"Pa...papa?"
Setelah itu gelap. Adira kembali tak sadarkan diri.
Rafif yang mendengar cukup jelas apa yang Adira katakan, melongo tak percaya. Dia mencoba meyakini apa yang barusan ia dengar tidaklah salah. Dan mencoba sadar pada kenyataan, Adira kembali pingsan.
Rafif sontak memanggil dokter. Dan arka yang sedang berada di depan ruangan Adira bingung karena tiba-tiba ada dokter dan suster yang terlihat cukup buru-buru memasuki ruangan yang Adira tempati.
Tak lama setelah dokter masuk, Rafif beserta papa dan mama nya keluar.
"Ada apa?" Itu pertanyaan yang terlontar pertama kali dari mulut arka usai Rafif keluar ruangan
"Adira pingsan lagi" jawab Rafif dia menjambak rambutnya frustasi
"Kenapa bisa?" Tanya arka kembali
"Ikut gue" ajak Rafif pada arka
Rafif memilih taman belakang untuk mereka bicarakan masalah ini berdua.
"Kenapa harus kesini?" Oh sungguh manusia satu ini cerewet sekali, arka.
"Adira pingsan, setelah gue memperkenalkan papa dan mama ke dia" ucap Rafif menjelaskan
"Loh, kenapa bisa?" Tanya arka masih juga bingung
"Lo tau? apa yang Adira ucapin sebelum dia pingsan?" Ucap Rafif
"apa?" Tanya arka tak sabaran
"Dia manggil papa gue dengan sebutan papa juga, wajah nya terkejut bukan main dan gue ngeliat ada ketakutan di mata dia" ucap Rafif menjelaskan
"Lo udah telfon Vira?" Tanya arka tiba-tiba panik, entah apa alasannya.
"Belum, kenapa? Apa hubungannya sama Adira?" Tanya Rafif
"Mungkin kita gak tahu hubungan papa Lo sama Adira sampai ngebuat Adira kaget dan takut ketika liat papa Lo, tapi Vira pasti tahu ini semua. Kita butuh dia sekarang" ucap arka menggunakan otak nya yang cukup pintar
Rafif sontak mengambil ponselnya dan mencari nomor Vira, nada sambung terus berbunyi sampai akhirnya berhenti.
"Gak diangkat" ucap Rafif setelah mencoba menelfon beberapa kali
"Kalo gitu Lo tunggu sini, biar gue ke rumah vira" ucap arka setelah itu bergegas ke kediaman Vira
***
Setelah sampai dirumah Vira yang cukup megah, tak perlu banyak pertimbangan arka langsung menekan bel rumah megah itu.
"Ada apa?" Tepat pada sasaran, yang menyambut arka langsung orang yang sangat ingin dia temui saat ini.
"Ikut gue sekarang" ucap arka berusaha menarik tangan Vira namun,
"Mau apa? Ketemu Adira? Lo gak usah ikut campur ya kak!" Ucap Vira bahkan arka pun belum menjelaskan alasan kenapa dia bisa memaksa Vira untuk ikut dengan nya.
"Jangan bilang Lo lagi ada masalah sama Adira?" Ucap arka
"Kalo iya kenapa? Lo mau belain? Semua orang aja belain Adira. Semua orang gak pernah ada yang sayang sama gue, kenapa sih? Kenapa hidup gue gak seberuntung Adira hah? Kenapa?" Ucap vira, matanya sudah dipenuhi air mata yang siap tumpah kapanpun.
"Apa? Lo gak seberuntung Adira? Lo salah besar vir. Adira yang gak seberuntung Lo." Ucap Rafif setelah itu arka pergi meninggalkan vira.
Niatnya untuk membawa Vira ke rumah sakit guna menemani Adira saat sadar nanti, dan menjelaskan apa yang telah terjadi barusan musnah. Arka muak dengan Vira. Arka muak dengan sikap Vira yang selalu merasa tidak cukup, bahkan saat dia mempunyai sahabat sebaik dan setulus Adira.
Arka kembali ke rumah sakit dengan tangan kosong, dan yang arka lihat tidak ada orang lain di luar ruangan maupun didalam ruangan Adira selain Adira sendiri yang sudah sadar saat ini. Kemana perginya Rafif dan keluarganya? Arka benar-benar tidak mengerti.
"Adira!" Panggil arka lembut, benar-benar lembut.
"Kak arka" ucap Adira menoleh ke sumber suara
"Udah sadar dari tadi?" Tanya arka mengambil kursi dan duduk di sebelah bangsal Adira.
"Baru kok kak" ucap Adira lemah, Adira benar-benar terlihat pucat saat ini.
"Papa mana?" Tanya Adira
Sontak arka membulatkan matanya, ia menelan Saliva nya kasar. Apa yang arka dengar saat ini tidak salah bukan? Adira benar-benar mengucapkan kata 'papa'.
"Pa....papa maksud Lo?" Tanya arka
"Iya papa. Orang yang barusan dikenalin sama kak Rafif itu papa gue." Ucap Adira, tidak ada tatapan dendam atau benci di mata Adira. Tatapan yang arka lihat saat ini murni tatapan tulus yang selalu ia lihat ketika bersama Adira.
"Ra, Lo gak apa-apa kan?" Ucap arka khawatir
"Kenapa memangnya?" Tanya Adira
"Lo gak akan trauma dan ketakutan kaya dulu kan?" Ucap arka masih khawatir
"Pasti Vira yang cerita ke Lo tentang trauma gue, ya kan kak?" Ucap adira
"I...iya. maaf ya" ucap arka tulus
"Gak apa-apa, gak perlu minta maaf. Lagi juga gue gak apa-apa kak, kan gue udah janji sama Vira saat dulu kejadian gak enak antara Lo sama gue. Janji sama Vira untuk jadi gadis kuat, gak boleh lemah karena trauma gue" ucap Adira tatapan nya berubah sendu, arka dapat melihat jelas perubahan garis wajah Adira.
"Gue harus nepatin janji itu sama vira. Oh iya kak, Lo tahu gak kenapa gue bisa sadar dan bangun setelah pingsan tadi?" Ucap Adira sumringah, Adira berhasil membuat arka sering sekali bergumam tak percaya, Adira bisa dengan cepat mengubah air muka dan ekspresi wajahnya itu.
"Kenapa?" Tanya arka saat merasa bahwa Adira butuh temen cerita saat ini.
"Karena gue mimpi Vira udah maafin gue, gue mimpi gue jalan-jalan sambil gandengan tangan sama Vira. Bahagia banget." Ucap Adira mulai bercerita
"Adira, jangan bilang kalau Lo sama Vira beneran ada masalah?" Ucap arka
"Iya kak, Vira marah sama gue karena dia denger kak Rafif nembak gue. Gue bodoh banget, kenapa nyia-nyiain sahabat sebaik dia" ucap Adira menyesal
"Lo salah Adira. Bukan Lo yang nyia-nyiain dia, tapi dia yang nyia-nyiain Lo" ucap arka tegas
Adira hanya bisa diam dan berusaha mencerna ucapan arka baik-baik.
***
Halooooo semuanyaaa....
Readers kuuuu tercintaaaaaMaaf bangetttt lagi lagi lagiiii
Aku buat kalian nganggur lamaa, sekali lagi aku cuma penulis amatir anak SMA yang punya banyak pr.Makasih banget buat yang masih setia nungguin, baca dan support cerita ini.
Maaf yaa kalo cerita nya agak crisp.
Aku juga geli bacanya😭😭 tapi mau gimana lagi kemampuan otak ku cuma segini.Typo bertebaran, mohon ingatkan akuuu.
Kritik dan saran diperlukan.tinggalkan jejak semuanya 👌
LOVE YOU ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince Is My Senior [COMPLETED]
Teen FictionIni bukan kisah badboy bertemu badgirl, ini kisah tentang, Adira Fradella, gadis berparas manis yang mempunyai alis tebal yang hampir menyatu dilengkapi dengan bulu mata nya yang lentik, seorang gadis periang dengan sejuta senyuman. Siapa yang tau...