Begitu masuk kedalam penthouse Juju langsung menghirup aroma segar dan eksotik dalam ruangan itu. Ia memandangi sekeliling ruangan yang terlihat nyaman dan berkelas dengan perabotannya yang mahal itu. Lagi-lagi perasaan bagai upik abu ditengah ruangan itu muncul, ini yang kedua kalinya terjadi setelah yang di Singapur. Apakah begini nasib orang nggak punya, selalu merasakan kemiskinannya ditengah barang mahal?
"Kalau kamu mau mandi ada kamar mandi dikamar tamu." Ujar Gareth menyadarkan Juju dari lamunannya.
Mendengar ucapan lelaki itu sepontan ia mencium bajunya. "Bau ya?"
Gareth tersenyum. "Dirumah kamu kan masih banyak orang. Mungkin lebih enak mandi disini. Aku ada kaos sama jeans. Nanti ganti itu aja." Tapi gua gak punya ganti celana dalam buat lo pakai. Kalimat itu hampir keluar dari mulutnya.
Benar juga. Mending gua mandi disini, airnya lebih banyak dan gua bisa mandi sepuasnya. Batin Juju. "Oke."
Juju mengikuti lelaki itu menuju kamar tidur tamu. Aroma segar jeruk langsung tercium begitu mereka memasuki kamar. Kamar tidur itu memiliki ruang yang besar dengan tempat tidur yang cukup ditiduri oleh tiga orang. Juju memandangi sekeliling kamar yang tertata rapi dan bersih itu. Dalam hatinya bertanya-tanya untuk siapa kamar tamu sebesar ini? Apakah dia suka mengundang tamu?
Setibanya dikamar mandi yang terlihat bagai kamar mandi hotel bintang lima itu, Gareth menoleh.
"Kamu mau pake bathup?"
"Aku mandi aja langsung."
"Oke aku tinggal ya." Katanya. Juju tersenyum dan mengangguk kemudian lelaki itu langsung menutup pintu.
Begitu lelaki itu pergi, Juju langsung membuka kran air. Ia merasakan air hangat mulai mengalir kemudian Juju menanggalkan seluruh pakaiannya. Ia membuka botol sabun yang bergambar bunga ceri Jepang. Aroma lembut seketika tercium saat ia membasuh seluruh tubuhnya dengan sabun itu. Rasanya saat itu juga ia ingin merebahkan tubuhnya dan seseorang memijit seluruh tubuhnya. Juju memejamkan matanya, menikmati air hangat yang mengalir ditubuhnya dan busa sabun beraroma merangsang itu.
Begitu selesai Juju membalut rambut dan tubuhnya dengan handuk putih. Sebuah jeans dan kaos sudah tersedia ditempat tidur. Ia mengambil pakaian itu kemudian memandanginya dengan dahi berkerut. Gimana caranya gua pake baju besar ini?
Tak berapa lama kemudian ia keluar kamar dengan hanya memakai kaos dan handuk. Gareth yang sedang berdiri didapur sepontan saja tertawa begitu melihat Juju seperti orang-orangan sawah.
Juju bersungut. "Jangan diketawain."
Tawa Gareth langsung terhenti. "Kamu cute pake baju itu." Kemudian lelaki itu menghampirinya dan menyodorkan gelas berisik perasan jeruk segar.
"Nih minum. Aku baru buat." Kata lelaki itu sambil menarik napas dalam begitu mencium aroma ceri dari tubuh gadis itu.
Juju langsung meraih gelas itu dan meminumnya hingga habis. "Thanks."
Gareth tersenyum melihat gadis itu seperti kehausan. "Mau lagi?"
Juju mengangguk tersipu. Lelaki itu kembali ke dapur dan menuang sisa perasan jeruk itu kedalam gelas. Juju membuka handuk dikepalanya dan meremas rambutnya yang masih basah dengan handuk. Gareth sempat terpukau melihat rambut hitam kemilau gadis itu, ia nampak terlihat seksi didepannya saat ini. Apalagi dengan hanya memakai handuk dan kaosnya yang kebesaran ditubuhnya itu. Lelaki itu menggelengkan kepalanya, mencoba menampik bayangan kotor itu dari pikirannya.
Lagi-lagi Juju langsung menenggak air jeruk itu sampai habis.
"Jangan bilang mau lagi karena sudah nggak ada." Kata lelaki itu. Mendengar ucapan lelaki itu Juju tersipu malu dan menutup mulutnya dengan tangan yang masih menggengam gelas.
Melihat gadis itu tersipu malu, rambutnya tergerai basah, dan mengenakan pakaiannya yang kebesaran ditubuhnya, lelaki itu tak bisa menahannya untuk mendekatinya. Juju hanya berdiri termangu dan masih menutup tangannya saat lelaki itu menghampirinya. Kemudian lelaki itu melepaskan tangannya yang sedang menutupi mulutnya. Juju mulai merasakan bulu halus dilehernya berdiri, sama halnya saat ia ketakutan, buluh kuduknya akan berdiri. Tetapi yang berdiri didepannya bukan hantu melainkan seorang lelaki tampan yang tubuhnya kini menempel ditubuhnya sehingga ia bisa mencium aroma maskulin tubuhnya.
Ia mencoba menahan napas lalu mengeluarkannya dengan pelan agar lelaki itu tak mendengarnya. Dia terlalu gugup karena lelaki itu sedang memandangnya tak berkedip. Namun kesunyian dalam ruangan itu membuat debaran jantungnya seperti terdengar sangat jelas. Juju menundukkan wajahnya saat lelaki itu mendekati bibirnya tetapi tangan lelaki itu mengangkat dagunya, memaksanya dengan lembut memandang matanya.
"G.." Bisik Juju. Lelaki itu semakin mendekati bibirnya. Juju merasakan jantungnya seakan mau meledak saat lelaki itu mulai mengecup bibirnya.
"I love you Ju." Lalu ia mengecup kembali bibir gadis itu. Juju membuka bibirnya perlahan dan menyambut ciuman lelaki itu dengan desahan lembut. Mendengar desahan keluar dari bibirnya lelaki itu menjadi bergairah. Suara napasnya mulai tak beraturan. Lelaki itu membelai rambut panjangnya yang basah dan menggenggam kepala gadis itu dengan tangan kekarnya. Handuk yang membalut tubuh gadis itu mulai terlepas dan ciuman mereka semakin dalam.
Juju merasakan tubuhnya seperti melayang diudara, dia seperti sedang bermimpi. Sebelum keduanya menyadari tubuh mereka hampir kehilangan keseimbangan, keduanyapun jatuh kelantai bersamaan. Merekapun tertawa lepas.
"Sampai dimana kita?" Kata Gareth begitu mereka duduk dilantai.
Juju hanya tersenyum tersipu. Ia meraih handuk dilantai. "Aku nggak pakai celana dalam." Lelaki itu menatapnya tak berkedip. Sungguh polos dan begitu menggoda.
* * *
Setibanya dirumah Juju waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ternyata emak dan yang lainnya masih sibuk lalu lalang dirumah. Melihat Juju yang terlihat seperti baru mendapatkan undian, emakpun penasaran dan bertanya ke lelaki itu. "Kenapa dia?"
Gareth hanya membalasnya dengan senyuman lalu pamit pulang. Emak menggeleng melihat tingkah sepasang anak muda itu. Sepanjang perjalanan ke apartemennya lelaki itu tak berhenti tersenyum. Malam ini adalah awal hubungannya dengan gadis itu. Akhirnya dia bisa mengucapkan tiga kata itu. Kalimat yang belum pernah ia ucapkan kepada gadis manapun.
Tapi, tadi dia balas I love you too nggak ya? Ah bodo amat yang penting dia nggak nolak gua cium. Lelaki itu mengepalkan tangannya. Dia tak sabar untuk bertemu gadis itu lagi.
Dan benar saja, dini pagi lelaki itu sudah nongkrong didapur orang. Sesuatu yang belum pernah ia lakukan dalam hidupnya. Emak menyambut kedatangan orang yang seperti ingin menagih utang itu dengan heran. "Tumben pagi sekali nak Gareth?"
"Nggak apa-apa kan Mak?" Kata lelaki itu tersipu malu.
"Ya nggak apa-apa. Tapi Juju bangun agak siangan biasanya. Kamu nggak apa-apa?"
Belum selesai emak bicara tiba-tiba Juju keluar dari kamarnya dengan penampilan sudah rapih. "Pagi!"
Gareth dan emak menoleh.
"Pagi Ju." Lelaki itu tersenyum melihat gadis itu.
Emak mulai merasakan suasana aura sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Apalagi saat melihat keduanya saling melirik dan tersenyum, emak manggut-manggut lalu pergi meninggalkan keduanya dimeja makan.
"Gimana tidurnya tadi malam?" Tanya lelaki itu.
"Kayak biasanya. Nyenyak." Katanya berbohong. Padahal tak sedikitpun ia bisa memejamkan matanya. Ia tak bisa menghentikan bayangan ciuman itu dan kalimat yang diucapkan oleh lelaki itu. Dan masih tak percaya kalau itu adalah nyata. Kalaupun itu mimpi, ia tak ingin bangun dari mimpi itu.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI HITAM JUJU
RomansTidak pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran Gareth kalau dia akan memiliki perasaan istimewa kepada gadis minimalis itu. Untuk memastikan perasaannya, dia pun pergi meninggalkan segala atribut yang melekat dalam dirinya: kekayaan, kete...