Chapter 9

3.3K 222 8
                                        

Malam itu Gareth memutuskan untuk kembali ke rumah sakit dan menginap di sana. Tentu saja dengan alasan tak tega meninggalkan gadis itu sendirian tanpa siapapun. Alasan apa lagi yang ia berikan selain itu?

Dan ternyata saat Gareth kembali, Juju sudah tertidur dengan mulut setengah menganga. Dia tak bisa menahan senyumnya saat melihat pemandangan itu. Siapa sangka gadis minimalis itu  memiliki kemampuan tidur seperti tukang becak yang sedang kelelahan habis menarik. 

Gareth mendekati gadis yang sedang terlelap itu lalu menarik selimutnya. Dia memandangi wajah yang sepertinya sedang bermimpi tentang makanan, atau bermimpi dikejar setan. Entahlah, dia tak tahu pasti. Namun, dia tertarik melihat bentuk hidungnya yang mungil dan bibirnya yang penuh, dan dua gunung alisnya yang tebal serta bulu mata yang lentik.

Cakep juga anak ini .

Gareth menggeleng, melenyapkan pikirannya yang mulai nyeleneh. Pandangannya beralih ke sebuah buku di samping tempat tidur. Rasa penasarannya muncul dan tentu saja kata hati atau kata setan dalam pikirannya akhirnya mendesaknya untuk membuka buku itu. Dia pun membacanya.

Dear diary,
Kenapa gua merasa sakit hati kalau dia bawa cewek itu? Gua bukan apa-apanya. Apa sakit hati ini normal? Dia, kan, bisa kabarin dulu kalau mau bawa orang lain? Lagian udah putus kok masih sering keluar bareng kayak pacaran. Sebel. ☹️

Gareth menyeringai membacanya. Dia tak mengharapkan buku itu adalah catatan soal perasaan. Lalu dia membalik halaman berikutnya.

Dear diary,
Kenapa jadi gua yang didiemin? Salah gua apa?! Kan, dia yang bikin salah. Dasar tukang galon!

Mau tak mau dia tertawa. Dibaliknya halaman berikutnya yang berupa catatan sejumlah uang. Catatan utang piutangnya di warung makanan. Gareth menghela napasnya. "Untuk makanan aja kamu harus ngutang?" batinnya.

Dear Tukang Galon,
Lo tuh bisanya macarin cewek terus ditinggalin. Gaya pacaran lo one night only gitu ya. Makanya lo perlakukan gua kayak sampah, nggak berharga di mata lo. Padahal yang sampah itu lo, Nyet. Iya lo tuh sampah banget. Nggak ada cinta di hati lo. Otak udang lo cuma maunya ngeseks sama perempuan terus bubar. Makanya lo dapet ceweknya juga rata-rata sama kayak lo, Nyet! Sampah semua!

Gareth membuka halaman terakhir di buku itu. Tanggal yang tertulis hari ini. Dahinya berkerut.

Dear diary,
Kayaknya gua nggak bisa marah lagi sama Si Tukang Galon karena dia sudah baik sama gua. Urusin gua selama dir umah sakit. 

Deg. Gareth termangu membacanya. Jantungnya seakan berhenti sesaat. What?! Jadi tukang galon itu gua?! Dia melanjutkan lagi membacanya.

Udah ya Ju. Jangan lagi marah nggak jelas sama dia. Sadar diri Ju. Lo siapa dia siapa. Nggak usah drama. Kalau emang mau drama mending lo jadi pemain sinetron aja. Paling nggak bisa  dapet bayaran ketimbang main drama sama dia. Lo sakit hati sendiri. Let him go, Ju. 💔

Gareth menarik napas dalam-dalam lalu menutup kembali buku itu. Tanpa sengaja lelaki itu menyenggol sendok saat  meletakkan buku itu di meja.

Juju terbangun. 

"Sorry." Kata lelaki itu.

* * *

Juju merasakan sebuah tangan membelai pipinya. Gadis itu membuka matanya.

"G?" Bisik Juju.

"Ya?"

Wajah lelaki itu semakin mendekat. Dia bisa  merasakan napasnya yang menerpa kulit wajahnya. Sebelum disadarinya tiba-tiba  bibir lelaki itu sudah mendarat di bibirnya, mengulumnya dengan lembut. Dia baru saja ingin membalas ciuman itu namun sesuatu terdengar terjatuh ke lantai.

KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang