Chapter 18

2.4K 188 3
                                        

Semenjak Juju pulang dari rumah sakit tak ada kabar sama sekali dari lelaki itu. Bahkan saat Juju mengirim pesan basa-basi ke Devi menanyakan soal pekerjaan. Devi sama sekali tidak menyebut atau menyinggung nama Gareth. Meskipun dirinya berharap Devi akan mengatakan kalau Gareth menanyakan keadaannya. Dia telah menipunya diri sendiri. Juju mengeluh.

Gimana sih. Kemaren anak orang dimarahin. Sekarang dipikirin! Juju menggaruk kepalanya. 

"Argh!" Mungkin lelaki itu jera menemuinya setelah kejadian dirumah sakit seminggu yang lalu. Kejadian yang seharusnya dia bisa hindari tetapi dirinya terlalu dipenuhi emosi. Bayangan lisptik dileher lelaki itu melekat dalam ingatannya. Belum lagi kedatangannya yang tiba-tiba kerumah sakit dengan bersikap manis dan tebar pesona didepan keluarganya. Juju  merasa geram dan muak. Muak karena dirinya sudah sakit hati duluan sebelum menjadi kekasih resmi lelaki itu. Geram karena sebenarnya itu bukan sepenuhnya kesalahan lelaki itu. Jadi intinya kemuakan dan kegeramannya ditujukan kepada dirinya sendiri dan lelaki itu adalah pelampiasannya. 

"Kenapa kamu marah sama aku? Apa aku menjanjikan sesuatu ke kamu? Apa aku pernah mengucapkan cinta ke kamu?" Tanya Gareth ketika hanya ada mereka berdua diruangan.

Juju memandangnya dengan sebuah tatapan siap menelan lelaki itu hidup-hidup. Bulu kuduk Gareth berdiri saat membalas tatapan gadis yang baru saja beberapa jam selesai dioperasi. Tatapan gadis itu persis seperti Susana di film beranak dalam kubur. 

Dan lelaki itu memberanikan dirinya lagi. "Kamu marah soal lipstik dileher?" 

Juju masih diam membisu dan kali ini dia menatap lelaki itu tanpa berkedip dan melempar bantal ke arahnya. "Brengsek kamu! Kamu pikir didunia ini cuma ada satu lelaki makanya bisa seenak udel mainin perasaan orang?!" Juju meringis memegangi perutnya. 

Melihat gadis itu kesakitan Gareth menghampirinya. "Ju." 

Mata Juju membelalak sekaligus berkaca-kaca. Diapun berteriak. "Keluar dari sini brengsek! Aku nggak mau liat muka kamu lagi!" 

Disaat yang bersamaan emak masuk keruangan tanpa mengetuk pintu. "Ju, ada apa, kok marah-marah begitu?" Emak menghampiri Juju dengan bingung. 

"Suruh si brengsek itu keluar mak!" Kali ini airmatanya mengalir deras dipipi. Dia tak bisa lagi menahan emosinya yang sudah ia pendam sejak mengenal lelaki itu. Hatinya jatuh bangun hanya demi lelaki itu. Bahkan ia tak pernah tahu isi hati lelaki itu terhadapnya dan dia sudah mengalami sakit hati sedemikian rupa.

"Ya ampun Ju. Nggak baik marah-marah begitu sama orang yang sudah baik sama kita." Emak merangkulnya dan berusaha menenangkannya.

Melihat Juju yang terisak diam-diam Gareth melangkah meninggalkan ruangan.

* * *

Akhirnya emak mengerti situasi yang sedang terjadi dengan sepasang makhluk adam dan hawa itu. Perbincangan emak dengan Gareth dirumah sakit telah membuka matanya tentang situasi yang sebenarnya.

"Sepertinya saya sudah menyakiti hati Juju mak. Makanya dia marah sekali ke saya dan mungkin dia nggak akan memaafkan saya. Saya nggak bisa jujur sama perasaan saya sendiri dan saya nggak tau kenapa harus bersikap seperti itu."

Emak tersenyum saat mendengar pengakuan lelaki itu. Sebagai wanita yang sudah cukup lama menjalani hidup emak sudah banyak mengetahui banyak karakter manusia. Dimata Emak Gareth adalah pria yang baik dan berhati lembut. Kalau ada pria yang masih bisa memberikan kebaikan setelah menerima sikapnya Juju yang seperti pasien rumah sakit jiwa, maka pria itu benar-benar seorang malaikat. Emak sendiri saja suka naik pitam dengan kelakukan anak gadisnya yang juga suka naik pitam.

KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang