Ide Juju untuk liburan dua malam ke Bandung bersama rekan kerja lainnya mendapatkan persetujuan dari ibu bos. Kantorpun diliburkan satu hari demi kesehatan fisik dan mental para karyawan. Juju dan yang lainnya menyambut liburan ini dengan suka cita, ditambah ibu bos membiayai semuanya. Seluruh karyawan pun tak mau melewatkan liburan gratis ini, apalagi ketika mereka tahu kalau John, salah satu sukarelawan part time di yayasan, ikut serta dalam perjalanan ini. Kehadiran John layaknya bonus yang mereka terima setiap tahun.
Tak ada satu pun yang tak tahu tentang John. Wajah lelaki blasteran Amerika-Indonesia ini banyak terpampang di seluruh kota di negeri ini. Di media, mall, toko besar, warung kecil, warung kopi, layar ponsel nenek-nenek, remaja bahkan di ponsel karyawan yayasan. Ketenarannya sebagai seorang selebriti berwajah tampan begitu menggemaskan para penggemarnya. Belum lagi nilai plus lain dalam dirinya yang rendah hati dan ramah kepada siapapun. Kesempurnaan John membuat banyak kaum hawa di negeri ini menjadi tak waras dan berkhayal tentang lelaki ini.
Lelaki blasteran yang lahir dan besar di Indonesia ini sangat fasih dalam beberapa bahasa asing. Dia juga sahabat dekat Gareth sejak kecil. Inilah awal John bekerja sebagai sukarelawan di yayasan. Keluarga John dan Gareth cukup dekat karena ayah mereka terikat bisnis. Ditambah kedua ayah mereka juga berasal dari negara yang sama. John dan Gareth sudah tumbuh menjadi pusat perhatian media karena ketenaran dan kekayaan kedua ayah mereka dan tentu saja wajah blasteran mereka yang menggairahkan para kaum hawa. John memilih karirnya di dunia modeling lalu merambat ke dunia akting dan akhirnya ia mendapatkan semua tawaran pekerjaan yang membuat lelaki ini semakin kaya raya.
Hidup memang sungguh tak adil, beberapa orang terlahir sempurna fisiknya dan meraup uang dengan begitu mudahnya, itulah Si John.
Lima tahun lalu lelaki seksi itu menawarkan dirinya untuk menjadi sukarelawan di yayasan sebagai fotografer. Keinginannya berawal saat ia menghadiri sebuah program yayasan untuk pendidikan anak-anak yang berada di tempat terisolasi dan sulit dijangkau. John berpartisipasi mengumpulkan dana dalam setiap kegiatan yang ia lakukan. Diapun berhasil meraih angka fantastis yang sangat membantu program pendidikan. Sejak itu ibu bos mengetuk palu mengesahkan John sebagai ambasador yayasan.
Malam ini Juju sibuk menyiapkan perbekalan untuk ke Bandung, termasuk jengkol balado yang dimasak emaknya. Meskipun sebenarnya dia enggan untuk membawa masakan kegemarannya itu karena khawatir baunya yang akan menggegerkan tanah pasundan tapi Juju tak bisa mendustai dirinya kalau dia sangat menginginkan jengkol balado itu. Masakan ini terlalu enak untuk diabaikan. Dia membayangkan udara dingin di sana dan jengkol balado dengan campuran teri medan ini pastinya sangat lezat dimakan dengan nasi panas. Air liurpun mengalir dari sudut bibirnya. Juju membungkus rapi makanan itu dengan plastik. Tiba-tiba suara notifikasi di ponselnya berbunyi.
Devi: Gareth nggak ikut ngetrip Ju.
Dia tak heran kalau lelaki yang beberapa hari lalu membuat masalah dengan dirinya itu memutuskan tak ikut meskipun sahabatnya John sudah mengajaknya. Dirinya juga tak mengharapkan anak itu ikut.
* * *
John memutuskan untuk berangkat dalam waktu yang bersamaan dengan seluruh karyawan dan itu mempermudah Devi mengatur liburan mereka. Satu gerbong kereta pun dipenuhi oleh karyawan yayasan. Dan John seperti biasanya menjadi fotografer gratisan. Lelaki itu sangat menikmati memotret semua orang dan setiap objek yang dia anggap menarik. Padahal dirinya sudah menjadi pusat perhatian orang yang lalu lalang di dekatnya meskipun lelaki itu sudah mengenakan kaca mata hitam dan topi tetapi banyak orang masih mengenalinya dan berbisik, "Eh itu si John ya?" Lelaki itu hanya tersenyum, dia merasa tak terganggu sama sekali ketika beberapa orang meminta foto bersama lalu memeluknya. Mungkin lelaki itu sudah menerima kodratnya untuk terlahir menjadi milik publik.

KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI HITAM JUJU
RomanceTidak pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran Gareth kalau dia akan memiliki perasaan istimewa kepada gadis minimalis itu. Untuk memastikan perasaannya, dia pun pergi meninggalkan segala atribut yang melekat dalam dirinya: kekayaan, kete...