Malam itu Gareth menghabiskan waktunya bersama Tania diklub. Lelaki itu menambahkan alkohol kedalam gelas setiap saat merasa kesal dengan gadis yang tak membalas pesannya. Tania memandangi Gareth yang duduk disampingnya. Lelaki itu tak berhenti mengecek ponselnya.
Wanita itu menggelayut dilengan Gareth. "Kenapa cemberut terus sih?" Katanya sambil merajuk. Sejak berangkat dari apartemen pikiran lelaki itu seperti berada ditempat lain, terlihat tak tenang dan gugup.
"Seseorang yang spesialkah?" Kata Tania tersenyum manis ke lelaki itu. Gareth tersenyum mendengar ucapan wanita itu. Dia mencium hidung wanita itu lalu memasukkan ponsel ke dalam kantong celananya.
"Kamu mau ngedance?" Tanya Tania. Lelaki itu tersenyum dan menggeleng.
Tania tersenyum melihat respon lelaki itu lalu dia mencium pipinya. "Aku ngedance dulu ya." Katanya lalu meninggalkan Gareth seorang diri.
Sambil menunggu Tania kembali, Gareth kembali meraih ponselnya dan kembali mengecek ponselnya. Masih tak ada balasan dari gadis itu. Gareth melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul duabelas malam lewat. Entah pengaruh alkohol dalam tubuhnya yang mendorongnya untuk mengirimkan pesan lagi ke gadis itu atau dirinya yang memang sudah impulsif dengan gadis itu. Akhirnya jari-jarinya mulai mengetik.
Gareth: Kamu sibuk sekali ya?
Pesan terkirim. Gareth mengecek sosial medianya dan teringat bahwa dia tidak tahu sosial media gadis itu. Diapun mulai mengetik namanya tetapi tak ada satupun akun yang menunjukkan bahwa Juju adalah pemiliknya. Lelaki itu teringat Devi, sahabatnya itu pasti memiliki akun sosial media. Diapun mulai mencari nama Devi yang ternyata sudah menjadi pengikut diakunnya. Gareth mulai mencari satu persatu pengikut di akun Devi yang berjumlah empat ratusan itu. Setelah beberapa saat mencari akhirnya matanya menangkap sebuah akun dengan nama JuEJuE.
Pasti ini akunnya. Lelaki itu tersenyum melihat nama di profile akun itu. Dia mengecek satu persatu foto yang diposting diakun gadis itu. Tak ada satupun wajahnya, hanya sebuah foto gedung, bunga, sepatu jelek, makanan dan jalanan beraspal.
Bener-bener nggak kreatif sekali itu anak. Jalanan aspal aja difoto. Gareth tertawa geli melihat semua foto itu. Hingga dia mendengar kegaduhan dilantai dansa. Kegaduhan itu memaksanya bangkit dari duduknya menuju lantai dansa. Gareth terkejut saat melihat Tania sedang memegangi pipinya dihadapan lelaki bertubuh tinggi dan atletis. Beberapa orang mengelilingi keduanya. Sepontan saja dia menghampirinya lalu merangkulnya.
"Kenapa Tania?" Tanya Gareth.
Tania terkejut melihat Gareth datang. Tangannya langsung meraih tangan lelaki itu dan mengajaknya pergi. "Nggak apa-apa. Ayo kita pergi aja dari sini."
Melihat keduanya bersiap-siap pergi, lelaki yang berdiri didepan Tania langsung berseru. "Kan bener, lo tuh cuma cewek bayaran. Belagu sekali nggak mau ngedance sama gua."
Seruan itu jelas didengar oleh semua orang dan Gareth. Gareth langsung menghentikan langkahnya dan berbalik kearah lelaki itu. Melihat reaksi Gareth wanita itu cemas dan langsung menarik tangannya.
"That's okay Gaz. It's not worth it." Kata Tania sambil menggengam kuat lelaki itu.
Gareth melepaskan tangan Tania dengan lembut. "Tunggu disini." Kemudian dia mendekati lelaki itu. Melihat Gareth menghampirinya, lelaki yang hampir memiliki postur yang sama dengan tubuhnya tersenyum mengejek.
"Ada yang nggak terima cewek bayarannya nerima bayaran dari yang lain." Tepat selesai berkata begitu, tangan kanan Gareth menghantam keras wajah lelaki itu. Lelaki itu langsung jatuh dan terkapar dilantai. Belum sempat lelaki itu bangun Gareth kembali menghantam wajahnya dan kali ini dia tak berhenti. Tania menangis dan berteriak meminta tolong melihat kejadian itu. Dia tak ingin Gareth membunuh lelaki itu. Hingga beberapa orang akhirnya datang menghentikan perkelahian dilantai dansa. Lelaki itu terkapar dilantai dengan wajah berlumuran darah dan hampir tak dikenali.
Tania masih tak berhenti menangis, apalagi saat melihat tangan Gareth yang penuh dengan luka. "Why did you do that Gaz?" Katanya. Lelaki itu merangkul tubuhnya lalu mencium kepala wanita itu. "That's okay."
Kemudian mereka berdua pulang ke apartemen lelaki itu.
* * *
Setibanya di apartemen Tania langsung mencari kotak P3K dikamar mandi. Kemudian dia mulai membersihkan luka lelaki itu. "Aku siapin bath dulu ya?" Ujar Tania. Gareth tersenyum mengangguk.
Beberapa saat kemudian Tania kembali dan membantu lelaki itu membuka kemejanya. "I don't like what you did in the club. It's not worth it." Kata wanita itu dengan suara lembut. Lelaki itu tersenyum lalu merangkul pinggang wanita itu dengan kedua tangannya.
"You're worth it." Ucap lelaki itu. Mana mungkin dia akan membiarkan wanita itu dihina didepannya dan dia tak berbuat apapun. Meskipun hubungan mereka tak pernah jelas tapi ia tak akan pernah membiarkan wanita itu direndahkan oleh siapapun. Karena dia mengetahui kisah masa lalu Tania yang diperlakukan kejam oleh ayah tirinya. Sejak mengetahui masa lalu Tania, Gareth sebisa mungkin melindungi wanita itu. Dia membantu Tania menyelesaikan kuliah hingga mencarikan pekerjaan untuknya. Tania dimata Gareth adalah seorang wanita yang tangguh dan selalu bersemangat dalam hidupnya. Kini dia memiliki kehidupan dengan karir yang cemerlang. Sesekali mereka bertemu dan semenjak Gareth pindah ke Jakarta merekapun semakin dekat.
Keduanya saling menatap saat tubuh mereka berhimpitan. Perlahan Gareth mendekatkan bibirnya ke bibir wanita itu. Tania menyambut bibir itu dengan lembut. Kemudian bibir keduanya saling memagut untuk waktu yang cukup lama.
Tania membuka sisa kancing dikemeja lelaki itu, Gareth hanya tersenyum saat wanita itu melakukannya. "Kamu berendem dulu ya." Katanya dengan lembut. Lelaki itu mengangguk lalu menghilang kekamar mandi.
Usai berendam lelaki itu kembali kekamar dan dilihatnya Tania sudah telentang tertidur pulas. Gareth tersenyum lalu menghampirinya. Dia membetulkan posisi tubuh Tania tetapi kemudian wanita itu membuka matanya.
"Sorry." Kata Gareth. Wanita itu tersenyum lalu merangkul kedua tangannya di leher lelaki itu kemudian mencium bibirnya. Gareth menyambut ciuman itu dengan lembut lalu tubuhnya merangkak pelan kekasur.
Desahan dan erangan wanita itu membuatnya semakin bergairah. Tania mulia membuka jubah mandi ditubuh lelaki itu, begitupun dengan Gareth. Dia mulai melepaskan pakaian wanita itu satu persatu hingga tanpa sehelai benangpun melekat ditubuh keduanya.
Lelaki itu mulai bergerilya mencumbu seluruh tubuh wanita itu dan Taniapun semakin mengerang dalam kegilaan. Hingga kemudian lelaki itu menindih tubuh ramping Tania dan memberikan keperkasaannya dalam tubuh wanita itu. Tania mengerang saat lelaki itu mempercepat aksinya diatas tubuhnya, dengan suara lirih tapi terdengar jelas oleh wanita itu, lelaki itu mengigau. "I LOVE YOU JU." Tania mengernyitkan dahinya.
Kemudian lelaki itu mencapai klimaksnya lalu merebahkan tubuhnya disamping Tania. Wanita itu tersenyum melihat lelaki itu kelelahan. Dia memeluk tubuh atletis itu dari samping. Tak berapa lama kemudian lelaki itu tertidur pulas.
"Gaz, siapa Juju?" Tanya wanita itu. Tak ada jawaban. Tania melirik lelaki disampingnya, diapun tersenyum melihat lelaki yang sudah tertidur nyenyak.
"I love you too Gaz." Katanya dengan suara pelan lalu mencium pipi lelaki itu. Wanita itu pasti spesial buat kamu kalau kamu sampai menyebut namanya saat kita bercinta. Tania tersenyum lalu memejamkan matanya.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI HITAM JUJU
RomanceTidak pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran Gareth kalau dia akan memiliki perasaan istimewa kepada gadis minimalis itu. Untuk memastikan perasaannya, dia pun pergi meninggalkan segala atribut yang melekat dalam dirinya: kekayaan, kete...