19. Vanes dan Wulan

1.8K 166 61
                                    


Hai! Hai! DamarWulan dateng lagi, cepet kan?😂

Cus lah langsung baca! Jangan lupa bintang kecilnya..😉

Happy reading!

🍁🍁🍁🍁

Wulan tengah berjalan menuju kelasnya. Dirinya baru saja keluar dari kantor guru setelah ia di panggil Bu Sukma. Wulan merasa seperti dirinya habis diinterogasi sebagai tersangka kejahatan. Bu Sukma memberinya teguran dan nasihat atas apa yang sudah ia lakukan pada Damar kemarin. Dan ya... dirinya pun harus rela mendapatkan hukuman skorsing satu hari.

Baru saja Wulan hendak menaiki anak tangga, tiba-tiba saja seseorang sudah menarik lengannya dan menyeretnya secara paksa ke lorong yang cukup sepi.

"Apaan sih!" sergah Wulan tak terima mencoba melepaskan diri.

"Vanes!"

Barulah setelah itu Vanes pun melepaskan cekalannya terhadap Wulan dan langsung melayangkan tatapannya terhadap Wulan. Di sana bukan hanya ada Vanes, tapi ada satu cewek lagi yang merupakan sahabat Vanes yang entah siapa Wulan tidak kenal.

"Eh! Lo itu hobi banget ya bikin masalah!" cerca Vanes sambil mendorong bahu Wulan dengan jemarinya.

"Maksud lo apa? Dateng-dateng langsung seret orang sembarang. Ngomong baik-baik bisa 'kan?" sentak Wulan tak terima sekaligus bingung. Ia tidak merasa buat masalah dengan cewek satu ini.

"Lo kan yang udah kunciin Damar sampe pingsan kemarin? Berani banget lo ngerjain orang sampe kaya gini?"

Wulan langsung terdiam tanpa kata. Ah... ternyata begitu cepatnya kejadian ini menyebar ke seluruh sekolah. Pantas, sejak pagi dirinya merasa banyak orang yang memperhatikannya dengan tatapan yang kurang mengenakkan.

"Mau lo apa sih sebenernya? Suka banget nyari masalah sama Damar? Belagu banget jadi cewe!"

"Kalo lo enggak tau apa-apa mendingan enggak usah ikut campur!"

Wulan enggan untuk membahas hal ini, dan Wulan juga tidak mau berurusan lebih jauh dengan Vanes. Karena itu Wulan pun memilih pergi dari sana, tapi tentu saja Vanes yang belum merasa puas kembali menarik Wulan dengan sedikit kasar hingga punggung Wulan membentur dinding cukup keras. Wulan memejamkan matanya menahan punggungnya yang sedikit nyeri.

"Gue belum selesai ngomong!" seru Vanes karena geram. "Gue perhatiin makin ngelunjak ya lo lama-lama. Gue udah coba diem aja enggak mau berurusan sama lo tapi makin lama lo ngeganggu. Lo curi perhatian semua orang biar tertuju sama lo. Oh gue tau, lo selama ini cari masalah sama Damar cuma buat cari perhatian sama dia iya kan? Gue peringatin sama lo, jangan pernah lagi lo cari perhatian Damar, atau lo mau berurusan sama gue."

Wulan yang mulai geram pun tak lagi tinggal diam, dia menepis jari telunjuk Vanes yang sejak tadi tepat di depan wajahnya. Wulan lalu menatap Vanes dengan tatapan beraninya.

"Sumpah gue enggak ngerti arah pikiran lo. Dan tentang gue yang jadi pusat perhatian orang-orang mungkin emang gue lebih enak di perhatiin dari pada lo!" tukas Wulan dengan senyuman mengejeknya.

Sontak ucapan Wulan berhasil mengusik ego seorang Vanes. Cewek itu sudah mengepalkan tangannya dengan tatapan tajamnya.

"Oh ya! Satu lagi. Gue enggak pernah cari perhatian Damar atau siapa pun!" sambung Wulan.

Habis sudah kesabaran Vanes. Tangannya kini sudah terangkat, namun sebelum ia melakukannya, tangannya sudah di tahan oleh seseorang.

"Wait! Selow Van. Jangan maen tangan. Cewek songong kaya dia perlu dikasih pencerahan, iya kan?" Devi, sahabat Vanes yang sejak terdiam pun ikut menyahut melihat keberanian Wulan.

DamarWulan (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang