Chapter 33

1.6K 102 0
                                        

Seminggu setelah bangun dari komanya, Gareth sama sekali tak mau dikunjungi oleh siapapun, termasuk orang tuanya dan tak terkecuali Juju. Meskipun hatinya terluka karena lelaki itu tak mau menemuinya, diam-diam ia tetap datang mengunjunginya. Juju menghabiskan waktu kunjungannya berbincang dengan kedua orang tua Gareth yang setiap hari datang mengunjungi dan ditolak oleh anaknya.

Keduanya tak bisa menyembunyikan kesedihan diwajah mereka namun orang tua itu masih berusaha memberikan semangat ke Juju.

"Terimakasih Juju, kamu masih mau datang kesini. Saya yakin suatu hari Gareth akan sangat menghargai apa yang kamu lakukan sekarang ini." Ujar lelaki yang sudah berusia enam puluhan itu. 

Mendengar ucapan papi Juju tersenyum. Kekecewaannya tak sebanding dengan derita yang dialami oleh orang tua yang duduk didepannya saat ini.

Betapa beruntungnya dia memiliki seorang ayah yang begitu bijak. Rasanya tak adil kalau ayah yang sebaik itu harus mengalami kesedihan seperti ini.

Juju menghela napasnya. Namun ia  juga tak bisa menyalahkan sikap lelaki dengan kondisi fisik yang sembilan puluh derajat berbeda dari sebelum kecelakaan, tentu saja manusia manapun mentalnya akan menjadi tak stabil. Yang terjadi dengan Gareth rasanya seperti sebuah mimpi buruk.

Kedua orang tua itu memberikan pelukan hangat ke Juju diakhir pertemuan mereka.

"Hang in there, Ju. Stay strong." Kata mami. Juju tersenyum mengangguk, airmatanya mengalir deras.

Juju kembali menuju kamar inap dimana lelaki itu dirawat dan setibanya didepan kamar ia menyandarkan tubuhnya ditembok. Ia tak tahu untuk apa berdiri disana, bahkan lelaki itu tak tahu dirinya sedang berdiri diluar kamarnya.

Tiba-tiba seorang perawat membawa sebuah nampan berjalan menuju kearahnya. Begitu didepan pintu kamar Juju menyapanya. "Mas, boleh saya titip sesuatu?" 

"Boleh dong mbak." Balasnya dengan senyum ramah. Juju memberikan sebuah lipatan kertas kecil lalu perawat itu meletakkannya diatas sebuah piring yang tertutup plastik. Juju mendekati dan berbisik.  "Pintunya buka sedikit, boleh ya?" 

Perawat itu mengangguk tersenyum, seakan mengerti situasi yang sedang dihadapi oleh gadis itu.

"Ini buat Pak Gareth." Kata suara dari dalam kamar, selebihnya Juju tak mendengar apapun. Tak lama kemudian perawat itu keluar dan menutup pintu kamar dengan sangat pelan. Serta merta Juju menghampirinya dan berbisik.

"Gimana mas, dibaca nggak sama dia?" Kata Juju dengan penasaran.

"Saya letakkan dimeja samping tempat tidurnya. Mungkin nanti dibaca." Kata perawat itu.  Meskipun jawabannya tak memuaskan namun paling tidak dia sudah berusaha.

"G, aku besok kesini lagi. Suka atau nggak suka, aku akan datang tiap hari jenguk kamu. Kamu nggak bisa semudah itu nyingkirin aku." Bisiknya dengan semangat. 

* * *

"Gimana Gareth Ju, ada perkembangan?" Tanya Devi begitu sampai diruangan kerja Juju. 

"Tenang Dev. Pasti akan ada perkembangan. Gua akan datang setiap hari sampai dia mau menerima gua. Kalau dia nggak mau nerima, ya nggak apa-apa. Pokoknya gua akan tetap datang kerumah sakit apapun yang terjadi." Balasnya dengan bersemangat.

Devi hanya diam dan mengamati sikap Juju yang berbeda dari beberapa hari lalu.

"Kita harus tetap semangat dalam menghadapi kesulitan hidup, Dev. Positive thinking ya." Tambahnya. 

"Lo makan apa hari ini?" Tanya Devi dengan raut menyelidik. 

"Makan cinta." Balas Juju dengan santai.

KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang