Chapter 38

1.8K 100 0
                                        

Setelah menyantap sarapan pagi bersama Devi, emak dan anak-anak, Juju dan Devi menuju yoga studio untuk menghadiri kelas olah pernapasan dengan pengajar yang baru. Tidak banyak yang Juju ketahui tentang guru yoga baru ini, Agung sendiri tak menjelaskan detail profil pengajar yang katanya cukup terkenal dengan ajaran olah napasnya dan seperti biasa ia melimpahkan tugas itu sepenuhnya ke sang manager.

Menurut informasi yang Juju dapat konon olahraga pernapasan ini dapat mengurangi stress. Meskipun dia merasa baik-baik saja, Juju berharap dapat kelas ini akan membantu tidur malamnya dari mimpi buruk. Devipun tak mau ketinggalan saat Juju mengajaknya untuk menghadiri kelas ini. 

"Semoga gurunya ganteng ya, Ju." Katanya sesaat sebelum mereka tiba distudio. 

"Gila lo. Udah punya suami ganteng gitu aja lo masih ngarepin liat yang ganteng." Timpal Juju. 

"Bukan gitu Ju. Kalau nggak ganteng, gua cepet ngantuk biasanya." Balas Devi tersipu.

Mereka tiba dibangunan studio yoga yang seperti rumah panggung dengan ruangan yang bisa menampung lebih dari limapuluh orang. Setibanya dikelas, ruangan ternyata sudah ramai dan penuh dengan orang-orang yang duduk bersila diatas matras. Juju dan Devi melihat sekeliling mencari tempat kosong namun hanya barisan paling pojok belakang dekat pintu yang masih tersisa. 

Begitu Juju dan Devi duduk, suara seorang lelaki terdengar dari depan kelas.

"Terimakasih sudah datang dikelas saya. Nama saya Gaz. Saya disini untuk sharing ilmu olah pernapasan yang sudah saya tekuni selama sepuluh tahun. Hari ini saya akan memperkenalkan tekhnik dasarnya lalu kita akan lanjut ke level berikutnya. Bagi yang baru pertama kali mencoba, lakukanlah senyaman mungkin. Jika merasa tak nyaman, silahkan angkat tangan, saya dan Jeni, akan membantu kalian." 

Kepala Juju dan Devi mendongak berusaha melihat wajah sang guru, namun kepadatan ruangan menghalangi pandangan mereka. Keduanya hanya bisa melihat seorang wanita asing berparas sangat cantik  yang duduk disamping sang guru.

Beberapa saat kemudian kelaspun dimulai. Sepuluh menit pertama Juju mengenali tekhnik pernapasan yang hampir mirip dengan meditasi. Setelah limabelas menit napas semua orang terdengar lebih berat seperti suara seseorang yang sedang berlari marathon, kemudian setelah lima menit ruangan kembali sunyi.

Berikutnya berganti metode dan kali ini seperti seseorang yang sedang marah mengeluarkan emosinya. Juju tiba-tiba merasakan sesuatu dalam dadanya, sesuatu yang ingin ia keluarkan. Entah apa yang merasukinya, tiba-tiba Juju berteriak membuka mulutnya. "HAH!!" lalu bersimpuh dengan posisi bersujud dan menangis sesenggukan.

Melihat Juju seperti itu, Devi segera memegangi tubuhnya. Beberapa orang dikelas menoleh ke arahmereka. Devi mengangkat tangannya tinggi, meminta bantuan. Wanita yang duduk disamping sang guru segera berdiri dan menghampirinya.

Wanita berambut pirang itu mengelus punggung Juju yang masih dalam posisi bersujud dan menangis. "Breath. Breath. Let it go." Bisiknya ditelinga Juju. Devi tak mampu menahan linangan airmatanya yang sudah membendung sejak tadi, ia bisa merasakan apa yang ditangisi oleh wanita itu.

Tak lama kemudian Juju kembali ke posisi duduk. Sang asisiten guru yang bernama Jeni itu masih setia duduk menemaninya. "Are you okay to continue?" tanyanya dengan suara lembut. Juju mengangguk dan tersenyum. "Yes, I'm okay. Thank you." Wanita itu balas tersenyum lalu memeluk Juju dan kembali kedepan kelas, kesisi sang guru.

Setelah kelas usai, Jeni kembali menghampiri Juju. "Hi, my name is Jeni. I'm assisting this class. What is your name?" 

"Hi Jeni, I'm Juju." Ia mengulurkan uluran tangannya ke wanita bertubuh semampai itu.

"Nice to meet you Juju. How's your feeling now?" Tanyanya lagi dengan penuh perhatian.

"I'm okay now. Sorry about earlier." Juju  tersenyum malu.

KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang