Hai! Hai! DamaraWulanndateng lagi membasa kebaperan tiada tara!😄
Cus! Boleh kasih 🌟kecilnya sebelum baca!
Semoga suka! 😉Happy reading!
🍁🍁🍁🍁
"Lan!"
Wulan yang sejak tadi menunduk pun menoleh. "Heum?"
"Baikkan yuk!"
Untuk beberapa saat hanya hening yang terjadi, sedangkan tatapan mereka masih bertautan seolah tengah memastikan keyakinan masing-masing.
Baikan? Mungkin sebagian orang kata-kata itu terdengar biasa. Tapi mendengar kata itu meluncur dari mulut Damar membuat Wulan sedikit merasa aneh. Ayolah! Dia Damar, si cowok rese yang selalu mencari gara-gara dengan dirinya, si cowok kampret yang enggak pernah mengalah dengan dirinya. Kini cowok itu mengajaknya untuk berbaikan yang berarti damai alias bendera putih berkibar. Wulan tidak salah dengar 'kan?
"Lan!" Damar memanggil Wulan ketika cewek itu hanya terdiam dengan wajah melongonya. Apa ia salah bicara? Damar pun berdecap kesal dibuatnya.
"Putri Wulandari!"
"Iya hadir!" Karena terkejut, Wulan menjawab dengan cepatnya sambil mengangkat tangan, kebiasaannya ketika tengah diabsen dalam kelas.
Damar yang melihat itu pun sudah terkekeh sambil geleng-geleng kepala melihat wajah Wulan yang terlihat bodoh saat ini.
Di sisi lain, Wulan sudah mendesis kesal mengetahui Damar kembali mengerjainya. Lihat kan? Bahkan belum ada lima menit Damar mengibarkan bendera putih tapi cowok itu sudah kembali melancarkan aksi usilnya.
"Ngeselin banget sih! Bikin kaget tau!" semburnya.
"Ya lagian lo malah bengong! Di tanyain juga! Jadi gimana?"
"Gimana apanya?" tanya Wulan pura-pura tak mengerti arah pembicaraan.
Damar menghela napasnya sambil mengacak rambutnya sendiri. Dirinya sudah menurunkan sedikit ego dan harga dirinya untuk tidak meneruskan perang dinginnya dengan Wulan, tapi ....
"Bodo ah! Anggap aja gue enggak ngomong apa-apa!" kesal Damar karena Wulan yang sepertinya sangat enggan untuk berbaikan dengannya. Ah ... harusnya dirinya tidak perlu mengatakan itu pada Wulan si cewek bar-bar dengan ego tinggi seperti Wulan.
"Pulang lo! Gue mau istirahat!" usir Damar sambil membuang muka persis seperti bocah TK yang sedang mengambek.
Wulan tertawa puas melihat wajah Damar yang sudah memerah karena kesal. Well, memangnya hanya cowok itu yang bisa membuat orang kesal?
"Iya-iya! Baikan!" ujar Wulan setelah ia berhasil meredakan tawanya, dan kini berganti dengan senyuman tulusnya.
Sebuah senyum perlahan muncul di bibirnya. "Serius?"
"Serius lah!"
Iya, Wulan serius akan ucapannya. Seperti kata Damar, dirinya juga capek harus ribut terus dengan cowok itu. Apa lagi hari kejuaraan sekolah hampir tiba, tidak mungkin kan ia terus menerus bermusuhan dengan Damar sedangkan mereka bahkan belum pernah kerja sama atau diskusi tentang hal ini sebelumnya. Mungkin jika ia yang berbaikan dengan Damar itu akan berdampak baik nantinya.
Senyum Damar semakin lebar saja. "Ya udah baikan!" Damar mengulurkan jari telunjuknya di hadapan Wulan yang membuat cewek itu menatap Damar aneh.
"Apa itu maksudnya?"
"Janji perdamaian."
Wulan semakin tidak mengerti tapi tak ayal Wulan pun ikut menjulurkan jari telunjuknya seperti yang dilakukan Damar. Tepat setelah itu, Damar langsung menautkan jarinya dengan jari Wulan sebagai tanda janji perdamaian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Novela JuvenilIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...