"I love you Ju." Kalimat itu tergiang kembali dan lagi-lagi ia tersenyum sendiri. Gadis itu tak menyangka kalimat itu akhirnya akan diucapkan olehnya. Dan kali ini ia merasa kalimat yang diucapkannya sungguh-sungguh, tidak seperti enam tahun yang lalu. Juju meraih bantal dan menutupi wajahnya, gadis itu tertawa terbahak bagai seorang pasien rumah sakit jiwa.
Beginikah rasanya orang jatuh cinta, mendadak jadi gila? Juju memejamkan matanya lalu meraba bibirnya. Membayangkan seandainya saja lelaki itu menciumnya lagi saat ini.
"Juu." Suara emak dari luar kamar tiba-tiba membuyarkan lamunannya.
Juju mendengus kesal. "Kenapa mak?"
"Keluar sebentar." Saut emak.
Dengan malas Juju bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Didepan pintu emak sedang berdiri dan tersenyum lebar. "Itu ada kiriman." Katanya sambil pandangannya mengarah ke meja makan.
Juju mengikuti pandangan emak kemudian dahinya berkernyit melihat rangkaian bunga mawar dimeja.
"Buat siapa mak?"
"Liat aja sendiri."
Juju menatap emak heran. Tak biasanya emaknya itu senang bermain tebakan seperti ini. Ia melangkah mendekati meja makan kemudian mengambil kartu kecil dari bunga itu.
Dear Juju, Sweet dreams. I'll see you tomorrow. Yours always, G.
Jantungnya berdebar saat membacanya, gadis itu tersenyum lebar. Norak. Tapi sukaaa! Teriaknya dalam hati.
"Kapan diantarnya ini Mak?" Tanya Juju menoleh ke emak yang masih berdiri dibelakangnya.
"Barusan."
"Emang ada pengantar paket malem begini?"
"Dia sendiri yang anter."
"Hah. Kok Juju nggak dipanggil Mak?!"
"Orang anaknya juga nggak mau ketemu. Katanya cuma mau antar bunga. Nggak mau ganggu waktu istirahat kamu."
Mendengar ucapan emak, Juju bersungut. "Ya aturan panggil aja Juju mak." Katanya sambil berlalu menuju kamarnya.
Melihat tingkah anak gadisnya emak menggerutu dan berseru. "Emang emak resepsionis apa?!"
* * *
Sejak setengah jam yang lalu Juju gelisah memperhatikan jam tangannya. Kalau nggak diharapkan, dia datang pagi-pagi. Kalau diharapkan, dia telat dan nggak datang sama sekali. Juju mendengus kesal.
"Mungkin nggak bisa jemput kali Ju." Kata emak melihat kegelisahan anak gadisnya.
"Iya mak. Juju berangkat sekarang deh." Lalu ia mencium tangan emak dan setengah barları menuju motornya. Juju melaju motornya dengan cepat untuk mengejar meeting pagi yang akan berlangsung setengah jam lagi. Setibanya direstoran beberapa orang sudah menunggu diruangan.
"Pagi. Makasih udah nunggu ya." Kata Juju begitu diruangan.
Selama meeting berlangsung Juju sama sekali tak bisa fokus. Keabsenan lelaki itu untuk menjemputnya pagi ini membuatnya bertanya-tanya, apalagi tanpa mengabarinya sama sekali. Ia mulai mencemaskannya. Mungkinkah lelaki itu sedang bersama .. Juju menampik pikiran buruknya. Tanpa Juju bisa tahan suara keroncong dalam perutnya tiba-tiba berbunyi dan terdengar jelas oleh Devi, wanita itu menoleh dan tersenyum.
"Mau brunch dulu?"
Juju tersipu. "Please Dev. Lapar sekali gua nih."
Devi langsung beranjak dari kursi lalu pergi menuju ke dapur. Sepeninggalnya wanita itu, notifikasi diponsel Devi berbunyi, Juju menoleh kearah ponsel milik sahabatnya. Dahinya berkernyit saat melihat nama yang muncul dilayar ponsel Devi.
Mas Gareth?
Tak lama kemudian Devi menerobos pintu masuk. Jelas sekali diwajahnya ia panik. "Hape ketinggalan." Katanya.
Juju memandanginya sedikit curiga. "Iya tuh. Ada yang kirim pesan. Mas Gareth."
"Oh ini temen gua. Gua balik ke dapur dulu ya." Lalu Devi bergegas meninggalkan ruangan. Sesampainya didapur ia langsung membuka ponselnya.
Gareth: Dev. Hari ini aku nggak bisa ke restoran.
Devi langsung membalasnya.
Devi: Oke Mas. Juju sudah tahu?
Gareth: Belum.
Dahinya berkernyit.
Devi: Tahu nomor Juju kan?
Gareth: Nggak tahu. 😁
Wanita itu menepuk jidatnya. Hanya Gareth didunia ini yang jatuh cinta sampai gila dengan seorang wanita tapi tidak tahu nomor ponsel wanita yang dicintainya.
Macam mana anak ini? Kaya, pintar dan tampan tapi lemot juga soal urusan cinta.
Aroma makanan yang sedang dimasak membuat cacing dalam perut Devi semakin kegirangan. Wanita itu menyandarkan punggungnya ditembok sambil memejamkan matanya. Tiba-tiba Ratna menegurnya.
"Bu Devi, ada yang cari bu Juju."
Devi membuka matanya. "Siapa?"
"Pak Bagas."
Bagas?
Dia hanya tahu satu nama Bagas dalam hidupnya dan itupun sudah tiga tahun tak terdengar kabar tentang dirinya. Hanya ada satu Bagas yang ia tahu jika itu berkaitan dengan Juju. Dia berharap bukan Bagas itu tapi, Devi bergegas melangkah keluar dapur. Begitu diluar, sosok lelaki yang ia kenal sejak bangku SMA sedang duduk sendirian direstoran. Ya, sosok lelaki itu adalah Bagas. Mantan tunangannya Juju.
Shit. Bagaimana ini? Kalau dia tak siap menghadapi lelaki itu lalu bagaimana dengan Juju?
Devi melangkah menghampiri lelaki itu. "Bagas?! Apa kabar? Lama sekali kita nggak ketemu." Lelaki itu langsung beranjak dari kursi dan menyambut kedatangan Devi. Dia megulurkan tangannya. "Bagaimana kabarnya Dev?"
Devi tersenyum lebar. "Masih seperti dulu Gas. Jomblo."
Bagas tertawa mendengar ucapan wanita itu. Devi masih saja seperti dulu, konyol dan membuat orang yang didekatnya bahagia dengan kekonyolannya.
"Jomblo lebih baik daripada berakhir dengan orang yang salah Dev."
"Setuju banget Gas."
Tanpa menunggu lama Devi meraih ponselnya dan mengirimkan pesan ke juragannya, Gareth. Sudah tugasnya memberikan detail tentang apapun yang berkaitan dengan Juju.
Devi: Mas Gareth, ada yang mau saya bicarakan. Penting.
Pesan terkirim.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI HITAM JUJU
RomanceTidak pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran Gareth kalau dia akan memiliki perasaan istimewa kepada gadis minimalis itu. Untuk memastikan perasaannya, dia pun pergi meninggalkan segala atribut yang melekat dalam dirinya: kekayaan, kete...