Malam itu hujan turun sangat deras disertai suara gemuruh dan kilatan petir. Juju tak bisa memejamkan matanya sedikitpun. Kilatan petir dan gelapnya kamar mengingatkannya kembali dengan film horor. Pengaruh alkohol tak bisa membantunya melupakan rasa takutnya dengan setan yang bernama sundel bolong.
"Argh!" Juju menyingkap selimutnya lalu beranjak dari kasur dan keluar dari kamar. Gadis itu menuju ruang tamu yang sudah gelap.
Tiba-tiba sebuah suara menegurnya. "Kamu belum tidur?"
"Gareth!" Sepontan saja gadis itu berteriak kaget. Dia tak mengharapkan lelaki itu ada diruang tamu dan berbaring disofa. Kenapa dia tidur disini?
"Sorry." Lelaki itu langsung mengambil posisi duduk dan menyalakan lampu kecil disampingnya.
Juju mengamati lelaki yang masih mengenakan pakaian yang sama sejak dia tiba diapartemen. "Kamu kenapa tidur disini?"
"Males aja." Balas Gareth. "Kamu kenapa kesini?" Tanya lelaki itu sambil memandangi Juju yang hanya mengenakan kaos panjang dan celana pendek.
Gadis itu ragu untuk mengatakannya. Dia tak ingin lelaki itu menganggapnya penakut. "Aku takut sama kilat." Akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulutnya.
Gareth tersenyum mendengar ucapan gadis yang sudah berusia duapuluh dua tahun itu takut dengan kilatan petir. "Kalau takut tidur dikamar aku aja. Nanti aku tidur disofa. Kamu perlu tidur malam ini. Besok kan harus berangkat pagi."
Juju tak yakin harus menerima tawaran itu. Tapi perkataan lelaki itu benar. Dia harus tidur malam ini. "Yakin nggak apa-apa kamu tidur disofa?"
Kamar tidur lelaki itu lebih besar dari kamar tidurnya. Begitupun dengan ranjang tidur yang berukuran King itu. Juju tak mengerti kenapa lelaki itu membutuhkan tempat tidur berukuran besar hanya untuk ditiduri satu orang. Ah, bodohnya gua. Ya pasti untuk berdua sama cewek yang dia bawa kesini.
"Kamu tidur ya. Aku mau mandi dulu." Kata lelaki itu. Juju memandang lelaki itu. Kamu nggak mandi aja masih keliatan cakep. Juju mengangguk. Begitu Gareth menghilang dibalik pintu kamar mandi, Juju langsung merebahkan tubuhnya dikasur dan merasakan kenyamanan dalam kasur yang empuk itu. Pelahan dia mulai memejamkan matanya.
Tak lama kemudian Gareth keluar dari kamar mandi dan tersenyum saat melihat gadis itu tertidur. Lelaki itu menghampiri Juju yang tidur dengan posisi telentang. Dipandanginya wajah yang beberapa hari ini semakin terlihat cantik dimatanya.
Sementara itu, Juju menahan matanya agar tak terbuka. Dia bisa merasakan aroma wangi yang segar dari tubuh lelaki itu. Dia tak tahu lagi harus berbuat apa, membukanya matanya atau pura-pura tertidur. Tapi gadis itu penasaran dengan apa yang akan lelaki itu lakukan.
Tiba-tiba kamar sudah terlihat gelap. Gadis itu membuka matanya. "G?"
Gareth baru saja membaringkan tubuhnya disofa. "Ya?"
"Aku nggak bisa tidur kalau gelap." Juju harus mengakuinya dia takut dengan kegelapan saat tidur. Minimal tirai jendela kamar harus dibuka untuk membiarkan cahaya masuk.
Lelaki itu tersenyum mendengar ucapan gadis itu. Hal lainnya lagi yang membuat dia terkejut tentang gadis itu. Dia beranjak dari sofa kemudian menyalakan lampu disamping tempat tidur. Juju tertegun saat melihat lelaki itu masih mengenakan jubah mandi dengan setengah dadanya yang terbuka. Rambut basah lelaki itu membuatnya terlihat semakin seksi dimata Juju.
"Thanks G. Kamu nggak apa-apa kalau terang." Katanya ragu dia sudah mengganggu tidur lelaki itu.
Lelaki itu tersenyum. "Nggak apa-apa." Aku lebih sukanya gelap kalau tidur. Tapi demi kamu nggak apa-apa.
Juju masih memandangi lelaki itu tak berkedip saat dia merebahkan tubuhnya disofa.
"Ju?" Lelaki itu mulai khawatir melihat Juju yang hanya memandanginya tanpa bersuara. Mendengar suara lelaki itu memanggilnya diapun tersadar dan langsung memunggungi lelaki itu.
Kayaknya gua malah nggak bisa tidur kalau disini.
Juju berusaha memejamkan matanya namun semakin ia mencoba tidur bayangan lelaki itu dengan kimononya semakin menganggunya. Akhirnya dia menyingkap selimutnya dan beranjak dari tempat tidur. Gadis itu melangkah pelan, berusaha tak membangunkan lelaki itu.
Tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya. "Ju?"
Mau tak mau Juju berhenti. "Sorry. Kayaknya aku tidur dikamar lain aja."
Mendengar itu Gareth segera bangun dari sofa dan menghampirinya. "Kenapa? Masih gak bisa tidur?" Lelaki itu semakin mendekatinya. Gadis itu semakin gelisah. Dia memalingkan pandangannya dari dada lelaki yang kini jubah mandinya semakin terbuka lebar.
"Nggak apa-apa. Tapi kayaknya gua tambah nggak bisa tidur." Balas Juju terbata dan masih menghindari menatap lelaki itu.
Gareth tersenyum menatap gadis yang nampak ketakutan itu. "Kenapa?" Katanya dengan suara pelan. Dia mendekat selangkah ke gadis itu. Juju merasa tak berdaya karena tubuh tinggi atletis itu sudah memojokkannya hingga kepintu. Apalagi aroma wangi yang menyeruak dari tubuh lelaki itu. Perlahan tubuhnya terkulai lemas kemudian gadis itu tak sadarkan diri.
Entah sudah berapa lama dia tak sadarkan diri namun saat membuka mata lelaki itu sudah berada disampingnya menggenggam tangannya dengan wajah cemas.
"Kamu ngerasa sakit lagi?" Suara lelaki itu terdengar khawatir ditelinga Juju.
Juju hanya terdiam. Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa gua jadi suka pingsan nggak jelas? Didepan lelaki itu pula.
Lelaki itu membantu Juju saat gadis itu berusaha bangun dan duduk. "Aku nggak apa-apa. Aku tidur dikamar aku aja ya." Katanya. Lebih baik menghindari dia secepatnya dalam suasana seperti ini. Pikiran gua lagi jorok.
Walaupun rasanya berat membiarkan gadis itu tidur sendirian akhirnya dia membiarkan gadis itu pergi meninggalkan kamarnya. Tak ada alasan untuknya menahan gadis itu dikamarnya. Mungkin ini lebih baik untuk mereka berdua karena rasanya dia sudah mulai menggoda gadis itu. Sesuatu bisa saja terjadi.
Juju menarik napas lega setelah dikamarnya. Diluar sana hujan mulai mereda, tak ada lagi suara geluduk dan petir. Diapun menjatuhkan tubuhnya dikasur empuk itu dan memejamkan matanya.
Juju merasakan tubuh hangat lelaki itu sedang memeluknya dari belakang. Gadis itu membalikkan tubuhnya menghadap lelaki itu. Lelaki itu tersenyum begitu melihatnya. Dia mengecup dahi Juju kemudian hidungnya lalu bibirnya. Sesaat mereka saling melumat bibir masing-masing. Gadis itu mendesah dan mengerang saat lelaki itu mulai melucuti pakaiannya.
Tiba-tiba alarm ponselnya berbunyi. Juju terbangun dari mimpi erotisnya. Alarm sialan. Nggak ngerti orang lagi mimpi enak.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI HITAM JUJU
RomanceTidak pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran Gareth kalau dia akan memiliki perasaan istimewa kepada gadis minimalis itu. Untuk memastikan perasaannya, dia pun pergi meninggalkan segala atribut yang melekat dalam dirinya: kekayaan, kete...