Chapter 35

1.7K 102 0
                                        

Sudah sebulan lebih dirumah sakit kondisi Gareth masih belum juga membaik. Lelaki itu berjuang dengan rasa sakit dikakinya yang seperti ribuan belati yang mencabik-cabik lukanya. Dokter akhirnya memberikan painkiller  berdosis tinggi setiap kali rasa sakit itu timbul. Diapun menjadi kecanduan. Dan masih seperti semula, lelaki itu tak mau menemui siapapun.

Juju menahan dirinya untuk tidak menjenguk lelaki itu. Dan itu membuatnya frustasi sehingga ia mengurungkan diri dikamar. Dan selama mengurungkan diri dikamar Juju menolak bertemu siapapun, termasuk emak dan Devi. Dia sudah tidak mempedulikan apapun dalam hidupnya. Emak mulai mengkhawatir kesehatan putrinya, terutama kewarasannya.

"Emak takut dia lama-lama gila Dev." Kata emak suatu hari ketika Devi mengunjunginya. Mendengar perkataan Emak, Devi tersenyum dan mengelus punggung belakang emak.

"Juju itu mentalnya kuat sekali Mak. Percaya deh, dia bisa melalui semua ini. Nggak usah khawatir. Kasih dia waktu mak."

Emak tak yakin dengan ucapan Devi namun ia juga berharap ucapan Devi benar. Pastinya dia tahu sisi lain tentang Juju yang tidak ia ketahui, pikir emak.

Siang itu saat jam istirahat di restoran, Devi memutuskan untuk mengunjungi Juju. Meskipun Juju menolaknya bertemu setiap kali ia berkunjung, Devi tidak pernah menyerah. Hari ini dia akan membuat Juju menemuinya. 

Seperti penyiapan sebuah sajen, emak menyediakan airputih dan cemilan didepan pintu kamar Juju. Ia juga menggelar tikar dan bantal kecil. Devi melakukan beberapa peregangan dan mengikat rambutnya sebelum duduk diatas bantal dan mengetuk pintu.

"Ju, ini gua, Devi. Nggak apa-apa kalau elo nggak mau ketemu gua. Tapi hari ini gua mau cerita tentang sesuatu." Devi diam sesaat, mendekatkan telinganya kepintu. Tak ada suara balasan ataupun pergerakan didalam kamar Juju. Devi menggerakkan lehernya kekiri dan ke kanan lalu melanjutkan bicara.

"Enam tahun yang lalu sebelum Gareth ke Amerika, dia kontak gua, katanya mau ketemu untuk membicarakan sesuatu. Ternyata dia mau ngomongin tentang elo. Dia bilang begini: "Dev, gua nggak tahu perasaan gua yang sebenarnya ke Juju tapi gua merasa gua sudah menyakiti hati dia dan gua merasa bersalah. So, gua pergi ke Amerika mau memastikan seandainya perasaan itu cuma perasaan biasa yang sering gua alami ke cewek lain. Hanya perasaan kagum atau tertarik lainnya. Seandainya selama di Amerika perasaan itu hilang, berarti gua nggak serius tapi seandainya perasaan itu tetap ada selama gua di Amerika, gua akan ketanah air dan menyatakan perasaan gua ke dia. Tapi untuk saat ini, gua belum bisa minta maaf  ke dia karena gua nggak merasa berbuat salah, karena gua dan dia nggak punya ikatan apapun." Kira-kira gitu omongan dia ke gua." 

Devi berhenti bicara dan mulai mendengar suara pergerakan dari dalam kamar. Diapun tersenyum. Juju pasti sekarang sedang duduk mendengarkannya.

"Dan gua ditugaskan untuk memberikan laporan tentang elo kedia ..." Devi berhenti karena dia mendengar suara langkah seseorang berjalan mendekati pintu. Diapun tersenyum lagi. 

"Begitu juga sama Emak. Gareth sering nelpon emak nanyai kabar tentang elo. Emak cerita kalau elo lagi kursus masak dan ternyata elo ada bakat juga bisa masak. Gareth langsung kasih ide ke emak untuk buka restoran makanan yang elo suka. Emak bilang: "Emak nggak punya duit untuk modalin bisnis restoran." Trus Gareth bilang "Biar itu saya yang urus Mak." Trus Gareth langsung kontak gua. Gua ditugasin Gareth untuk cari tempat restoran. Iya, tempat yang sekarang jadi restoran elo itu. Gua udah nyari restoran itu jauh-jauh hari sebelum emak bilang ke elo kalau emak jual tanah warisan. Padahal semua uang modal bisnis dari Gareth." Devi langsung berhenti, dia mendengar suara kunci pintu diputar kemudian pintu itu terbuka dan munculah penampakan wajah yang ia nantikan. Devi langsung berdiri dari duduknya.

"Jadi kalian kerjasama tanpa sepengetahuan gua?" Juju menatap bergantian ke Devi dan ke emak. 

"Ya mau gimana lagi Ju. Dia serius sekali rencanain semua ini. Padahal gua sudah bilang gimana kalau elo nggak suka sama dia? Dia malah jawab: Nothing to lose. Ya udah kita lanjutin sesuai rencana." Balas Devi. Emak yang berdiri disamping meja makan mengangkat tangan. 

KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang