Happy reading..
🍁🍁🍁🍁
"Kamu beneran enggak mau makan apa-apa? Entar sakit loh."
Sekali lagi Damar membujuk cewek -yang menurut Damar paling cantik- yang duduk di hadapannya tengah sibuk dengan tugas-tugasnya.
Cewek berambut panjang bergelombang itu pun mendongak dengan wajah cemberutnya. "Gimana bisa gue makan kalo tugas masih bejibun kaya gini," keluhnya.
"Ini juga masih untung ada elo yang bantuin gue, thanks ya," ucap cewek itu yang tidak lain adalah Vanesha.
"Enggak usah berterima kasih, apa sih yang enggak buat kamu, asal jangan minta bantuan ambilin bulan aja, susah ngambilnya." Damar menunjukan senyuman manisnya sambil menatap Vanesha.
"Apaan sih receh banget," seloroh Vanes merasa geli.
"Aku emang enggak bisa ambilin bulan buat kamu.Tapi, kalo kamu minta seseorang yang bisa setia di samping kamu, aku maju di barisan paling depan." Damar menatap Vanes dalam-dalam, kali ini tidak ada candaan di mata cowok itu, dan Vanes melihat itu. Namun, cewek itu tak mengatakan apa pun selain tersenyum lembut sambil mengusap lengan Damar yang ada di meja.
Dan ya. . . Damar pun hanya bisa terdiam. Mungkin ini yang namanya sakit tapi tak berdarah. Lagi-lagi Damar harus kecewa karena Vanes yang masih belum menerima perasaannya. Tapi. . .
"Enggak apa-apa. Mas Damar setrong kok!" batin Damar miris.
"Ini bakso pesenan lo, titipan dari Mang Sobri."
Damar tersadar dari lamunannya ketika tiba-tiba saja ada cowok berkaca mata yang menyodorkan semangkuk bakso padanya. Merasa dirinya memang memesan, Damar pun langsung menerima mangkuk tersebut sambil mengucapkan terima kasih.
Damar mengaduk baksonya perlahan, ia lalu kembali mendongak menatap Vanes. "Nih, aku suapin ya," ucap Damar sambil menyodorkan satu butir bakso berukuran kecil.
"Dih apaan sih! Malu Damar,"
"Malu kenapa? Aku enggak nyuruh kamu buka baju loh," kata Damar sambil terkekeh geli.
"Damar ih!"
Dengan sedikit malu Vanes pun menerima suapan dari Damar. Ia lalu mengunyahnya, namun pergerakan mulutnya terhenti ketika ia merasakan panas dan pedas luar biasa di lidahnya.
"Damar! Pedes! Pedes banget!" jerit Vanes sambil mengipasi mulutnya sendiri.
Damar terkejut di buatnya. Ia lalu menyambar sebotol air mineral yang ada di hadapannya dan langsung memberikannya pada Vanes.
"Pedes banget ya? Masa sih," tanya Damar panik sekaligus bingung sendiri. Damar pun menyendok sedikit kuah bakso dan memakannya, dan saat itulah mata Damar terbelalak ketika ia merasakan pedas entah ini level berapa.
Dengan terburu-buru Damar langsung mengambil botol air yang masih di genggam oleh Vanes dan meminumnya sendiri.
"Damar ih, gue masih kurang minumnya," kesal Vanes yang masih merasakan pedas di mulutnya.
"Buset! ini sih kuah sambel bukan kuah bakso," gerutu Damar dengan wajah yang sudah memerah, karena dirinya memang tidak begitu tahan dengan rasa pedas, dan Mang Sobri pun sudah tahu itu.
Damar pun mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Mang Sobri. Namun, tatapan Damar lalu tertuju pada Wulan yang terlihat tengah asyik memakan sesuatu, sangat terlihat jelas Wulan dengan wajah evil-nya tengah menahan tawa membuat kecurigaan muncul begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DamarWulan (Completed✔)
Novela JuvenilIni bukan kisah seorang kesatria dari Majapahit atau sejenisnya. Ini kisah absurd tentang dua anak manusia yang tidak pernah akur seperti kucing dan tikus, seperti Upin ipin dan Kak Ros yang selalu meributkan hal sepele, memiliki sifat keras kepala...