Chapter 15

2.6K 178 0
                                        

Sinar matahari pagi menyeruak dari sebagian tirai jendela yang terbuka. Sebuah tangan  memeluk tubuhnya dari belakang. Gareth tersenyum. Juju. Pikir lelaki itu. Diciumnya  tangan itu lalu dia membalikkan tubuhnya. Namun lelaki itu terkejut begitu melihat wajah wanita didepannya.

Tania tersenyum. "Morning." 

Lelaki itu mencium kening wanita itu. "Morning."  Katanya dengan lembut. 

Masih memeluk lelaki itu, Tania tersenyum dan mencium bibir lelaki itu. "I miss you." Gareth tersenyum dan dengan sikap lembut dia melepaskan pelukan wanita itu lalu menyingkap selimutnya dan beranjak dari tempat tidur.   

Gareth mulai mengenakan pakaiannya. "Sorry aku harus pergi. Ada kerjaan." Katanya dengan suara lembut. Dia merasa tak snak meninggalkan wanita itu begitu saja. Kemudian dia mencium kening wanita itu lagi. "Nanti aku telepon." Katanya tersenyum.

Tania tersenyum mendengar ucapan lelaki itu. Dia tahu lelaki itu tak akan meneleponnya. "Liar." Katanya dengan suara berbisik. Kebaikan lelaki itu yang selalu menjaga dirinya bukan karena dia mencintainya. Lelaki itu hanya peduli kepadanya. Dulu sekali dia berharap akan dicintai oleh lelaki itu tetapi hingga kini hubungan mereka hanya sekedar dua pasangan yang saling peduli dan membutuhkan seks. Tania tak pernah lagi berharap lebih terhadap lelaki itu. Mengharapkan cinta darinya sama saja berharap salju turun dimusim kemarau. 

"Gaz?" Panggil wanita itu sebelum Gareth pergi. 

"Ya?" Lelaki itu menoleh.

Sesaat Tania ragu untuk mengatakannya tapi akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulutnya. "Siapa Juju?" Katanya dengan suara lembut. 

Gareth menatap wanita itu tak mengerti. Kenapa dia bisa tau nama Juju?  "Bukan siapa-siapa. Kenapa?" 

Tania tersenyum. "Kamu nyebut namanya tadi malam waktu kita lagi bercinta." 

Lelaki itu terkejut. What?! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Sudah gilakah dirinya?

Lelaki itu kembali menghampiri wanita yang masih terbaring dikasur. "I'm sorry." Lalu mencium wanita itu.

Tania hanya tersenyum. "Not a big deal." 

Tentu saja itu masalah besar buat seorang lelaki seperti dirinya. Pastinya menyakitkan hati wanita itu sampai harus mendengar nama gadis lain disebut saat bercinta. Gareth menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. Dia berjalan meninggalkan apartemen dengan pengar dan pikiran yang lebih berkecamuk.

Diraihnya ponselnya dan masih tak ada balasan dari gadis itu. Diapun bergegas pergi menuju kantor Juju.

* * *

Juju bukanlah tipe seseorang yang rajin mengecek ponselnya seperti gadis muda lainnya. Tidak ada yang menarik untuknya dilihat diponselnya selain mengecek pesan dari Devi atau yang lainnya. Sehari tiga kali mengecek ponsel sudah lebih dari cukup untuk gadis itu. Sosial medianya saja tak menarik untuk dilihat, sama halnya dengan dirinya yang membosankan untuk dilihat. 

Setibanya dikantor Juju baru membuka ponselnya dan ia terkejut begitu melihat beberapa pesan dari lelaki itu. Juju melihat waktu yang dikirim. Kenapa dia ngirim pagi sekali? Pikir gadis itu.

Tangan Juju baru saja bergerak ingin membalas pesan dari lelaki itu namun tanpa disangka Gareth sudah berada diruangan menuju kearahnya. Juju tersenyum saat melihat lelaki yang terlihat lelah dan kusut itu.  

KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang