Adira tidak kembali ke kelas, kalian pasti tau dimana dia saat ini, saat dirinya sedang suntuk.
Adira menghela nafas beberapa kali, menyandarkan tubuhnya pada bangku tua yang tidak terpakai lagi.
Berada di rooftop sendirian membuat nya merasa tenang, menjauh dari keramaian, hening, dan tidak akan ada yang menyakitinya, angin?tidak mungkin, angin begitu baik pada adira, ia selalu mengiringi keheningan gadis itu.
Adira ingin menangis saat itu, mengingat betapa manisnya arka saat memintanya untuk kembali, dan mengingat kejadian beberapa menit lalu diruang osis, tentu saja Adira menahan gumpalan bening yang siap terjun dari kedua kelopak matanya itu, ia sebisa mungkin tidak menangis.
"Nggak Adira, kamu nggak boleh nangis, kamu udah janji"
Begitulah gumaman dira, setelah melihat betapa manisnya arka saat meminta nya kembali, Adira berjanji untuk tidak pernah bersedih lagi, menangis lagi, sekalipun ada yang menyakitinya bahkan sekalipun ada yang mengingatkan nya akan kejadian beberapa tahun silam, ia sudah berjanji.
Tetapi Adira berdusta, ia tidak bisa menahan gumpalan bening itu, ia menangis sejadi-jadinya, meluapkan semua yang ia rasakan, Adira pun menangis tanpa isak.
Entah, rasanya sangat sesak melihat arka berpelukan dengan Dinda, gadis berparas cantik, dengan lesung dipipi kanannya. Adira berani bersumpah, siapa saja yang melihat Dinda tersenyum pasti akan langsung jatuh cinta. Adira pun sebagai perempuan mengakui, Dinda memang sangat cantik dibandingkan dengan dirinya, Adira hanya sebuah Upik abu dan Dinda princess nya.
Cukup lama, Adira melirik jam pada ponsel nya, 5 menit lagi istirahat. Dan Adira sudah cukup tenang setelah meluapkan semuanya dengan tangisan, ia menghapus jejak air mata nya, merapikan anak rambut yang entah sejak kapan tidak beraturan, lalu membuka aplikasi kamera, ia ingin melihat seperti apa wajahnya yang baru saja menangis.
"Astaga, wajahku menyeramkan" Ucapnya
Lalu dia turun dari rooftop dan segera ke kamar mandi sekedar untuk membasuh wajah nya yang sudah tidak karuan itu.
Ngomong-ngomong, sewaktu dulu saat mama dan papa Adira pergi meninggalkan adira, dia tinggal bersama Vira dan Vira menyuruh nya untuk berbicara dengan menggunakan kosakata "Gue-Elo" awalnya Adira ragu, Vira pun tidak memaksa jika Adira tidak nyaman, namun Adira merasa tidak enak Vira selama ini sangat baik padanya, Adira pun mengiyakan saja. Tetapi, pada saat-saat tertentu Adira masih menggunakan kosakata "Aku-Kamu" seperti saat dia sendiri seperti ini, atau saat ia mengingat kejadian itu.
Adira pun kembali ke kelas, berniat mengajak Vira ke kantin bersama. Namun, Adira tidak menemukan vira sama sekali disana. Ia pun terpaksa ke kantin sendirian.
Ia berjalan menyusuri koridor untuk sampai ke kantin,
"Adira!" Panggil suara yang bersumber tepat dibelakang Adira
Adira hanya mengentikan langkah, tanpa berniat menoleh, ia yakin laki-laki itu akan menghampiri nya. Tidak percaya? Lihat saja, mari kita hitung satu......dua....ti....
Dan benar saja Arka telah berdiri disamping Adira.
"Mau ke kantin?" Tanya arka
Adira hanya mengangguk sambil memberikan senyuman terbaiknya.
"Gak bareng Vira?" Tanya arka lagi
Adira hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Sakit mulut?kok dari tadi, gak ngomong?" Kata arka
Adira kembali menggeleng dengan senyuman yang lebih merekah kali ini,
"Kalau gitu, yuk bareng!" Ucap arka menarik pelan pergelangan tangan Adira
Adira kikuk, ia menggerakkan tangan nya agar terlepas, arka yang merasa menggenggam sesuatu segera menyadari itu,
"Maaf" ucapnya lalu melepaskan tangan Adira dari genggamannya
Dan sekali lagi, Adira hanya membalas dengan senyuman manis nya.
Arka berjalan disampingnya Adira melewati koridor menuju kantin, Adira merasa canggung, sungguh ia benar-benar membenci keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince Is My Senior [COMPLETED]
Teen FictionIni bukan kisah badboy bertemu badgirl, ini kisah tentang, Adira Fradella, gadis berparas manis yang mempunyai alis tebal yang hampir menyatu dilengkapi dengan bulu mata nya yang lentik, seorang gadis periang dengan sejuta senyuman. Siapa yang tau...