Kembali ke ibu kota yang sesak, macet dan berpolusi sangatlah tidak menyenangkan. Meski pun Bandung tak kalah sesak dan macetnya namun setidaknya masih dikelilingi gunung dan pepohonan yang dapat menyerap polusi. Konon begitu katanya, pepohonan bisa membantu menyerap udara yang tercemar. Dan untuk Juju kembali ke ibu kota rasanya seperti kembali ke alam baka, meskipun dirinya belum pernah ke sana. Namun ia bisa membayangkan ukuran sebuah kuburan yang gelap dan sempit, tak bedanya dengan ibu kota yang padat dan langit yang sudah tercemar.
"Hadeh. Seandainya gua kaya raya kayak si John, gua pasti udah pindah ke Norwegia. By the way, Norwegia di mana, sih?" tanya Juju ke Devi yang duduk di sebrang mejanya.
"Au ah. Udah jangan ngayal mulu. Kerja. Bersyukur bisa ke Bandung gratis. Pake ngayal mau pindah ke Norwegia. Lagian kalau mau pindah ke sebuah tempat itu pastiin lo tau lokasinya di mana. Jangan asal ngayal. Lo kira ke norwegia bisa naik getek." Celoteh Devi.
Mendengar ucapan wanita yang rautnya seperti nenek lampir saat itu, Juju hanya membalasnya dengan cibiran. Rasa ingin melarikan diri dari kota rimba ini pun semakin dalam. Sahabatnya sendiri saja tak bisa berkomentar positif. Apakah ini salah satu gejala dari keseringan menghirup udara yang beracun sehingga orang mudah marah dan berpikir negatif?
Juju menarik napas dalam, merasakan pinggang bawahnya yang nyeri. Diraihnya kalender di meja lalu melingkari tanggal hari haidnya yang seharusnya masih tiga hari lagi. Dia berusaha berkonsentrasi lagi pada pekerjaannya untuk menyiapkan wawancara dengan stasiun televisi. Dirinya, ibu bos dan anaknya yang playboy itu akan hadir dalam wawancara di hotel bintang lima yang tinggal dua jam lagi. Walau dalam lubuk hatinya ia tak ingin melihat wajah lelaki itu tapi demi gaji bulanan, Juju harus rela memendam sakit hatinya.
Dengan ditemani Devi, Juju tiba di hotel sebelum ibu bos dan anaknya tiba. Ketegangan langsung terasa saat Gareth tiba dan berdiri tak jauh dari Juju. Sesekali Juju melirik ke arah lelaki yang nampak maskulin dengan jenggot tipisnya itu, sungguh terlihat serasi dengan kemeja putihnya yang digulung sampai ke siku dan dipadu dengan jeans biru muda. Sepertinya lelaki itu gemar memakai kemeja putih karena dia tahu disitulah pesonanya.
Juju mendengus kesal memikirkan betapa beruntungnya pria yang sudah kaya dan berkelahiran tampan itu. Belum lagi hidupnya yang di kelilingi oleh banyak wanita cantik. Tak heran kalau lelaki itu jadi seenaknya terhadap dirinya. Saat memikirkan itu, keduanya tangannya mengepal, emosinya mulai naik turun seperti roller coaster.
"Ju, kamu sudah siap?" Tiba-tiba suara ibu bos mengejutkannya.
"Oh sudah bu," balas Juju dengan gugup.
Lima belas menit sebelum wawancara, mereka bertiga sudah duduk di depan kamera. Juju mengambil napas dalam menahan rasa sakit yang menyerang dadanya. Melihat Juju yang kesakitan, ibu bos menyentuh tangannya, "Ju, kamu nggak apa-apa?"
Juju semakin menekan dadanya. Ibu bos langsung meminta Devi untuk segera membawa Juju dari sana. Juju segera meminta devi untuk membawanya ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit keduanya langsung menuju ruang gawat darurat. Ini yang kesekian kalinya dia melihat Juju kesakitan seperti itu dan berakhir di ruang gawat darurat.
"Dev, jangan cerita ke siapa-siapa gua di rumah sakit." Kata Juju dengan wajah pucat pasi dan tangan yang sudah terinfus.
"Aduh, lo sakit apa sih Ju,"
Setelah menemani Juju dua jam di ruang gawat darurat, dia mengantarkan Juju pulang ke rumahnya. Dan seperti tak terjadi apa-apa, Juju langsung menghabiskan satu bakal nasi begitu tiba di rumah.
* * *
Devi langsung gugup begitu Gareth memanggilnya ke ruang kerjanya. Apalagi saat lelaki itu mulai menanyakan soal tidak menjawab panggilan ponselnya kemarin. Lelaki itu habis-habisan menginterogasinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI HITAM JUJU
RomanceTidak pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran Gareth kalau dia akan memiliki perasaan istimewa kepada gadis minimalis itu. Untuk memastikan perasaannya, dia pun pergi meninggalkan segala atribut yang melekat dalam dirinya: kekayaan, kete...