Chapter 42

5.8K 151 18
                                    

Buket bunga mawar merah dan tiga lilin diantik perunggu menghiasi meja makan besar yang terbuat dari kayu jati. Melihat hasil kerja lelaki itu, mendekorasi meja makan dan mengolah masakan, membuat para wanita tulen emak dan Devi kagum sekaligus malu. 

Gareth memberikan sebuah kata sambutan sebelum makan malam dimulai dan lelaki itu mengumumkan tentang pertunangan mereka. Emakpun menangis melihat kebahagiaan diwajah putrinya malam itu, begitupun dengan Devi. Mami dan papi sepertinya tahu bahwa peristiwa istimewa ini akan terjadi. Saat Gareth menelpon memberitahu bahwa ia sedang bersama Juju dan berniat melamarnya, mami membalas: "Tunggu sampai mami datang." Rupanya mami ingin memberikan cincinnya untuk melamar Juju, sebuah cincin yang sudah dipakai oleh tiga generasi dari keluarga papi dan Juju menjadi wanita berikutnya yang memakai cincin itu. 

Tekad Gareth sudah bulat untuk melamar wanita itu dan menikahinya segera. Mereka berdua sudah melalui banyak hal untuk membuktikan ketulusan cinta mereka. Juju bisa saja melupakannya dan menikahi Bagas saat lelaki itu melamarnya lagi, tetapi wanita itu menolaknya lagi. Setelah semua perlakuan dirinya kepada Juju, wanita itu masih saja hidup sendiri. Entah apa yang membuat wanita itu begitu kuat menghadapinya. Dia tak mampu lagi menghindarinya saat melihat kekuatan sekaligus penderitaan wanita itu. Dialah satu-satunya wanita yang selama ini ia cintai.

Setelah makan malam mereka melanjutkan bercakap-cakap dengan sampanye dan wine. Sementara anak-anak dibawa oleh seorang pengasuh kekamar. Mami tak melepaskan senyumnya sejak makan malam, ia menantikan kebahagiaan ini sejak limabelas tahun lalu, begitupun dengan yang lainnya.

"Jadi kapan pernikahannya?" Tanya papi ke anak lelaki satu-satunya itu.

"Seminggu lagi pap. Doain lancar ya pap." Jawab Gareth dengan santai. Juju membelakkan matanya mendengar ucapan lelaki itu. Malam ini dia baru saja dilamar, tak mungkin dalam waktu sedekat itu mengadakan resepsi pernikahan.

"Hello, minimal diskusi dulu sama aku?" Saut calon pengantin wanita.

"Tenang, semuanya udah diatur sama Devi." Balas Gareth tersenyum sambil menunjuk kearah Devi yang duduk tak jauh dari mereka. 

"Semuanya siap kalau pengantin wanita siap." Devi tersenyum kearah Juju. Jujupun tak mampu berkata apa-apa. Gareth memeluk Juju yang duduk disampingnya, mengusap airmata yang mengalir dipipi wanita itu. "That's okay." Kata lelaki itu.

* * *

Devi sudah membuat daftar tamu undangan, hanya beberapa kawan terdekat saja yang ia undang. Dia juga mengundang Bagas, meski tak yakin apakah lelaki itu bisa datang ke pernikahan. Undangan pernikahan yang mendadak ditambah lelaki ini tinggal dibenua lain, namun ia ingin memastikan lelaki itu tahu hari bahagia ini. Suara notifikasi dari ponselnya berbunyi.

"We're coming." Hanya dua kata dari pesan itu. Devi tersenyum lebar membaca pesan Bagas. "Lelaki itu memang sungguh berhati emas." Batin Devi. 

Begitupun dengan Tania, wanita itu langsung menelpon Devi saat ia mengabarkan perihal pernikahannya dengan Juju. "Ya tuhan, akhirnya mereka jadian juga." Euforia dalam nada suara Tania membuat Devi ikutan tersenyum. Tania, suami dan anaknya menyambut berita pernikahan ini dengan antusias. Sejak kecelekaan itu, Gareth juga menolak bertemu Tania dan anaknya. Berita pernikahan ini seperti hujan di musim kemarau yang panjang, tentu saja Tania sangat bahagia lelaki itu akhirnya menemukan cintanya. Merekapun langsung mengepak barang, memutuskan untuk datang lebih awal. 

"Tania sama suami dan anaknya datang besok Ju." Katanya mengabarkan kedatangan keluarga itu. Juju tersenyum mendengar kabar dari Devi. 

"Udah lama nggak liat Delisa. Dia pasti sudah besar ya?" Ujar Juju entah ke siapa. Hanya ada dirinya, Gareth dan Devi diruangan. Lelaki itu menatap Juju yang sedang meliriknya, lalu keduanya tersenyum. Melihat pemandangan pasangan yang sedang kasmaran itu, Devipun segera meninggalkan ruangan. 

KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang