Chapter 17

2.4K 179 0
                                        

Keesokan paginya emak terkejut dengan kepindahan kamar Juju keruang VIP. "Ju, kenapa pindah kesini?" 

Juju mengangkat bahunya. Tak hanya emak, Juju juga heran saat kamarnya dipindah tadi malam. Terpikir olehnya bahwa emaklah yang melakukannya namun ia tahu kondisi keuangan emaknya tak mungkin mampu membayar kamar mewah itu. "Nggak tau mak. Juju disuruh pindah. Juju kira malah emak nyuruh pindah." 

Emak langsung mencibir mendengar ucapan anak gadisnya. "Emak nggak punya duit buat bayar kamar mahal begini. Baku nasi aja emak kredit. Apa mungkin ..."

Juju memandang emaknya dengan tegang. Jangan sampe emak kepikiran lelaki itu yang membayarnya.

"Ah masa si ganteng yang mindahin. Emang dia siapa kamu?" Kata emak hampir berbisik. Tapi siapa lagi kalau bukan dia? Dia satu-satunya orang yang keliatan paling kaya diantara mereka. 

Juju mencibir ke emak. "Siapa si ganteng emangnya mak?"

"Bosnya Juju kali yang mindahin." Pamannya langsung menyaut.

Emak berguman. "Iya kali ya?" 

"Baik sekali dia mau urusin Juju sakit. Naksir kali ya sama Juju?"

"Hush!"  

Juju hanya terdiam mendengarkan percakapan antara emak dengan pamannya, seakan dirinya sedang tak berada disana. Keduanya mengacuhkan Juju.

"Emang mau laki ganteng gitu sama Juju? Si Daus anaknya pak RT aja ogah." Ujar emak dengan sinis didepan Juju.

Astaga emak. Anaknya sendiri dijelek-jelekkin. Gadis itu bersungut mendengar ucapan emaknya. "Juju nggak jelek-jelek amat untuk ditaksir lelaki ganteng kayak gitu mak. Lagian dia yang beruntung kalau sampai jadi pacar Juju."

Lagi-lagi emak mencibir anak gadisnya. "Jangan kepedean jadi anak perawan Ju. Jauh jodohnya ntar."

Tanpa mereka sadari lelaki yang sedang mereka bicarakan menguping dibalik pintu yang setengah terbuka. Dia tersenyum. Jadi kamu itu perawan galak yang kepedean ya. Gareth terkekeh lalu melangkah masuk ke kamar. 

"Pagi." Sapa Gareth. 

"Nak Gareth, selamat pagi." 

Emak menyambut ramah lelaki itu. Juju hanya bersungut melihat keramahan emaknya yang berlebihan kepada lelaki itu. Begitu melihat Gareth emak tak bisa menyembunyikan penasarannya soal kepindahan kamar Juju. Wanita tua itupun bertanya ke calon mantu idamannya.

"Apa 'nak Gareth yang mindahin Juju ke VIP?" Tanya emak hati-hati. Dia tak tahu kenapa harus menjaga sikap dan bicaranya dengan lelaki itu. Karisma lelaki itu seperti seorang centeng tanah dan membuat emak jadi segan. 

Gareth tersenyum mendengar pertanyaan emak. "Iya mak. Biar kalau emak nginap tidurnya lebih enak." 

"Aduh terimakasih banyak ya 'nak Gareth. Emak sama Juju berhutang budi sama 'nak Gareth." 

Lelaki itu memegang lengan emak. "Nggak apa-apa mak. Yang penting Juju bisa sehat lagi." Katanya sambil melirik ke gadis yang sedang duduk bersandar. Mendengar itu Juju hanya bersungut. Gua tau akal bulus lo. Baik-baik sama gua, besoknya lo udah sama cewek lain lagi. Dasar playboy ikan asin.

Gareth tak bisa menahan senyumnya melihat Juju merengut. Silahkan lo marah sama gua Ju. Gua mau disini sampai lo sehat. Suka atau nggak suka.

* * *

Operasi berlangsung selama hampir satu jam setengah. Meleset dari apa yang dokter perkirakan yang seharusnya hanya berlangsung tigapuluh menit dan tentu saja hal itu meresahkan seluruh keluarga yang sudah menanti  satu jam diluar ruangan operasi.

Bersama emak dan keluarganya Gareth ikut menunggu operasi sampai selelsai. Lelaki itu meminta ijin emak untuk menemani Juju sampai keluar dari rumah sakit. Tentu saja emak berterimakasih atas kebaikan dan kepedulian Gareth namun emak jadi bertambah heran, siapakah lelaki ini sesungguhnya bagi Juju? Karena anak gadisnya itu kelihatan sangat tak ramah dengan kehadiran lelaki itu. Padahal kalau bukan karena kemurahan hati lelaki itu emak mungkin sudah menjual apapun yang ada didalam rumah, termasuk bakul nasi kesayangannya.

Diruang tunggu semua orang menatap lampu yang terdiri dari tiga warna, kuning, merah dan hijau. Lampu kuning adalah tanda pasien siap untuk operasi. Merah adalah tanda pasien sedang dioperasi. Sementara hijau adalah tanda bahwa pasien sudah keluar dari ruang operasi dan dalam masa pemulihan.

Tanda lampu merah bahwa Juju sedang operasi sudah lewat dari empatpuluh lima menit. Semua orang yang menunggu saling memandang, apalagi emak yang nampak cemas sekali. 

"Kok belum selesai juga ya? Juju ngga apa-apa kan?" 

Gareth menghampiri wanita tua itu. "Nggak apa-apa mak. Kalau ada apa-apa dokter pasti sudah keluar."

Satu jam berlalu. Lampu kuning masih belum juga berubah dan tak ada seorangpun yang keluar dari ruang operasi. Garethpun mulai khawatir. Dia melangkah ke pintu ruang operasi dan berdiri disana. 

Tak lama kemudian seseorang membuka pintu ruang operasi. 

"Gimana dok?" Tanya Gareth. Sementara Emak dan keluarga Juju berada dibelakang Gareth.

"Operasi berjalan lancar. Dia baik-baik aja. Sekarang dalam pemulihan. Tadi Juju agak lama bangunnya karena reaksi biusnya cukup lamban ditubuhnya."

"Oh thank God. Terimakasih dok." 

Lelaki itu bernapas lega sambil menyapu wajahnya dengan kedua tangannya. Diapun menoleh ke emak dan tersenyum. "Juju baik-baik aja mak. Dia lagi proses pemulihan sekarang." 

Sepontan mata emak berlinang dan memeluk lelaki itu. "Alhamdulilah. Makasih 'nak Gareth." Lelaki itu terkejut mendapatkan pelukan dari wanita itu tapi kemudian dia tersenyum dan menepuk punggung wanita itu pelan. 

* * *

Juju mengerjapkan matanya. Masih  dalam keadaan setengah sadar dia mencoba melihat sekelilingnya. Seseorang dengan jubah putih sedang mendorong tempat tidurnya lalu disampingnya ada wajah ia kenali. Gareth.

Melihat mata Juju terbuka Lelaki itu menyentuh tangan gadis itu dan menyapanya lembut. "Hey Ju." 

Belum sempat ia mengucapkan sesuatu, gadis itu kembali menutup matanya. 

"Usahakan dia jangan tidur ya mas. Soalnya tadi setelah operasi beliau sadarnya lumayan lama." Kata perawat pria itu begitu tiba di kamar.

Gareth mengangguk. "Oke mas." Balasnya.

Juju kembali membuka matanya lalu dengan suara lirih dia berkata: "Haus." 

Gareth mengambil air mineral botol dan membukanya lalu memberikannya ke Juju. Tak lama kemudian mata Juju kembali tertutup.

Gareth menyentuh tangan Juju. "Ju, jangan tidur." Namun gadis itu tertidur juga akhirnya. 

Menyaksikan cara Gareth memperlakukan anak gadisnya seperti itu, emakpun terharu. Mata wanita itu berkaca-kaca. Lelaki itu sudah  mewakili apa yang ingin dilakukan oleh keluarganya. Emak dan yang lainnya hanya terdiam menonton keduanya. 

Gareth menoleh ke emak. "Emak istirahat aja dulu. Makan dulu. Biar saya jagain Juju."

Emak bahagia mendengar ucapan lelaki itu. Benarkah lelaki ganteng ini menyukai anaknya?"Nggak apa-apa nih 'nak Gareth? Emak emang mau pulang ambil pakaian ganti Juju dulu." Ujar emak.

Lelaki itu tersenyum. "Iya nggak apa-apa mak. Istirahat sekalian dirumah." 

Akhirnya emak dan lainnya meninggalkan ruangan. Walaupun sebenarnya yang lain masih belum mau pulang karena mereka penasaran dengan Gareth tetapi emak memberikan isyarat untuk meninggalkan mereka berdua. Mau tak mau mereka menuruti emak. 


* * *


KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang