"Aku balik dulu ke apartemen. Nanti aku kesini lagi. Mami bilang kamu istirahat aja sampai dokter bilang kamu boleh pulang." Kata Gareth. Juju hanya diam dan mengangguk, tak tahu apa yang harus dikatakan kelelaki yang sudah berbaik hati mengurusi dirinya dirumah sakit. Dia merasa malu telah merepotkan lelaki itu.
Bu Bos baik banget. Sebenernya anaknya juga baik sih. Cuma mata keranjang aja dia. Maunya sana sini sama cewek.
Gadis itu bersungut mengingat kembali betapa playboynya anak si bu bos. Gareth memperhatikan raut gadis itu.
"Atau aku disini aja?" Tanya lelaki itu.
Juju terkejut mendengar ucapan lelaki. "Nggak apa-apa kamu pergi aja."
Gareth tersenyum. "Ok. See you later then." Kemudian lelaki itu menghilang dari ruangan.
Juju meraih ponselnya dan mengecek pesan yang masuk. Matanya terbelalak saat membaca rentetan pesan dari emak. Emaknya pasti sudah khawatir menantikan balasan pesan darinya.
Emak: Ju, udah sampe belom? Kalau udah sampe kabarin emak.
Emak: Ju, udah sampe dimana?
Emak: Ju, Jakarta-Singapur berapa jam sih? Lama amat nyampenya.
Emak: Ju, kamu ke Arab apa ke Singapore?
Emak: Ju, Emak masak sayur asem hari ini sama ikan asin. Enak banget. Kamu makan apa disana?
Emak: Astaga Ju, masa kucing tuh nyolong ikan asin Emak. Mana mahal lagi tuh ikan.
Emak: Ju? Kok gak ngabarin Emak sih. Kata Devi harusnya udah nyampe.
Juju tertawa sekaligus ingin menangis membaca pesan emak. Tidak ada didunia ini yang begitu mempedulikan dirinya seperti emaknya, meskipun seringkali emaknya menyebalkan. Tapi emak dimatanya adalah wanita yang perkasa.
Bagaimana tidak, emak sudah menjanda beberapa tahun silam tetapi emak tidak pernah berniat mau menikah lagi. Dulu waktu emak masih janda muda, banyak sekali orang yang mau menjodohkan emak. Ternyata emak cukup cantik saat masih muda dan pernah menjadi kembang desa dimasanya saat itu. Sampai sekarang sisa-sisa kecantikannya masih terlihat meskipun terdapat beberapa lemak diwajah dan seluruh tubuhnya. Kecantikan emak ternyata cukup membuat banyak lelaki bertekuk lutut. Kata orang wajah emak saat masih muda mirip dengan Yenny Gusman, bintang film tersohor ditahun delapan puluhan.
Kisah tentang bapaknya tak kalah jauh menarik dengan emak. Menurut cerita dari kampung setempat, bapaknya Juju adalah lelaki yang sangat disegani bukan hanya karena tampangnya yang galak dan jampang yang tumbuh menghiasi wajahnya, tetapi karena keturunan bapak yang ikut andil dalam memerangi penjajahan dimasa Belanda dan Jepang. Juju sudah mendengar kisah ini sejak ia kecil tetapi dia tak pernah menemukan nama buyutnya dibuku sejarah manapun seperti nama-nama pahlawan terkenal pada umumnya. Tentu saja dia tidak akan menemukannya karena buyutnya hanya sebagian rakyat kecil diantara jutaan lainnya yang menginginkan kemerdekaan. Dia sendiri tak pernah tahu dengan kebenaran kisah itu namun masa kecilnya bahagia saat mendengar kisah tentang kakek buyutnya.
Lalu kebahagiaan emak direnggut ketika suatu hari bapak mengalami gangguan pernapasan akut dan hanya sempat bertahan satu jam dirumah sakit. Emak menangis histeris, meraung lalu pingsan. Kepergiaan bapak terlalu berat untuk wanita itu. Tentu saja Juju menangis juga seperti emak namun tak sedahsyat tangisan emak. Dan setiap kali emak sadar, wanita itu akan kembali menangis histeris. Juju berusia sepuluh tahun saat bapaknya meninggal, dirinya belum memahami rasa sakit hati ditinggal oleh seseorang yang dicintai, bahkan dihari bapaknya pergi meninggalkan anak dan istrinya untuk selamanya.
Emak sempat jatuh sakit berbulan-bulan bahkan sampai mengalami gangguan mental. Wanita itu tak pernah merelakan kepergian suaminya. Hingga tiga tahun kemudian emak kembali berfungsi normal.
Cinta emak ke bapaknya telah menginspirasi Juju dalam mencintai seseorang. Dia ingin seperti itu kalau mencintai seorang lelaki tapi kalau bisa jangan sampai gila seperti emaknya. Tak terasa airmata mengalir dipipi Juju. Dia merindukan rumah dan emaknya. Gadis itu membuka ponselnya lalu mulai mengetik pesan.
Juju: Mak, Juju udah di Singapur. Maap baru kasih kabar. Juju langsung kerja. Banyak yg harus dikerjain disini Mak. Besok Juju telpon ya Mak."
Pesan terkirim ke Emak.
Juju melirik jam didinding, sudah jam sembilan malam. Biasanya jam segini emak sedang asik didepan telivisi lalu tertidur pulas, pikir gadis itu. Juju meraih remot televisi walaupun sebenarnya tak tertarik untuk menonton apapun, dia hanya merindukan emaknya.
* * *
Gareth memperhatikannya gadis itu dari luar jendela. Juju nampak murung. Lelaki itupun mengurungkan niatnya untuk pergi. Hari ini sebenarnya ada beberapa meeting yang harus ia lakukan namun dia merasa bertanggung jawab atas keadaan gadis itu sekarang. Entah rasa tanggung jawab atau perasaan yang lainnya, dia tak bisa memastikannya. Kalaupun dia memiliki perasaaan istimewa terhadap gadis itu, dia pasti sudah mengencaninya. Tetapi gadis itu bukanlah tipe wanita idamannya. Dari ujung rambut sampai kakinya, gayanya yang kampungan, pakaiannya yang minimalis, karaternya, dan semua yang ada dalam diri gadis itu, lelaki itu tak menyukainya sama sekali.
Lagian, gadis itu hanyalah pegawai yang gajinya hanya cukup untuk membeli sepeda, tak mungkin kalau dia memiliki perasaan istimewa, itu sangat tak masuk akal. Tetapi kalau melihat hubungan mereka beberapa bulan terakhir ini, hubungan itu semakin lama semakin aneh. Dan entah siapa yang memulai hubungan aneh ini.
Lelaki itu bersandar ditembok, mengeluh. Mungkinkah hubungan aneh yang membuat perasaannya tak nyaman adalah sebagai tanda bahwa ia harus mengakhirinya sekarang juga?
* * *
Juju terbangun dan memandang sekeliling kamarnya yang gelap. Gadis itu duduk ditepi ranjang lalu menyalakan lampu dan ia terkejut begitu melihat seseorang terbaring disofa.
Gareth!
Apa yang dilakukan lelaki itu disini? Bukannya tadi dia bilang mau pulang keapartemen? Sejak kapan dia disini? Dahi Juju berkerut mengamati lelaki yang sedang tertidur pulas diruangan yang cukup dingin. Diapun melangkah menghampirinya.
Juju mengambil selimut yang terdapat disofa lalu menyelimuti tubuh lelaki itu. Sesaat dia mengamati wajah tampan yang sedang tertidur nyenyak. Rasanya seperti seorang maling yang diam-diam memanfaatkan kesempatan untuk mencuri pandang dalam jarak yang sedekat ini. Gadis itu menikmati memandang wajah didepannya hingga tak bisa menahan dirinya untuk mendekatkan bibirnya. Baru saja bibirnya mau mendarat, sekonyong-konyong pemilik wajah tampan itu membuka matanya.
Juju terperanjat, matanya terbelalak. Jarak wajah mereka hanya setengah senti meter, keduanya bisa merasakan napas mereka menerpa kulit wajah didepannya.
"Ju? Kamu mau ngapain" Katanya dengan suara pelan.
"Pake selimut ya. Dingin disini." Bisiknya lalu menjauhkan wajahnya. Dengan debaran jantung yang seperti badai tornado, gadis itu berhasil bersandiwara menutupi kegugupannya.
"Aku mau sikat gigi." Katanya lagi lalu meninggalkan lelaki itu yang masih memandanginya dengan bingung.
* * *
![](https://img.wattpad.com/cover/175127369-288-k226682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI HITAM JUJU
Storie d'amoreTidak pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran Gareth kalau dia akan memiliki perasaan istimewa kepada gadis minimalis itu. Untuk memastikan perasaannya, dia pun pergi meninggalkan segala atribut yang melekat dalam dirinya: kekayaan, kete...