela nafas kasar, ia tak habis pikir sama manusia satu ini.
"Sadar gak sih? Lo udah kelewatan tadi? Gue tau Lo cowok dingin, Dira orang baik ka, jangan sakiti dia dengan mulut dingin lo" lanjut vira kali ini agak memelan namun masih dengan nada jengkel
"Lo akan kehilangan semuanya!" ucap Vira, lalu segera berlalu mencari sahabatnya yang pasti sangat membutuhkan pelukan dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince Is My Senior [COMPLETED]
Teen FictionIni bukan kisah badboy bertemu badgirl, ini kisah tentang, Adira Fradella, gadis berparas manis yang mempunyai alis tebal yang hampir menyatu dilengkapi dengan bulu mata nya yang lentik, seorang gadis periang dengan sejuta senyuman. Siapa yang tau...