Chapter 20

2.5K 173 0
                                        

Pagi sekali Juju sudah siap untuk berangkat ke restoran. Diliriknya jam ditangannya yang menunjukkan pukul delapan pagi. Biasanya dia ke restoran sekitar pukul sembilan atau sepuluh namun pagi ini energinya sedikit berlebihan jadi dia berencana untuk membuangnya energi itu dengan membantu karyawannya di restoran dan distudio.

Juju membuka pintu kamar dan betapa terkejutnya begitu dia melihat siapa yang sedang duduk dimeja makan bersama Emaknya. 

Gareth!

"Pagi Ju." Gareth tersenyum menyapa begitu melihat Juju keluar dari kamar. 

"Ju, temenin Gareth ngopi dulu ya. Emak mau ke rumah si Mpok Aisah dulu." 

Dan dalam sekejap hanya ada dirinya dan Gareth diruangan itu. Mau tak mau gadis itu mengambil tempat duduk dikursi yang sudah menua umurnya itu. 

"Gimana kabar kamu?" Gareth membuka percakapan lebih dulu. 

"Baik. Gimana kabar kamu?" Diberanikannya Juju melihat wajah Gareth.

Kenapa dia masih aja ganteng sih. 

"Yah, lumayan. Masih bertahan hidup."  Balas Gareth tersenyum.

"Gimana kopi buatan Emak? Enak?" Tanyanya basa-basi untuk mencairkan suasana.

"Enak dong kalau made from love." Gareth tersenyum menatap gadis itu.

Juju hanya tersenyum samar mendengar perkataannya.

"Aku mau ke restoran." Juju siap-siap berdiri.

Gareth mau tak mau akut berdiri. "Aku anter." 

"Gak usah."

"Please, aku anter ya." 

Akhirnya Juju menyerah. Lagian akan terasa aneh jika dia menolak lelaki itu untuk mengantar kerestorannya. Ngapain juga pagi-pagi bertamu. Batin Juju.

"Sorry tadi malam aku ninggalin begitu aja." Kata Juju memulai percakapan ketika mereka didalam mobil. Rasanya ini saat yang tepat untuk meminta maaf kepada lelaki itu tentang kejadian tadi malam. 

"It's okay. Not a big deal. Aku yang minta maaf datang tanpa kabar tadi malam dan pagi ini." Ujar lelaki itu tersenyum sambil menoleh sekilas ke gadis yang duduk disampingnya.

Sesekali Juju memandang sekilas wajah lelaki yang sedang menyetir itu. Kaos polo berkerah warna biru tua dengan jeans yang dikenakannya begitu serasi. Wajah tampannya yang terawat membuat Juju terbius sesaat. Namun dari semua nilai plus wajah maskulin itu yang ia sukai adalah matanya. Kedua mata yang bening dengan warna cokelat tua, lelaki itu nampak seperti seorang vampire tampan dalam film horor. 

Kenapa gua mikirin vampire? Juju menggeleng. Dalam hati Juju mengakui bahwa lelaki itu jauh lebih tampan dan dewasa pagi ini. 

Mungkinkah karena faktor umur dan pengalaman sehingga merubahnya? Sudah berubahkah dia? Apa yang terjadi dengannya selama enam tahun ini? Mungkinkah dia bertapa selama enam tahun dipegunungan tibet?

Juju tersenyum membayangkannya. Disaat yang bersamaan lelaki disampingnya menoleh.

"Kenapa? Ada yang lucu?" Tanya lelaki itu.

Juju menggeleng tersenyum. "nggak apa-apa."

"Aku tungguin kamu di restoran sampe selesai nggak apa-apa kan?" 

Juju sedikit terkejut. "Aku seharian di restoran. Malah bisa sampe malam." 

"Nggak apa-apa aku tungguin." 

Juju tak membalasnya. Ternyata dia masih gak waras. Batinnya.

Setelah itu keduanya memutuskan untuk diam selama perjalanan, menikmati momen macetnya jalanan di Jakarta.

KOPI HITAM JUJUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang