Malam ini Juju pulang diliputi perasaan bahagia. Momen yang ditunggunya selama enam tahun akhirnya datang juga. Momen dimana dia bisa melihat wajah lelaki yang selalu ada dalam pikirannya. Melihat Juju yang terlihat seperti orang baru mendapatkan undian mobil mercedes, emakpun tersenyum mencibir.
"Kenapa Ju? Cengar-cengir sendirian." Kata emak.
Mendengar teguran emaknya diapun tersadar dari lamunannya. "Restoran rame Mak. Trus Juju ada proyek baru sama Devi." Balasnya. Tentu saja dia berbohong.
Tanpa sepengetahuan Juju emak masih tersenyum mencibir. "Oh." Hanya itu kata yang keluar dari emak. Tiba-tiba saja Juju teringat teman emaknya yang baru datang dari luar negri. "Mak, kalau emak mau kawin lagi, Juju ikut seneng Mak."
"Ngomong apa sih Ju."
"Kalau Emak punya pacar, kenalin ke Juju ya." Lalu meninggalkan emaknya diruang tamu.
"Anak itu selalu gak waras kalau abis ketemu Gareth." Cibir emak.
Juju tak pernah tahu soal bingkisan yang ternyata dari Gareth. Malam pertama tiba di Indonesia Gareth langsung bergegas kerumah Juju. Lelaki itu sengaja menemui emak lebih dahulu sebelum ia bertemu Juju. Ia harus berterimakasih lebih dulu kepada wanita itu karena telah mempercayainya selama ini. Dan setelah bertemu dengan emak Gareth langsung menuju restoran. Ia tiba direstoran sekitar pukul delapan malam saat Juju masih distudio yoga. Devi sudah siap menunggu kedatangan lelaki itu.
"Oh Bu Juju lagi yoga Pak. Dengan bapak siapa?" Kata salah satu pelayan direstoran.
Belum sempat Gareth menjawab, Devi keluar dari restoran menghampirinya.
"Mas Gareth, apa kabar?"
"Hey Dev. Gimana kabar kamu?"
"Baik mas. Juju masih yoga."
"Iya nggak apa-apa. Aku tunggu disini aja. Kamu lanjut aja kerja."
"Oh ya ini buat kamu Dev." Gareth memberikan bungkusan tas berwana putih itu ke Devi.
"Ya ampun mas Gareth. Repot-repot. Makasih banyak ya Mas."
"Nanti kalau perlu apa-apa. Call atau sms ya Mas."
Gareth mengangguk dan tersenyum. "Thank you for everything Dev." Kemudian Devi meninggalkan lelaki itu diluar sendiri.
Gareth merasa beruntung dengan adanya orang-orang didekat Juju yang mempercayainya. Emak, Devi bahkan maminya. Kepergiannya ke Amerika enam tahun lalu adalah keputusan yang tak mudah. Namun dirinya sadar jika dia tidak pergi meninggalkan Jakarta maka ia tak akan pernah berubah. Garethpun memutuskan untuk pergi meninggalkan kehidupan sukses dan glamornya dan memulai segalanya dari nol. Dan kali ini tanpa embel-embel nama keluarganya. Dia ingin bekerja keras karena usahanya sendiri.
Dia sendiri tak tahu apa yang mendorongnya membuat keputusan sebesar itu. Mungkin rasa frustasi karena tidak bisa memahami perasaan sebenarnya terhadap seorang gadis sederhana seperti Juju. Mungkin juga karena dia sudah mulai bosan dengan kehidupannya yang serba glamor. Meskipun awalnya mami berusaha membujuk anaknya itu untuk tak gegabah dalam mengambil keputusan.
"Apa ini gara-gara perempuan lagi?" Tanya Maminya.
Gareth hanya menundukkan wajahnya. Melihat sikap anak semata wayangnya itu mami hanya menarik napas.
"Ya sudah kalau itu memang keputusan kamu. Mami bisa ngomong apa. Tapi pastikan kali ini kamu berubah menjadi lelaki yang lebih baik buat perempuan yang kamu cintai. Minimal buat diri sendiri Gaz."
Pada saat Maminya mengatakan itu, Gareth memandang wajah Maminya. "Thanks Mam." Dia tahu maminya akan selalu mendukungnya apapun yang ingin dia lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI HITAM JUJU
RomanceTidak pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran Gareth kalau dia akan memiliki perasaan istimewa kepada gadis minimalis itu. Untuk memastikan perasaannya, dia pun pergi meninggalkan segala atribut yang melekat dalam dirinya: kekayaan, kete...