Chapter 28

1.7K 107 4
                                        

Seandainya saja ia bisa berlari sejauh mungkin untuk menghindari pertemuan itu. Dalam hatinya ia mencaci maki sahabatnya yang membawa Bagas keruangan tanpa bertanya padanya lebih dahulu. Ia merasa Devi telah mendorongnya ke sebuah kolam ikan berisi piranha. Beginilah resiko yang memperkerjakan seorang sahabat dalam bisnis, suka bertindak semaunya sendiri. Juju memberikan tatapan ultimatum saat Devi meninggalkan ruangan. Devi membalas tatapan itu dengan senyuman, sangat jelas dia menikmati penderitaan sahabatnya. 

Tapi apa gunanya ia menghindari pria itu. Toh semua itu sudah berlalu. Lagipula  saat ini mungkin dia sudah menikah. Tapi kenapa lelaki itu ingin menemuinya kalau sudah menikah? Pikiran Juju berkecamuk dan ia hanya membisu didepan lelaki itu. 

"Bagaimana kabar kamu Ju?" Tanya Bagas akhirnya mengawali percakapan dan mencairkan suasana yang kaku diruangan itu.

"Ya beginilah. Masih kayak dulu Gas." Balas Juju tersenyum kecil. Ia kehilangan kata-kata sejak lelaki itu memasuki ruangan. Rasa malu terhadap Bagas dan keluarganya kembali menjeratnya. Berhadapan dengan lelaki itu saat ini membuatnya kembali seperti terdakwa atas kejadian tiga tahun yang lalu.

"Kuliah kamu sudah selesai?" Akhirnya ia berinisiatif untuk bertanya.

"Belum. Tinggal setahun lagi. Tahun depan semoga sudah selesai." 

Juju tersenyum mendengar ucapan lelaki itu. Dia selalu mengagumi kecerdasan lelaki itu. Bukan hanya intelektual yang sepertinya sudah dimilikinya sejak lahir namun juga kebaikan hati lelaki itu. Lelaki lain mungkin sudah memaki dan sangat membenci kalau calon istrinya membatalkan pernikahan tiga hari sebelum acara resepsi. Tapi Bagas masih mamu berkata lembut kepadanya saat ia memberitahu ingin membatalkan pernikahan.

Anehnya, dia yang membatalkan pernikahan tapi dia juga yang menangis terisak. Sementara Bagas justru berusaha menenangkannya.

"Nggak apa-apa Ju. Kalau kamu nggak yakin untuk menikah sama aku, kamu berhak untuk membatalkan. Lebih baik dilakukan sekarang daripada nanti sudah menikah. Aku hanya mau menikah sama kamu seumur hidup dan kita nggak boleh main-main dengan pernikahan karena pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral, kita harus menjaga kesuciannya."

 Ucapan lelaki itu malah membuat rasa bersalahnya semakin terasa berat. Dia memaki dirinya yang tak bisa mencintai lelaki itu. Dia bisa saja berpura-pura mencintainya, menikahinya agar dirinya bisa melupakan lelaki yang sudah pergi ke Amerika, tetapi ia terlalu takut untuk melakukannya. Takut jika akhirnya dia memang tak bisa mencintai lelaki itu selama menikah. Kenapa hatinya hanya tertuju kepada lelaki dibelahan dunia lain yang mungkin saat ini sedang bersenang-senang dengan wanita lain? Sungguh yang diatas sana tak adil dalam memberikan perasaan cinta kepadanya!

Menyadari matanya mulai berlinang mengenang memori pahit itu, Juju segera bangkit dari duduknya. "Kamu sudah makan?"

Bagas tersenyum dan menggeleng. "Belum." 

"Tunggu ya, aku pesan makanan dulu."  Gadis itu melangkah keluar ruangan kemudian menutup pintu dengan perlahan. Ia bersandar dibalik pintu lalu menghapus air matanya. 

Devi bergegas masuk kedapur begitu melihat Juju disana.

"Gimana Ju, seru nostalgianya?" Katanya tersenyum menggoda.

Gadis itu menatapnya dan mendengus. "Nggak lucu!"

Devi terkekeh melihat emosi sahabatnya. "Tapi serius Ju. Dia tambah ganteng dan berwibawa ya."

"Dan gua heran. Kenapa sih perempuan kaya lo bisa dicintai sama lelaki kayak gitu? Sementara gua berusaha setengah mati nggak dapet-dapet." 

KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang